- Beranda
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
...
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++

Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 19:54
xue.shan dan 199 lainnya memberi reputasi
190
398.8K
12.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•2Anggota
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#1838
Akhir Pekan
Setelah kejadian dengan siluman tikus itu, KKN berjalan lancar tanpa halangan. Keseluruhan program berhasil dilaksanakan. Walaupon ada sedikit kendala, tapi nasih dalam batas toleransi. Ga ada kendala berat.
Masyarakat membantu dengan penuh semangat. Sekar juga giat membantu.
Aku ga punya pikiran apapun tentang Sekar. Sikapnya terlihat biasa saja.
Hanya saja aku sering melihat matanya merah... Mungkin kurang tidur dia.
Yang aku herankan malah Diah dan Nissa... Aku kadang sampai risih oleh perhatian mereka yang terlihat berlebihan padaku. Ada apa sih dengan mereka?
Ah..cuekin aja deh... Fokus sama KKN aja.
Rasanya pengin cepet-cepet selesai KKN ini. Segera menyelesaikan kuliah, dan bebas dari status mahasiswa, naik pangkat jadi pengangguran...
Asli, lama-lama jenuh juga jadi mahasiswa...
Skip
Akhir pekan ini aku balik ke kost. Kebetulan ada waktu agak senggang, jadi bisa balik ke kost agak siang. Walaupun pantat panas karena naik motor, terpaksa harus balik juga. Sudah 2 minggu ga ketemu Renita jadi kangen juga ..hehe.
Tentunya, kangen juga dengan Anin, adik tersayangku...
Sampai di kost pukul 18.30, aku langsung mandi dilanjutkan sholat Isya.
Setelah itu merebahkan diri di kasur... Meluruskan punggung yang capek karena naik motor 3 jam lebih.
Paling sebentar lagi Anin atau Renita bakal datang ke kamarku.
Tok..tok..tok..
"Assalamu'alaikum mas...!" terdengar suara merdu Anin...
"Wa'alaikum salam... Masuk aja dek...!"
Anin masuk sambil membawa segelas kopi. Emang pengertian adikku ini. Dan kopi racikannya menurutku adalah yang paling enak sedunia...hahaha.
Adik sendiri ya harus dipuji lah...
Tapi beneran lho, kopi racikan Anin emang paling top memurutku. Aku aja ga bisa meracik kopi seenak buatan Anin.
"Wah...kopi.nih.. Makasih ya dek...!"
"Iya mas.... Capek ya mas? Mau aku pijitin?" tanyanya.
Aku bersyukur banget punya adik yang begitu perhatian...
"Ga terlalu kok dek. Kamu temenin mas ngopi aja deh...!"
"Siap mas .. Gimana mas, lancar KKN nya?" tanya Anin.
"Alhamdulillah lancar dek. Kuliahmu gimana? Dah punya cowo belum?"
"Lancar juga sih mas... Banyak dibantu juga sama Renita. Kalau cowo, belum kepikiran mas... Mau fokus kuliah dulu...,!" jawabnya.
"Oh...bagus kalau begitu.. Belajar yang rajin, biar cepet lulus...!"
"Iya mas... Oh iya mas, mas dapet undangan dari mbak Dinda. Dia mau nikah mas...!"
"Apa...??? Wah udah mau nikah aja dia! Kapan nikahnya? Di mana..?"
"Minggu depan kok... Aku dah bilang kalau mas lagi KKN. Nikahnya di rumah pakde...!" jelas Anin.
"Wah...jauh banget ya... Di seberang laut...!" sahutku kecewa.
Mbak Dinds itu kakak sepupuku yang paling dekat denganku. Motor yang kupakai sekarang adalah pemberiannya.
Sedih rasanya kalau ga bisa datang ke pernikahannya.
"Siapa yang mau ke sana dek?"
"Katanya bapak sama bu Indri yang bakal ke sana. Sekalian ngenalin bu Indri ke keluarga besar...!"
