Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Misteri Gunung Kemukus


Quote:




Misteri Gunung Kemukus

Prolog

"Brakk.. " suara kepalan tangan mengenai meja.

Hati yang resah dan gelisah menatap tempat usahanya yang sernakin hari semakin menurun, terlebih ketika melihat berita tentang sosok yang bijaksana memberikan kabar duka bagi pelaku usaha seperti dirinya.

"Dengan segala hormat, kami sebagai pemerintah akan memperpanjang kembali PPKM hingga batas yang tak ditentukan, demikian informasi ini saya sampaikan.

Semoga semuanya dapat sabar dengan ujian dari Tuhan ini, untuk itu saya ucapkan terima kasih"
suara pria berdasi di televisi disambut dengan pandangan yang nanar olehku.

Rasanya sudah tak bergairah untuk hidup, kutekan remote televisi untuk mematikannya mataku menyapu sepinya pengunjung di tempat usahaku. Baju-baju distro yang menggantung nampak berdebu, entah sudah berapa kali kami dipaksa tutup oleh satuan polisi pamong praja.

"Virus itu mematikan tapi bagaimana dengan hutangku di bank? Untuk membangun usaha ini aku meminjam uang dari mereka, bagaimana membayar cicilan kalau pembeli sepi seperti ini" ucapku dalam lamunan.

Aku melihat sisi depan, ada ruangan tempat karyawanku dulu istirahat disana. Tapi kini, semua sirna hanya sendiri aku yang menjaga.

Sedih, marah, kesal semua jadi satu. Aku teringat ketika diriku berkata kepada mereka,

"Bu Mulan, mbak Evi!! Maaf, berhubung keuangan saya hancur akibat pandemi kalian saya rumahkan dan ini ada ucapan tanda terima kasih. Bila satu saat keadaan normal, nanti akan saya hubungi kembali. Saya ucapkan terima kasih sudah 4 tahun bersama saya disini, maaf bila saya ada salah" ucapku kepada kedua wanita itu.

"Mas, maaf apa kita tak bisa kerja disini lagi. Ga apa potong gaji kami rela kok mas!!" Ucap bu Mulan sambil menangis yang menjadi tulang punggung keluarganya.

"Iya mas Andi" sahut Evi.

"Kalau dua tangan ini masih sanggup membayar kalian, sampai kapanpun kalian akan disini. Tapi hutangku sudah bertumpuk, usaha tidak ada pemasukan! Saya benar-benar tak sanggup lagi bu, mbak" ucapku dengan penuh rasa sesak.

Mereka memelukku dan menangis bersama, akupun tak sanggup untuk mengeluarkan air mata. Kupeluk karyawanku yang menjadi ujung tombak usahaku, tanpa mereka aku bukan siapa-siapa.

Lalu, ingatanku pun buyar dan memandang nanar ke ujung jalan. Hatiku remuk redam merasa tak mampu untuk berdiri, aku bertanya kemana Tuhan, dimanakah Dia? Apakah Tuhan sudah berganti rupa dengan kebijakan pemimpin Istana? Apa aku harus menggugat Tuhan!

Tiba-tiba,

"Permisi" seorang berpeci hitam dan berbaju ala santri datang didepan toko.

"Ya, ada apa ya?"

"Ini pak mau meminta sumbangan, seikhlasnya" ucapnya.

Aku mengambil uang receh dari kantong celana sebesar Rp 2.000 lalu memberikan kepada dirinya.

Tampak pria itu agak tak suka dengan pemberianku, lantas segera pergi dan berlalu. Samar-samar aku dengar ocehannya yang membuat hatiku pilu "masa toko gede gini cuma ngasih dua ribu, pelit amat gw sumpahin bangkrut".

Telingaku memerah, apa harus marah dan menghantam congornya yang seenaknya bicara! Ada rasa putus asa, tapi aku masih punya logika. Jangan karena dua ribu ujungnya diriku di penjara, sungguh hal itu jelas tak lucu.

