- Beranda
- Stories from the Heart
REUNI
...
TS
papahmuda099
REUNI

Prolog
Quote:
Daftar isi :
Quote:
Tamat
*
Diubah oleh papahmuda099 17-10-2021 22:28
slametgudel dan 75 lainnya memberi reputasi
70
51.1K
889
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
papahmuda099
#249
Goa Hukuman

Aku dan perempuan bercadar biru itu berjalan keluar dari istana. Sesampainya di pintu masuk yang dijaga oleh para siluman berkepala kerbau, sudah ada sebuah kereta kuda, lengkap dengan saisnya.
Kami berdua lalu naik. Kereta kemudian berjalan keluar dari area istana. Lagi-lagi aku terkagum dengan tirai aneh yang terbuka saat kami berjalan melewatinya.
Hening.
Tidak ada terdengar suara klotak-klotak dari kereta yang aku naiki ini. Aku ingin bertanya kepada perempuan yang duduk di hadapanku. Tapi agak segan juga. Karena sedari tadi, ia hanya duduk terdiam tanpa mengatakan apapun.
Karena gak tahu harus berbuat apa. Akhirnya aku berbuat gabut. Dengan mencuri-curi pandang, aku memperhatikan perempuan bercadar biru itu.

mulustrasi bree
Kedua kakinya tak terlihat, karena tertutup celana panjang atau rok panjang yang ia kenakan. Pandanganku kemudian berjalan kebagian atasnya. Diatas pinggul, pakaian yang ia kenakan menjadi ketat. Jika rok atau celananya gombrong, maka pakaiannya justru sebaliknya. Ketat. Nyeplak. Membuat lekuk tubuhnya tercetak jelas.

Perempuan ini memiliki bentuk pinggang yang tidak ramping, tapi justru itu membuat pakaian yang ia kenakan menjadi semakin ketat.
Naik ke bagian atasnya lagi. Aku bisa melihat Sumbing dan Sindoro disana. Mengingatkanku pada gambar yang selalu aku buat saat sekolah dasar dulu. Sebuah gambar berbentuk 2 gunung besar yang gagah menjulang. Dengan sawah dibagian bawahnya. Disawah itu, tumbuh dengan subur tanaman padi yang dirawat dengan baik oleh pak tani.

Bergetar dadaku melihat kedua gunung itu. Membuatku teringat, bahwa gunung Sumbing dan Sindoro belum pernah aku daki, padahal dekat dengan tempat kelahiranku di Purbalingga.
Agak ragu, aku mulai menjelajahi bagian lehernya.
"Ah sial, tertutup oleh kain cadar yang ia kenakan," gerutuku.
"Kenapa?"
Tiba-tiba saja perempuan bercadar itu bertanya.
"Gila, apa dia tahu kelakuanku?" Tanyaku dalam hati dengan keringat dingin yang mulai keluar.
"Iya, aku bisa tahu apa yang kamu katakan didalam hati itu. Percuma. Tak ada yang bisa kamu sembunyikan dariku," perempuan bercadar itu berkata lagi yang membuatku semakin tak enak.
"Eh...anu, maafkan kelancanganku tadi," ucapku sedikit bergetar karena malu.
"Aku maafkan," dengan enteng perempuan itu menjawab. Membuatku semakin merasa malu. Tapi, itu membuatku menjadi berani untuk membuka percakapan.
"Anu, maaf. Habisnya aku gak tahu harus ngapain. Jadinya ya.... begitulah," kataku sambil memberanikan diri untuk menatap wajahnya yang tertutup oleh cadar.
"Anji**, bagus banget matanya," kataku dalam hati saat aku melihat kedua matanya yang memiliki bulu mata yang panjang dan lentik itu.
Setelah menata hati, aku lalu bertanya.
"Sebenarnya kita ini akan kemana sih?"
"Kita akan menuju ke sebuah hutan, yang di mana di situ ada sebuah gua. Dandi gua itulah temanmu berada," jawabnya.
"Jauhkah?"
"Tidak terlalu. Sebentar lagi juga kita akan sampai,"
Aku manggut-manggut meskipun kurang begitu paham. Untuk tidak terus-terusan berpikiran mesum, aku lalu mengalihkan pandanganku ke jendela disampingku.
Di kiri dan kanan ku ternyata sudah berubah dari hamparan Padang ilalang, menjadi pohon-pohon yang tinggi. Tapi anehnya, aku tak merasakan ada guncangan dari kereta kuda ini. Padahal saat itu kami berada di tengah-tengah hutan yang kemungkinan jalanannya tidak rata.
"Tapi ya mungkin ini karena alam gaib. Semuanya bisa terjadi," kataku menjawab pertanyaanku sendiri.
Aku kembali menoleh ke luar. Kini pandanganku agak sedikit ke atas. Suasananya agak sedikit temaram. Namun tidak ada matahari ataupun bulan di atas sana.
Aku memandangi seluruh suasana yang terlihat disana. Aku merekamnya didalam otakku. Agar aku bisa terus mengingat hal ini sebagai sebuah pengalaman jalan-jalan di alam gaib.