"Fyuh...syukurlah kalau ada yang bisa ke sana. Kamu ga ikut dek?"
"Pengin sih mas... Dah diajak juga sama bapak. Tapi lihat nanti lah...!"
Kami jadi asyik membicarakan tentang pernikahan mbak Dinda.
Saat itulah, terdengar suara merdu mengucap salam. Suara Renita...
Renita masuk membawa martabak telur yang diletakkan di atas piring.
"Wah..kopinya habis, makanan baru datang...!" gurauku.
"Biar aku buatin lagi mas...!" kata Anin.
"Biar aku saja Nin...!" kata Renita.
Renita mengambil gelas dan menuju ke dispenserku.
"Baru kelihatan dari mana Ren?" tanyaku.
"Nyelesaiin tugas dulu mas... Nanggung tadi, tinggal sedikit. Trus keluar bentar beli martabak...!" katanya.
"Oh... Gimana kuliah? Lancar?"
"Alhamdulillah mas...!" katanya sambil membawa gelas berisi kopi dan meletakkannya di hadapanku.
"Diminum mas.. Martabaknya dimakan... Ayo Nin, martabaknya tuh...,!" kata Renita.
Kami ngobrol bertiga sambil menikmati martabak itu. Wuih...emang enak martabak gratis..
Aku lihat Menik dan Kurnia berdiri di pojokan sambil mengawasi kami. Aku iming-imingi saja mereka dengan martabak telor yang nikmat itu.
Aku makan pelan-pelan sambil sesekali melirik mereka. Tahu kalau aku iming-imingi, Menik cuma nyengir aja lalu meleletkan lidahnya.
Tangannya sedikit bergerak, entah apa maksudnya.
Saat aku hendak menggigit martabak itu, aku terlonjak kaget.
Asem...dikerjain aku sama Kunyil.
Bagaimana tidak, martabak yang kupegang mendadak penuh dengan cacing...hiii...
"Kenapa mas?" tanya Renita yang melihatku kaget.
"Martabaknya kenapa mas?" tanya Anin, yang melihatku melotot memandangi potongan martabak di tanganku.
"Eh...ga papa kok... Tadi tiba-tiba inget sesuatu...!" kataku
"Kok sampai kaget gitu sih mas?" tanya Renita.
"Iya...inget ada yang harus dilakukan di lokasi...sesuatu yang penting, tapi ga papa lah. Besok aja...!"
"Oh...ya udah. Dilanjutin makan-nya!" kata Renita.
"Iya....!"
Aku melotot pada Kunyil dan Kurkur, tapi mereka malah ngakak...
Kena aku dikerjain sama mereka.
Aku menatap potongan martabak di tanganku...sudah normal lagi.
Pukul 10 malam, Anin pamit tidur. Dah ngantuk katanya.
"Yee. Martabaknya habis, kabur dia....?"
"Hehehe...ga enak gangguin orang pacsran. Reni pasti dah kangen banget tuh...!" jawab Anin.
"Nin...!!!" teriak Renita sambil mencoba mencubit Anin.
"Yee..ga kena. Cubitin mas Aji aja tuh...!" kata Anin sambil mengelak dari cubitan Renita ..
Aku hanya geleng kepala melihat kelakuan mereka berdua.
Aku masih ngobrol dengan Renita sampai setengah jam...menunggu situasi aman...
Saat kurasa situasi aman, kututup pintu kamar, lalu duduk di hadapan Renita.
"Kok ditutup mas?" tanya Renita.
"Dingin... Banyak angin..!" jawabku.
"Duh...alesan aja tuh...!" cibir Renita.
Aku hanya tersenyum dan memandangnya dalam-dalam.
"Ih...ngapain sih, ngeliatnya begitu banget?" tsnya Renita sambil sebelah tangannya menutup mataku.
Aku meraih tangan yang menutup mataku, lalu kugenggam erat..
