kelabumalamAvatar border
TS
kelabumalam
Menyaingi Psikolog, Nekat Self Diagnosis
Pixabay


Kembali lagi bersama Alam, semoga Agan dan Sista nggak bosan, ya. Hari ini Alam mau membahas sesuatu yang sering dilakukan orang-orang, padahal hal itu tidak diperbolehkan. Apakah itu? Self diagnosis.

Karena semakin canggihnya teknologi dan segala informasi dapat ditemukan di internet termasuk informasi mengenai kesehatan fisik dan psikis. Hal tersebut tak ayal membuat masyarakat mencoba mencari info sendiri tanpa berkonsultasi kepada ahlinya.

Apa, Sih, Self Diagnosis?

Self diagnosis adalah kegiatan seseorang yang mencoba mendiagnosis dirinya sendiri tengah mengidap gangguan dengan beralaskan sumber-sumber yang ditemukannya seperti internet, buku, konten, dan beberapa sumber yang tidak profesional.

Contohnya:
"Kok, mood-ku akhir-akhir gampang berubah, ya. Jangan-jangan aku bipolar."

Dari contoh di atas, si pendiagnosa mengira dirinya mengidap bipolar karena kesamaan yang dirasakan dengan ciri-ciri orang yang mengalami bipolar yang ia temukan di beberapa media sosial atau website karena itu beberapa orang yang membuat konten/tulisan tentang gangguan mental pasti menyantumkan kata 'tidak dianjurkan self diagnosis'.

Nggak Boleh, Ya, Self Diagnosis?

Nggak boleh, apa pun alasannya kecuali jika kamu termasuk ahli tenaga medis, misalnya psikolog, psikiater, atau dokter.

Larangan orang awam untuk melakukan self diagnosisadalah karena asumsi belum tentu tepat dan bisa saja akan berdampak buruk kepada si pendiagnosa. Oleh karena itu kalian disarankan untuk berkonsultasi kepada ahlinya.

Selain dapat mengetahui apa yang diidap pasien, si pasien juga bisa bertanya-tanya tentang keluhan yang dirasakan.

Apa, Sih, Bahayanya Melakukan Self Diagnosis?

Berikut hal bahaya yang disebabkan self diagnosis:

1. Salah mendiagnosa

Untuk melakukan diagnosa tidaklah mudah karena harus ditetapkan berdasarkan analisis yang menyeluruh. Kesalahan dalam mendiagnosa bisa terjadi karena adanya beberapa faktor penting yang terlewat hingga akhirnya menyimpulkan diagnosa yang salah.

2. Merasa benar saat melakukan diagnosa

Karena merasa hal yang dirasakan pasien sama dengan ciri-ciri penyakit atau gangguan yang pernah ia baca, biasanya orang tersebut akan langsung menyimpulkan ia mengidap apa.

3. Tidak menghiraukan tenaga medis

Karena merasa bisa mendiagnosa secara mandiri, si pendiagnosa biasanya akan tutup mata dengan adanya tenaga medis yang lebih ahli padahal hal yang tidak dapat terdeteksi olehnya bisa ditemukan oleh para ahli.

4. Penanganan yang salah

Saat salah menyimpulakan, otomatis penangannya akan salah. Si pendiagnosa akan membeli obat yang salah, padahal untuk setiap penyakit atau gangguan akan memerlukan penanganan, jenis obat, dan juga dosis yang berbeda-beda.

5. Berpotensi mengalami gangguan yang lebih parah

Penanganan serta obat yang salah dapat memicu timbulnya penyakit baru karena penggunaan yang salah atau mungkin membuat penyakit atau gangguan si penderita semakin parah daripada yang sebelumnya.

Nah, hayo ngaku, siapa yang biasanya ngelakuin self diagnosis? Mulai sekarang berhenti, ya, karena belum tentu yang kalian diagnosa benar dan bisa saja semakin memperburuk kondisi kalian. Jika kalian merasakan beberapa keluhan, lebih baik kalian pergi berkonsultasi dengan ahlinya agar cepat tertangani dengan tepat.

Semoga hari kalian menyenangkan dan tetap dalam lindungan Tuhan. Sampai bertemu di thread berikutnya.

Kelabu Malam,
Gresik, 8 Oktober 2021



Diubah oleh kelabumalam 08-10-2021 07:59
prasty.95
delfatesting260
giee2
giee2 dan 24 lainnya memberi reputasi
23
7K
172
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Health
HealthKASKUS Official
24.6KThread9.9KAnggota
Tampilkan semua post
rarebaliAvatar border
rarebali
#43
banyak yg model gini. modal hp sama wifi gratisan udah merasa lebih pintar dari dokter. emoticon-Leh Uga
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.