- Beranda
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
...
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 12:54
xue.shan dan 199 lainnya memberi reputasi
190
387.7K
12.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#1572
Naga Vs Badak
Dengan terbangunnya energi yang dahulu diberikan Naga Wiru padaku, aku merasakan energi di tubuhku begitu penuh.
Hal itu meningkatkan rasa percaya diriku untuk menghadapi jin badak yang berukuran 2,5 kali ukuran tubuhku.
Aku mesti mendongak ke atas untuk memandangnya.
Aku berdlri kira-kira 5 meter dari jin badak sambil bersiaga. 5 meter, jarak yang cukup jauh untuk menghindari serangan si badak.
Tapi aku lupa kalau tangan si badak itu bisa mulur mungkret semaunya.
Saat jin badak itu mengayunkan tangannya ke depan, aku pikir dia akan melakukan pukulan jarak jauh..namun dugaanku salah besar dan nyaris mencelakakan aku.
Tangan jin badak itu memanjang hingga sampai ke tempatku berdiri.
Masih untung refleks ku masih lumayan bagus, sehingga aku bisa menghindar dengan melompat ke samping. Belum juga sempat menarik nafas lega, tangan itu terus memburuku.
Aku melompat mundur menjauhi tangan itu.
Mendadak tangan itu memendek dengan cepat, namun tangan satunya melanjang lagi, sambil jin badak itu melompat ke arahku.
Kali ini aku sudah siap... Sebagian energi kugunakan untuk penjagaan, sebagian lagi kusalurkan ke keris Kyai Naga Emas...
Keris Kyai Naga Emas segera memancarkan cahaya biru keemasan. Begitu tangan itu mendekat, kuaynkan keris dengan gerakan memotong ke arah pergelangan tangan jin badak yang menyerangku. Mendadak, tangan itu memendek lagi ke ukuran normal. Otomatis, seranganku mengenai tempat kosong.
Melihat tingkah badak yang menarik serangannya karena sabetan kerisku, aku berpikir bahwa ia agak gentar dengan kerisku.
Tapi perlu pembuktlan lagi...
Begitu si badak menyerangku lagi dengan tangannya, aku merendahkan tubuhku, menghindari pukulannya. Lalu dengan cepat, keris Naga Emas aku tusukkan ke atas...
CRASSHHH
ARGHHHH...
Kurasakan kerisku mengenai sesuatu. Dan disusul oleh teriakan kesakitan dari si badak...
Kulihat si badak memegangi tangannya yang terluka akibat tusukan Kyai Naga Emas...
Walaupun hanya luka kecil tak berarti, namun aku bisa menyimpulkan bahwa Kyai Naga Emas mampu melukai tubuh jin badak yang sangat keras itu.
KROAKKHHHH.......
Sebuah teriakan yang sangat keras, menyertai serangan jin badak padaku.
Tampaknya dia mulai marah.... Matanya berkilat merah, dan dari lubang hidungnya keluar asap pekat...
"Awasss.... Asap itu beracun...!" teriak sebuah suara, yang ku kenal sebagai suara Purbayan.
Mendengar teriakan itu, serta merta aku meloncat mundur, menjauhi jin badak. Namun jin badak itu tak mau melepaskanku.
Kuacungkan kerisku untuk memapak serangannya.. Asap yang keluar dari hidungnya, begitu bertemu dengan keris Kyai Naga Emas, langsung buyar bagai tertiup angin. Tak mau diserang terus menerus, akupun mulai melakukan serangan balasan... Keris Kyai Naga Emas, aku sabetkan ke arah tubuh jin badak itu.
Namun, dengan badan sebesar itu, jin badak itu mampu bergerak lincah menghindari seranganku.
Bahkan dia juga melakukan serangan balasan dengan tak kalah cepat. Aku mengeluarkan ilmu ringan tubuh, agar aku bisa bergetak bebas dan lebih cepat lagi.
Dan pertempuran itu semakin seru. Saling menyerang, saling menghindar,. Pukulan demi pukulan kusambut dengan tusukan-tusukan keris.