"Aku kangen tahu...?" kataku.
"Masa? Bukannya ada 4 cewe cantik di sana?" katanya...
"Mereka kan bukan pacarku...!"
"Tapi, bisa aja kan mas tepe-tepe sama mereka?"
"Oh...ceritanya ada yang cemburu nih...!" kataku sambil menowel hidungnya.
"Ish...siapa juga yang cemburu? Enggak lah....!" kstanya.
"Ya udah, kalau ga cemburu, aku bakal tepe2 sama mereka...! ....... Aduhhh.... Kok nyubit sih?"
"Habis....mas gitu sih... !" katanya cemberut.
"Hahaha...enggak sayang, aku ga bakal deketin mereka kok. Yah...kecuali khilaf...!" sahutku.
"Massss...... !!" Renita melotot padaku.
"Eh ..aku baru nyadar, mata kamu bagus banget...!" rayuku.
"Huh..gombal...!" dengusnya sambil berdiri dan beranjak ke pintu.
Aku mengejarnya, lalu memeluk perutnya dari belakang
Renita menoleh dan memandangku.. Gemes....kucium bibirnya yang merah alami itu dan kulumat.
Renita membalas sebentar, lalu mendorong kepalaku dengan lembut.
Dia melepaskan pelukanku...
Aku terpana...kenapa dia melepaskan diri dari pelukanku?
Marahkah dia...?
Renita berbalik dan menghadapku, kedua tangannya melingkari leherku, lalu menarik kepalaku ke bawah.
Sebuah sapuan lembut menyentuh bibirku.
Kulingksrkan tanganku di pinggangnya.
Membalas ciumannya dengan tak kalah lembutnya.
Mencurahkan kasih sayang yang ada dalam hati..
Menumpahkan rindu yang lama terbelenggu...oleh jarak dan waktu.
Saat pagutan terlepas, kami saling pandang dan tersenyum. Renita merebahkan kepalanya di dadaku.
Tak perlu kata, tak perlu puisi... Semua sudah terungkapkan dalam tindakan tanpa kata.
mohon .maaf bagi yang jomblo... Jangan ngiri...
Masyarakat membantu dengan penuh semangat. Sekar juga giat membantu.
Aku ga punya pikiran apapun tentang Sekar. Sikapnya terlihat biasa saja.
Hanya saja aku sering melihat matanya merah... Mungkin kurang tidur dia.
Yang aku herankan malah Diah dan Nissa... Aku kadang sampai risih oleh perhatian mereka yang terlihat berlebihan padaku. Ada apa sih dengan mereka?
Ah..cuekin aja deh... Fokus sama KKN aja.
Rasanya pengin cepet-cepet selesai KKN ini. Segera menyelesaikan kuliah, dan bebas dari status mahasiswa, naik pangkat jadi pengangguran...

Asli, lama-lama jenuh juga jadi mahasiswa...
Skip
Akhir pekan ini aku balik ke kost. Kebetulan ada waktu agak senggang, jadi bisa balik ke kost agak siang. Walaupun pantat panas karena naik motor, terpaksa harus balik juga. Sudah 2 minggu ga ketemu Renita jadi kangen juga ..hehe.
Tentunya, kangen juga dengan Anin, adik tersayangku...
Sampai di kost pukul 18.30, aku langsung mandi dilanjutkan sholat Isya.
Setelah itu merebahkan diri di kasur... Meluruskan punggung yang capek karena naik motor 3 jam lebih.
Paling sebentar lagi Anin atau Renita bakal datang ke kamarku.
Tok..tok..tok..
"Assalamu'alaikum mas...!" terdengar suara merdu Anin...
"Wa'alaikum salam... Masuk aja dek...!"
Anin masuk sambil membawa segelas kopi. Emang pengertian adikku ini. Dan kopi racikannya menurutku adalah yang paling enak sedunia...hahaha.