mulustrasi lagi
Di saat aku sedang sibuk memperhatikan segala hal itu, kereta kuda ini tiba-tiba berhenti.
"Kita sudah sampai," kata perempuan itu.
Kami berdua lalu turun. Si perempuan nampak mendekati sais kereta itu. Keduanya tampak berbicara sedikit. Kulihat sais itu menganggukkan kepalanya. Kereta kuda itu lalu kembali bergerak masuk kedalam hutan. Meninggalkan kami berdua didepan sebuah gua yang sedikit gelap dan besar.
"Apakah kita sudah sampai di gua yang kamu maksud?" Tanyaku memastikan.
Perempuan bercadar biru itu mengangguk. Ia lalu berkata.
"Mulai dari sini, kamu akan masuk sendiri untuk mencari keberadaan temanmu. Aku akan menunggu disini sampai kamu kembali. Oh ya, ada satu hal lagi yang akan aku beritahukan kepadamu. Begitu kamu masuk ke dalam gua itu, kamu akan merasakan perbedaan waktu. Kalau disini hanya sekejap mata, di dalam sana bisa seperti berhari-hari lamanya. Karena gua ini adalah gua hukuman bagi orang-orang yang menentang atau melanggar peraturan dari Ratu Mandalawangi,"
Aku mengerutkan keningku.
"Maksudnya, begitu aku masuk ke dalam gua itu. Maka akan langsung ada perbedaan waktu antara orang yang di dalam gua dan orang yang diluar gua?" Tanyaku.
Ia mengangguk.
"Jadi kalau di luar kamu hanya merasakan beberapa detik, aku yang ada di dalam bisa merasakan sudah berhari-hari?" Kembali aku bertanya guna memastikan.
Dan lagi-lagi perempuan bercadar biru itu mengangguk.
"Buset, ngeri juga ternyata," kataku sambil menatap ke arah gua yang hanya beberapa langkah saja di hadapanku.
"Kalau kamu sudah mengerti, silakan masuk. Atau kamu akan menyerah untuk menyelamatkan temanmu?" Katanya mendesakku.
"Semakin lama kamu berpikir diluar sini, maka teman kamu akan semakin lama di sana," lagi-lagi perempuan itu berkata yang membuatku semakin tak bisa berfikir matang.
Dan akhirnya, aku pun memutuskan untuk segera masuk dengan mengucapkan bismillah. Tak ada penjaga atau apapun di luar gua. Aku melangkahkan kaki kananku terlebih dahulu untuk masuk ke dalam gua.
Sebelum aku masuk ke dalam gua, perempuan itu berkata.
"Kamu tidak akan bisa kembali kalau kamu tidak berhasil menemukan Sukma dari temanmu yang kami penjara. Serta ingatlah jalan pulang ke sini,"
"Baik," kataku mengangguk.
Lalu...
"Serrr....,"

Seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri ketika aku sudah masuk di dalam gua. Hawa dingin yang aneh juga langsung bisa kurasakan. Membuatku merasa kedinginan sekaligus gerah.
"Astagfirullah, perasaan gak enak apa ini. Semoga ini bukan pertanda buruk," kataku sambil bersidekap.
Aku menoleh ke belakang.
"Hah!"
Aku langsung berteriak kaget begitu aku hanya bisa melihat tembok bebatuan di sana. Di pintu masuk gua.
"Kok bisa nggak ada apa-apa lagi? Perasaan baru beberapa langkah aku berjalan. Kenapa sekarang malah adanya tembok disana?" Aku bertanya-tanya dalam hati.
"Ah udahlah, aku sekarang harus buru-buru menemukan keberadaan Sukma dari Yusuf,"
Akupun kemudian berjalan dengan pelan menyusuri lorong gua itu. Semakin aku melangkah ke dalam, ukuran gua itu sepertinya semakin membesar. Meskipun tidak terlalu terang, tapi aku masih bisa melihat dengan sedikit jelas di dalam gua ini.
"Plak...plak...plak,"
Langkah kakiku menggema di dalam gua itu. Membuatku ngeri sendiri saat mendengarnya. Apalagi saat ini aku sendirian di sebuah tempat di alam gaib.
Sampai terus berjalan, bibirku tak henti-hentinya berdzikir, memohon petunjuk kepada sang maha kuasa tentang dimana keberadaan temanku, Yusuf.
"Sial, kenapa aku tadi gak sempat tanya. Dimana kira-kira Yusuf ditahan," gerutu kesal.
"Plak...plak...plak...," Aku terus berjalan dengan mata mengawasi jalanan di depanku. Takut ada petunjuk yang aku lewatkan.
"Plak...plak...plak...,"
"Tuk...tuk...tuk...,"
Aku aku tiba-tiba saja mendengar ada suara langkah aneh di belakangku. Seketika tubuhku merinding.
"Apa itu?" Tanyaku sambil terus berjalan. Tapi, kedua belah telingaku menjadi fokus untuk mendengarkan suara itu.
"Plak...plak...plak...,"
"Tuk...tuk...tuk...,"
Set...
Aku langsung menoleh ke belakang dengan cepat. Aku sudah tak tahan lagi dengan tanda tanya tentang siapa yang mengikuti ku itu.
Tapi...
Kosong.
Tidak ada siapa-siapa dan apa-apa di belakangku.
"Hehehe...,"
Tiba-tiba saja ada suara seseorang yang tertawa dengan nada tertahan. Suara tawanya pelan, tapi karena disitu sepi, maka secara otomatis suara tawa itu menjadi jelas kudengar.
Aku mendongak atas, karena memang dari situlah suara itu berasal.
Dan...
Benar saja.
Ternyata selama ini yang mengikuti ku berjalan bukan di belakang, melainkan ia berjalan, maaf, maksudku merayap di atasku.
Karena kaget, aku sampai tidak bisa bergerak. Bahkan lupa untuk berkedip. Mataku melotot memandang sosok yang ada di atasku.
Rambutnya yang panjang hampir jatuh menjuntai mengenai kepalaku. Tubuhnya yang merayap, memiliki tubuh seperti manusia pada umumnya. Kurus kering dan berwarna kehitaman. Namun, kepalanya itu itu memiliki leher yang sangat panjang. Dan leher itu, seperti berputar, untuk mengepaskan posisi wajahnya agar tidak terbalik. Wajahnya seperti manusia, tapi makhluk itu memiliki mulut yang memanjang kedepan. Berbentuk seperti paruh bebek. Tipis.

mulustrasi lageee
"Hehehe...," Kembali terdengar makhluk berwajah bebek itu tertawa. Suaranya sangat aneh, mirip suara bebek, tapi masih ada suara tawa manusianya.
Mataku yang melotot semakin membesar, saat semakin lama, wajah bebek itu mendekat. Kini, aku mulai bisa memperhatikan dengan jelas keseluruhan wajah makhluk itu.
Selain bibirnya, ternyata sosok ini juga tidak memiliki hidung. Melainkan hanya memiliki dua buah titik saja, di mana seharusnya hidung berada. Dan matanya, yah matanya. Mata itu tidak akan bisa aku lupakan sampai saat ini.
Meskipun sosok itu tertawa terkekeh-kekeh, namun matanya terlihat seperti orang yang akan menangis tapi ditahan. Karena aku bisa melihat ada seperti air dikedua bola matanya.
Aku gemetar, aku tak tahu harus berbuat apa. Padahal otakku sudah kembali berfungsi dan sudah menyuruh ku untuk segera berlari. Namun respon tubuhku tak menuruti keinginan otak ini.
Lalu, semua ketakutan yang kurasakan semakin memuncak, manakala sosok itu berteriak dengan sangat kencang.
Blank!
Gelap.
Yang kuingat terakhir kali adalah, tubuhku ambruk ke depan.
Aku pingsan!
***
sulkhan1981 dan 26 lainnya memberi reputasi
27
.