Jin badak tak berani mengadu tangan atau tubuhnya dengan Kyai Naga Emas, sehingga aku semakin bersemangat untuk menyerangnya bertubi-tubi. Namun tak satupun seranganku berhasil mengenai tubuhnya.
Tubuh jin badak dengan lincah mengelak, dan balas menyerangku.
Aku berhasil mengelak, dan kembali menyerang dengan penuh ambisi..
Saking nafsunya menyerang, aku sampai lupa bertahan.. Apalagi saat kemudian aku berhasil melukai sebelah tangannya.
Aku semakin intens melakukan serangan demi serangan. Jin badak.itu sekarang hanya menghindar dan menghindar saja.
Aku semakin.jumawa...tak lama lagi aku pasti akan bisa mengalahkan jin yang katanya tanpa tanding itu.
Kesombongan yang harus dibayar mahal...ketika tiba-tiba jin badak itu menggerakkan lengannya, dan sebuah pukulan bersarang dengan telak di perutk...
BUAGHH...
UHUKKKK....
Aku terlempar ke belakang dengan sukses. Perutku terasa sangat sakit..
Untung tubuhku terlindungi oleh energi pertahanan, hingga perutku ga jebol karena pukulannya yang bagaikan tumbukan palu godam.
Aku jatuh bertumpu pada lututku... Perutku terasa sangat mual...
Jin badak itu dengan tenang berjalan menuju ke arahku. Langkahnya berdebum, menggetarkan tanah yang kupijak.
Aku belum mampu bergerak, hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.
Kesombonganku slrna tak berbekas...
Saat jin badak itu sudah semakin dekat, kudengar sebuah bisikan lembut di telingaku...
"Panggil naga emas nak... Kau tak akan mampu menghadapl jin badak itu...!"
Suara Nyi Among...
"Baik Bu...!"
Saat itu, jin badak sudah mengangkat tangannya, hendak melontarkan sebuah pukulan untuk memgakhiri perlawananku.
Dengan tangan gemetar, kuangkat keris Kyai Naga Emas lurus ke atas...
"NAGA EMAS....DATANGLAH...!!!" seruku.
GROARHHHH....
Sesosok naga bersisik.emas, dengan tubuh sangat besar segera muncul di hadapanku...menghadap jin badak.
Aku terkulai lemah...dan jatuh terduduk.
GROARHHH...
Dengan raungan dahsyat, Naga Emas menerjang jin badak itu sambil menyemburkan api dari mulutnya
Jin Badak segera melompat menghindar, namun naga emas tak tinggal diam, terus menerjang dan menyerang...
Dan terjadilah pertempuran antara naga raksasa dan badak raksasa.
Gerakan mereka sangat cepat, hingga debu berterbangan dan menutupi.pandangan.
Hanya warna emas dan hitam yang tampak saling melibat. Kadang bertemu, dan kadang memjauh ..
Lalu dengan cepat kembali sakng serang dengan cepat.
Semakin cepat gerakan mereka, debu yang berhamburan makin pekat. Bahkan kemudian muncul pusaran angin yang keras...debu-debu yang beterbangan tadi, membentuk sebuah gambar tornado...
Demikian sengitnya pertempuran itu...
Baru kali ini aku melihat naga emas menemukan lawan yang seimbang.
Biasanya, tak sampai lima menit musuhnya sudah keok.
Ternyata si badak.ini bandel juga, dia mampu mengimbangi Naga Emas sampai begitu lama.
Aku merangkak mundur untuk menghindari efek pertarungan itu pada ragaku. Sebuah tangan yang halus menyentuh pundakku. Aku menengadah...Menik?
"Ayo mas... Menjauh dari sini... !" ajaknya sambil meralh tanganku.
Dengan tertatih, aku mengikutinya menjauh dari arena pertempuran dua raksasa itu.
Aku dibawa Menik ke barisan prajurit keralaannya. Perurku rasanya tak karuan... Dan bertambah tak karuan saar melihat Zulalkha demgan penuh perhatian merawat Purbayan yang terluka...
Tapi biarlah... Mereka memang sebangsa...sedangkan aku beda alam dengan mereka.
Semoga mereka bisa semakin dekat deh..