Adik sendiri ya harus dipuji lah...
Tapi beneran lho, kopi racikan Anin emang paling top memurutku. Aku aja ga bisa meracik kopi seenak buatan Anin.
"Wah...kopi.nih.. Makasih ya dek...!"
"Iya mas.... Capek ya mas? Mau aku pijitin?" tanyanya.
Aku bersyukur banget punya adik yang begitu perhatian...
"Ga terlalu kok dek. Kamu temenin mas ngopi aja deh...!"
"Siap mas .. Gimana mas, lancar KKN nya?" tanya Anin.
"Alhamdulillah lancar dek. Kuliahmu gimana? Dah punya cowo belum?"
"Lancar juga sih mas... Banyak dibantu juga sama Renita. Kalau cowo, belum kepikiran mas... Mau fokus kuliah dulu...,!" jawabnya.
"Oh...bagus kalau begitu.. Belajar yang rajin, biar cepet lulus...!"
"Iya mas... Oh iya mas, mas dapet undangan dari mbak Dinda. Dia mau nikah mas...!"
"Apa...??? Wah udah mau nikah aja dia! Kapan nikahnya? Di mana..?"
"Minggu depan kok... Aku dah bilang kalau mas lagi KKN. Nikahnya di rumah pakde...!" jelas Anin.
"Wah...jauh banget ya... Di seberang laut...!" sahutku kecewa.
Mbak Dinds itu kakak sepupuku yang paling dekat denganku. Motor yang kupakai sekarang adalah pemberiannya.
Sedih rasanya kalau ga bisa datang ke pernikahannya.
"Siapa yang mau ke sana dek?"
"Katanya bapak sama bu Indri yang bakal ke sana. Sekalian ngenalin bu Indri ke keluarga besar...!"
"Fyuh...syukurlah kalau ada yang bisa ke sana. Kamu ga ikut dek?"
"Pengin sih mas... Dah diajak juga sama bapak. Tapi lihat nanti lah...!"
Kami jadi asyik membicarakan tentang pernikahan mbak Dinda.
Saat itulah, terdengar suara merdu mengucap salam. Suara Renita...
Renita masuk membawa martabak telur yang diletakkan di atas piring.
"Wah..kopinya habis, makanan baru datang...!" gurauku.
"Biar aku buatin lagi mas...!" kata Anin.
"Biar aku saja Nin...!" kata Renita.
Renita mengambil gelas dan menuju ke dispenserku.
"Baru kelihatan dari mana Ren?" tanyaku.
"Nyelesaiin tugas dulu mas... Nanggung tadi, tinggal sedikit. Trus keluar bentar beli martabak...!" katanya.
"Oh... Gimana kuliah? Lancar?"
"Alhamdulillah mas...!" katanya sambil membawa gelas berisi kopi dan meletakkannya di hadapanku.
"Diminum mas.. Martabaknya dimakan... Ayo Nin, martabaknya tuh...,!" kata Renita.
Kami ngobrol bertiga sambil menikmati martabak itu. Wuih...emang enak martabak gratis..

Aku lihat Menik dan Kurnia berdiri di pojokan sambil mengawasi kami. Aku iming-imingi saja mereka dengan martabak telor yang nikmat itu.
Aku makan pelan-pelan sambil sesekali melirik mereka. Tahu kalau aku iming-imingi, Menik cuma nyengir aja lalu meleletkan lidahnya.
Tangannya sedikit bergerak, entah apa maksudnya.
Saat aku hendak menggigit martabak itu, aku terlonjak kaget.
Asem...dikerjain aku sama Kunyil.
Bagaimana tidak, martabak yang kupegang mendadak penuh dengan cacing...hiii...
"Kenapa mas?" tanya Renita yang melihatku kaget.
"Martabaknya kenapa mas?" tanya Anin, yang melihatku melotot memandangi potongan martabak di tanganku.