Aku lantas duduk bersila dan mengatur energiku yang sempat kacau. Mengedarkan ke seluruh tubuh, lalu mengarahkan ke perut, untuk mengobati luka dalam akibat pukulan jin badak itu.
Untung lukaku tak parah, hingga tak lama kemudian, aku sudah merasa lebih baik. Rasa sakit di perut sudah berkurang banyak.
Apalagi Menik membantuku dengan menyalurkan tenaganya, ditambah Kurnia yang ikut menyalurkan tenaganya pula.
Kembali aku memperhatikan pertempuran antara Naga Emas dan Jin Badak.
Keduanya tampak masih penuh tenaga, dan tak hentinya saling menyerang. Dengan ganas, Naga Emas menyambar-nyanbar jin Badak itu dari udara. Sementara jin badak tak mau kalah, juga melontarkan pukulan-pukulan jarak jauhnya.
Semburan api dari mulut Naga Emaa berkali-kali melahap tubuh jin Badak, namun sepertinya tak berpengaruh banyak. Pertempuran masih berlanjut dengan amat seru.
Hingga pada suatu saat, Naga Emas berhasil melibat tubuh jin Badak, dan melilutnya dengan keras.
Jin Badak tak mampu bergerak lagu karena tubuhnya terlilit oleh Naga Emas. Dan Naga Emas kembali menyemburkan api dari mulutnya ke kepala Badak hitam itu. Sekeras-kerasnya kukit badak, dibakar terus menerus, akhirnya gerakan tubuhnya melemas dan akhirnya berhenti sama sekali.
Melihat musuh sudah tak berdaya, Naga Emas melepaakan belitannya, lalu perlahan menghilang dari pandangan.
Di tempat Badak Hitam tadi, nampak dua sosok jin terbaring lemah...
Tubuh mereka bergerak-gerak lemah.. Tampaknya mereka hanya terluka dan tidak binasa.
Sorak sorai prajurit kerajaan Zulaikha terdengar riuh rendah menyambut kemenangan ini.
Sementara pasukan musuh segera mengambil Raja dan putra mahkota, dan berserabutan lari mengundurkan diri.
Saat prajurit kerajaan Zulaikha hendak menyusul mereka, Ayah Zulaikha memerintahkan untuk membiarkan mereka lari.
Akhirnya, peperangab itu selesai...dengan dinenangkan oleh kerajaan Zulaikha.
Ayah Zulalkha mendekatiku, dan Purbayan, serta Ki Sardulo yang entah sejak kapan sudah ada di sampingku.
"Terima kasih atas bantuan kalian. Tanpa bantuan kalian, mungkin kerajaan kami sudah runtuh ..!" kata ayah Zulaikha.
"Tidak perlu sungkan baginda .. Kami menolong, karena kami adalah teman putri Zulaikha dan putri Menik...!" jawabku.
"Ah..apakah anak ini yang bernama Aji? Yang diikuti oleh Ikha dan Menik?" tanya beliau.
"Benar baginda . saya Aji. Dan ini teman saya dari tanah pasundan, Purbayan, sedangkan harimau putih ini adalah Ki Sardulo seto!" jawabku.
"Ah...bahkan pangeran dari Pasundan sudi menolong kami. Entah bagaimana kami harus mengucapkan terima kasih. Nah, marilah kita sekarang kembali ke istana...!" ajak Ayah Zulaikha.
"Mohon maaf baginda, bukan saya menolak, namun saya adalah manusia. Waktu saya di alam ghaib ini sangat terbatas. Maka saya mohon pamit undur diri. Biarlah teman-teman saya yang ikut ke istana baginda!"
"Hmm...begitu ya? Tapi kami ingin menjamu dirimu anak muda...!"
"Sekali lagi mohon maaf yang sebesarnya. Mungkin lain waktu saya akan datang lagi. Saya sudah terlalu lama di sini. Takutnya keluarga saya akan mencari saya karena lama tidak pulang...!" jawabku.
"Baiklah kalau begitu. Ingatlah, kapanpun kau kemari, kerajaan kami selalu terbuka untukmu. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih banyak atas bantuanmu."
Lalu Ayah Zulaikha mengutus Menik dan Kurnia untuk mengantarku kembali ke alam dunia.
Hal itu meningkatkan rasa percaya diriku untuk menghadapi jin badak yang berukuran 2,5 kali ukuran tubuhku.
Aku mesti mendongak ke atas untuk memandangnya.
Aku berdlri kira-kira 5 meter dari jin badak sambil bersiaga. 5 meter, jarak yang cukup jauh untuk menghindari serangan si badak.
Tapi aku lupa kalau tangan si badak itu bisa mulur mungkret semaunya.
Saat jin badak itu mengayunkan tangannya ke depan, aku pikir dia akan melakukan pukulan jarak jauh..namun dugaanku salah besar dan nyaris mencelakakan aku.
Tangan jin badak itu memanjang hingga sampai ke tempatku berdiri.
Masih untung refleks ku masih lumayan bagus, sehingga aku bisa menghindar dengan melompat ke samping. Belum juga sempat menarik nafas lega, tangan itu terus memburuku.
Aku melompat mundur menjauhi tangan itu.
Mendadak tangan itu memendek dengan cepat, namun tangan satunya melanjang lagi, sambil jin badak itu melompat ke arahku.
Kali ini aku sudah siap... Sebagian energi kugunakan untuk penjagaan, sebagian lagi kusalurkan ke keris Kyai Naga Emas...
Keris Kyai Naga Emas segera memancarkan cahaya biru keemasan. Begitu tangan itu mendekat, kuaynkan keris dengan gerakan memotong ke arah pergelangan tangan jin badak yang menyerangku. Mendadak, tangan itu memendek lagi ke ukuran normal. Otomatis, seranganku mengenai tempat kosong.
Melihat tingkah badak yang menarik serangannya karena sabetan kerisku, aku berpikir bahwa ia agak gentar dengan kerisku.
Tapi perlu pembuktlan lagi...
Begitu si badak menyerangku lagi dengan tangannya, aku merendahkan tubuhku, menghindari pukulannya. Lalu dengan cepat, keris Naga Emas aku tusukkan ke atas...
CRASSHHH
ARGHHHH...
Kurasakan kerisku mengenai sesuatu. Dan disusul oleh teriakan kesakitan dari si badak...
Kulihat si badak memegangi tangannya yang terluka akibat tusukan Kyai Naga Emas...
Walaupun hanya luka kecil tak berarti, namun aku bisa menyimpulkan bahwa Kyai Naga Emas mampu melukai tubuh jin badak yang sangat keras itu.
KROAKKHHHH.......
Sebuah teriakan yang sangat keras, menyertai serangan jin badak padaku.
Tampaknya dia mulai marah.... Matanya berkilat merah, dan dari lubang hidungnya keluar asap pekat...
"Awasss.... Asap itu beracun...!" teriak sebuah suara, yang ku kenal sebagai suara Purbayan.
Mendengar teriakan itu, serta merta aku meloncat mundur, menjauhi jin badak. Namun jin badak itu tak mau melepaskanku.
Kuacungkan kerisku untuk memapak serangannya.. Asap yang keluar dari hidungnya, begitu bertemu dengan keris Kyai Naga Emas, langsung buyar bagai tertiup angin. Tak mau diserang terus menerus, akupun mulai melakukan serangan balasan... Keris Kyai Naga Emas, aku sabetkan ke arah tubuh jin badak itu.
Namun, dengan badan sebesar itu, jin badak itu mampu bergerak lincah menghindari seranganku.
Bahkan dia juga melakukan serangan balasan dengan tak kalah cepat. Aku mengeluarkan ilmu ringan tubuh, agar aku bisa bergetak bebas dan lebih cepat lagi.
Dan pertempuran itu semakin seru. Saling menyerang, saling menghindar,. Pukulan demi pukulan kusambut dengan tusukan-tusukan keris.
Jin badak tak berani mengadu tangan atau tubuhnya dengan Kyai Naga Emas, sehingga aku semakin bersemangat untuk menyerangnya bertubi-tubi. Namun tak satupun seranganku berhasil mengenai tubuhnya.