"Eh...ga papa kok... Tadi tiba-tiba inget sesuatu...!" kataku
"Kok sampai kaget gitu sih mas?" tanya Renita.
"Iya...inget ada yang harus dilakukan di lokasi...sesuatu yang penting, tapi ga papa lah. Besok aja...!"
"Oh...ya udah. Dilanjutin makan-nya!" kata Renita.
"Iya....!"
Aku melotot pada Kunyil dan Kurkur, tapi mereka malah ngakak...

Kena aku dikerjain sama mereka.
Aku menatap potongan martabak di tanganku...sudah normal lagi.
Pukul 10 malam, Anin pamit tidur. Dah ngantuk katanya.
"Yee. Martabaknya habis, kabur dia....?"
"Hehehe...ga enak gangguin orang pacsran. Reni pasti dah kangen banget tuh...!" jawab Anin.
"Nin...!!!" teriak Renita sambil mencoba mencubit Anin.
"Yee..ga kena. Cubitin mas Aji aja tuh...!" kata Anin sambil mengelak dari cubitan Renita ..
Aku hanya geleng kepala melihat kelakuan mereka berdua.
Aku masih ngobrol dengan Renita sampai setengah jam...menunggu situasi aman...
Saat kurasa situasi aman, kututup pintu kamar, lalu duduk di hadapan Renita.
"Kok ditutup mas?" tanya Renita.
"Dingin... Banyak angin..!" jawabku.
"Duh...alesan aja tuh...!" cibir Renita.
Aku hanya tersenyum dan memandangnya dalam-dalam.
"Ih...ngapain sih, ngeliatnya begitu banget?" tsnya Renita sambil sebelah tangannya menutup mataku.
Aku meraih tangan yang menutup mataku, lalu kugenggam erat..
"Aku kangen tahu...?" kataku.
"Masa? Bukannya ada 4 cewe cantik di sana?" katanya...
"Mereka kan bukan pacarku...!"
"Tapi, bisa aja kan mas tepe-tepe sama mereka?"
"Oh...ceritanya ada yang cemburu nih...!" kataku sambil menowel hidungnya.
"Ish...siapa juga yang cemburu? Enggak lah....!" kstanya.
"Ya udah, kalau ga cemburu, aku bakal tepe2 sama mereka...! ....... Aduhhh.... Kok nyubit sih?"
"Habis....mas gitu sih... !" katanya cemberut.
"Hahaha...enggak sayang, aku ga bakal deketin mereka kok. Yah...kecuali khilaf...!" sahutku.
"Massss...... !!" Renita melotot padaku.
"Eh ..aku baru nyadar, mata kamu bagus banget...!" rayuku.
"Huh..gombal...!" dengusnya sambil berdiri dan beranjak ke pintu.
Aku mengejarnya, lalu memeluk perutnya dari belakang
Renita menoleh dan memandangku.. Gemes....kucium bibirnya yang merah alami itu dan kulumat.
Renita membalas sebentar, lalu mendorong kepalaku dengan lembut.
Dia melepaskan pelukanku...
Aku terpana...kenapa dia melepaskan diri dari pelukanku?
Marahkah dia...?
Renita berbalik dan menghadapku, kedua tangannya melingkari leherku, lalu menarik kepalaku ke bawah.
Sebuah sapuan lembut menyentuh bibirku.
Kulingksrkan tanganku di pinggangnya.
Membalas ciumannya dengan tak kalah lembutnya.
Mencurahkan kasih sayang yang ada dalam hati..
Menumpahkan rindu yang lama terbelenggu...oleh jarak dan waktu.
Saat pagutan terlepas, kami saling pandang dan tersenyum. Renita merebahkan kepalanya di dadaku.
Tak perlu kata, tak perlu puisi... Semua sudah terungkapkan dalam tindakan tanpa kata.
mohon .maaf bagi yang jomblo... Jangan ngiri...

arinu dan 64 lainnya memberi reputasi
65
Tutup