Tubuh jin badak dengan lincah mengelak, dan balas menyerangku.
Aku berhasil mengelak, dan kembali menyerang dengan penuh ambisi..
Saking nafsunya menyerang, aku sampai lupa bertahan.. Apalagi saat kemudian aku berhasil melukai sebelah tangannya.
Aku semakin intens melakukan serangan demi serangan. Jin badak.itu sekarang hanya menghindar dan menghindar saja.
Aku semakin.jumawa...tak lama lagi aku pasti akan bisa mengalahkan jin yang katanya tanpa tanding itu.
Kesombongan yang harus dibayar mahal...ketika tiba-tiba jin badak itu menggerakkan lengannya, dan sebuah pukulan bersarang dengan telak di perutk...
BUAGHH...
UHUKKKK....
Aku terlempar ke belakang dengan sukses. Perutku terasa sangat sakit..
Untung tubuhku terlindungi oleh energi pertahanan, hingga perutku ga jebol karena pukulannya yang bagaikan tumbukan palu godam.
Aku jatuh bertumpu pada lututku... Perutku terasa sangat mual...
Jin badak itu dengan tenang berjalan menuju ke arahku. Langkahnya berdebum, menggetarkan tanah yang kupijak.
Aku belum mampu bergerak, hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.
Kesombonganku slrna tak berbekas...
Saat jin badak itu sudah semakin dekat, kudengar sebuah bisikan lembut di telingaku...
"Panggil naga emas nak... Kau tak akan mampu menghadapl jin badak itu...!"
Suara Nyi Among...
"Baik Bu...!"
Saat itu, jin badak sudah mengangkat tangannya, hendak melontarkan sebuah pukulan untuk memgakhiri perlawananku.
Dengan tangan gemetar, kuangkat keris Kyai Naga Emas lurus ke atas...
"NAGA EMAS....DATANGLAH...!!!" seruku.
GROARHHHH....
Sesosok naga bersisik.emas, dengan tubuh sangat besar segera muncul di hadapanku...menghadap jin badak.
Aku terkulai lemah...dan jatuh terduduk.
GROARHHH...
Dengan raungan dahsyat, Naga Emas menerjang jin badak itu sambil menyemburkan api dari mulutnya
Jin Badak segera melompat menghindar, namun naga emas tak tinggal diam, terus menerjang dan menyerang...
Dan terjadilah pertempuran antara naga raksasa dan badak raksasa.
Gerakan mereka sangat cepat, hingga debu berterbangan dan menutupi.pandangan.
Hanya warna emas dan hitam yang tampak saling melibat. Kadang bertemu, dan kadang memjauh ..
Lalu dengan cepat kembali sakng serang dengan cepat.
Semakin cepat gerakan mereka, debu yang berhamburan makin pekat. Bahkan kemudian muncul pusaran angin yang keras...debu-debu yang beterbangan tadi, membentuk sebuah gambar tornado...
Demikian sengitnya pertempuran itu...
Baru kali ini aku melihat naga emas menemukan lawan yang seimbang.
Biasanya, tak sampai lima menit musuhnya sudah keok.
Ternyata si badak.ini bandel juga, dia mampu mengimbangi Naga Emas sampai begitu lama.
Aku merangkak mundur untuk menghindari efek pertarungan itu pada ragaku. Sebuah tangan yang halus menyentuh pundakku. Aku menengadah...Menik?
"Ayo mas... Menjauh dari sini... !" ajaknya sambil meralh tanganku.
Dengan tertatih, aku mengikutinya menjauh dari arena pertempuran dua raksasa itu.
Aku dibawa Menik ke barisan prajurit keralaannya. Perurku rasanya tak karuan... Dan bertambah tak karuan saar melihat Zulalkha demgan penuh perhatian merawat Purbayan yang terluka...
Tapi biarlah... Mereka memang sebangsa...sedangkan aku beda alam dengan mereka.
Semoga mereka bisa semakin dekat deh..
Aku lantas duduk bersila dan mengatur energiku yang sempat kacau. Mengedarkan ke seluruh tubuh, lalu mengarahkan ke perut, untuk mengobati luka dalam akibat pukulan jin badak itu.
Untung lukaku tak parah, hingga tak lama kemudian, aku sudah merasa lebih baik. Rasa sakit di perut sudah berkurang banyak.
Apalagi Menik membantuku dengan menyalurkan tenaganya, ditambah Kurnia yang ikut menyalurkan tenaganya pula.
Kembali aku memperhatikan pertempuran antara Naga Emas dan Jin Badak.
Keduanya tampak masih penuh tenaga, dan tak hentinya saling menyerang. Dengan ganas, Naga Emas menyambar-nyanbar jin Badak itu dari udara. Sementara jin badak tak mau kalah, juga melontarkan pukulan-pukulan jarak jauhnya.
Semburan api dari mulut Naga Emaa berkali-kali melahap tubuh jin Badak, namun sepertinya tak berpengaruh banyak. Pertempuran masih berlanjut dengan amat seru.
Hingga pada suatu saat, Naga Emas berhasil melibat tubuh jin Badak, dan melilutnya dengan keras.
Jin Badak tak mampu bergerak lagu karena tubuhnya terlilit oleh Naga Emas. Dan Naga Emas kembali menyemburkan api dari mulutnya ke kepala Badak hitam itu. Sekeras-kerasnya kukit badak, dibakar terus menerus, akhirnya gerakan tubuhnya melemas dan akhirnya berhenti sama sekali.
Melihat musuh sudah tak berdaya, Naga Emas melepaakan belitannya, lalu perlahan menghilang dari pandangan.
Di tempat Badak Hitam tadi, nampak dua sosok jin terbaring lemah...
Tubuh mereka bergerak-gerak lemah.. Tampaknya mereka hanya terluka dan tidak binasa.
Sorak sorai prajurit kerajaan Zulaikha terdengar riuh rendah menyambut kemenangan ini.
Sementara pasukan musuh segera mengambil Raja dan putra mahkota, dan berserabutan lari mengundurkan diri.
Saat prajurit kerajaan Zulaikha hendak menyusul mereka, Ayah Zulaikha memerintahkan untuk membiarkan mereka lari.
Akhirnya, peperangab itu selesai...dengan dinenangkan oleh kerajaan Zulaikha.
Ayah Zulalkha mendekatiku, dan Purbayan, serta Ki Sardulo yang entah sejak kapan sudah ada di sampingku.
"Terima kasih atas bantuan kalian. Tanpa bantuan kalian, mungkin kerajaan kami sudah runtuh ..!" kata ayah Zulaikha.
"Tidak perlu sungkan baginda .. Kami menolong, karena kami adalah teman putri Zulaikha dan putri Menik...!" jawabku.
"Ah..apakah anak ini yang bernama Aji? Yang diikuti oleh Ikha dan Menik?" tanya beliau.
"Benar baginda . saya Aji. Dan ini teman saya dari tanah pasundan, Purbayan, sedangkan harimau putih ini adalah Ki Sardulo seto!" jawabku.
"Ah...bahkan pangeran dari Pasundan sudi menolong kami. Entah bagaimana kami harus mengucapkan terima kasih. Nah, marilah kita sekarang kembali ke istana...!" ajak Ayah Zulaikha.
"Mohon maaf baginda, bukan saya menolak, namun saya adalah manusia. Waktu saya di alam ghaib ini sangat terbatas. Maka saya mohon pamit undur diri. Biarlah teman-teman saya yang ikut ke istana baginda!"
"Hmm...begitu ya? Tapi kami ingin menjamu dirimu anak muda...!"
"Sekali lagi mohon maaf yang sebesarnya. Mungkin lain waktu saya akan datang lagi. Saya sudah terlalu lama di sini. Takutnya keluarga saya akan mencari saya karena lama tidak pulang...!" jawabku.
"Baiklah kalau begitu. Ingatlah, kapanpun kau kemari, kerajaan kami selalu terbuka untukmu. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih banyak atas bantuanmu."
Lalu Ayah Zulaikha mengutus Menik dan Kurnia untuk mengantarku kembali ke alam dunia.
arinu dan 71 lainnya memberi reputasi
72
Tutup