Aku kembali ke singgasanaku, bangku plastik yang sudah banyak tambalan, dan kembali melamun.

Namun tiba-tiba...


#Bersambung
Diubah oleh c4punk1950... 10-09-2021 08:33
bukan.bomat
provocator3301
mmuji1575
mmuji1575 dan 103 lainnya memberi reputasi
96
72.8K
1.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
#182
Part 3

Sudah 35 hari aku melakukan semedi, aku menghitung hari hanya dengan rasa tanpa harus melihat dengan mata. Perlahan aku mulai membuka mata, didepanku nampak seseoramg yang kukenal dialah si mbah Kiai Jalak.

Aku ternyata berada di aula utama penginapan ini, kiai nampak tersenyum kepadaku.

"Kalau ingin ke Lawu jangan lupa panggil si mbah yo!" Sambil ia pergi ke arah belakang diriku.

"Apa maksudnya mbah?"

Ketika aku tengok ke belakang, 'hilang' bahkan penginapan yang berdiri disini pun berganti dengan semak dan pepohonan. Nampak seekor burung Jalak Lawu pun terbang tinggi mengepakkan sayapnya, aku mencari keris semar mesem pun tak ada.

"Kerismu sudah menyatu dengan dirimu, cah lanang" terdengar suara menderu dari tengah hutan. Lalu burung Jalak Lawu itu mengitariku, "apakah ia Kiai Jalak?".

Aku bingung dimana diriku saat ini, tasku dan perlengkapan yang kubawa tak ada yang hilang, semua aman.

Aku berjalan menyusuri semak, dan melihat jalan setapak segera aku turun hingga terlihat rumah warga yang mulai nampak, ternyata aku selama ini bukanlah di penginapan. Pengalaman ini benar-benar mengacaukan pikiranku, apakah ini mimpi atau sebaliknya ini adalah kenyataan yang tak bisa dipikir oleh akal dan logika!

Aku sudah berada di bawah bukit rupanya cacing dalam perut sudah teriak meminta jatah sarapan hari ini, kulihat sebuah warung makan di dekat tempat parkir mobil para wisatawan.

Tanpa pikir panjang kuhampiri warung tersebut, lauk pauk yang dijajarkan sangat mengundang selera.

"Mbak, makan dong"

"Iya mas, mau pakai apa?"

"Pakai...." ketika melihat penjualnya akupun kaget, karena sosok yang familiar.

"Mbak Ayu!"

"Eh, mas Andi!" Ucapnya tersipu malu.

"Loh, kok kamu disini?"

"Iya mas, ini memang kampung saya"

"Oalah, begitu toh! Terus jamunya siapa yang jualan?"

"Ada kok, saudara yang jualin! Oh iya, masnya mau makan apa?"

"Biasalah mbak, orek tempe, sayur lodeh, sama perkedelnya deh satu"

Tangan Ayu dengan cekatan mengambil lauk pauk yang kupinta. Lalu menghidangkannya ke depanku, ia pun duduk dibangku panjang khas warteg tepat disampingku.

"Ternyata masnya kesini juga, kalau tau gitu bisa bareng"

"Memang kamu kapan datang mbak?"

"Kemarin sih, mau nengok si kecil sama bapaknya, eh malah bapaknya belum pulang!"

"Loh! Memang bapaknya kemana?" tanyaku heran sambil melahap makanan didepanku.

"Supir AKAP mas, kadang kalau lagi saya di Ibukota dia yang nyamperin"

"Terus si kecil sama siapa, mbak?"

"Ikut neneknya"

"Lantas, warung makan ini punya mbak?"

"Bukan, ini punya bapak saya! Cuma sekarang dah tua mas, jadi yang gantiin jaga ya anaknya"

"Terus mbak ga jualan jamu lagi dong?"

"Tetep Jualan mas, kalau warung makan ini dioper ke kakak yang ngurus, jadi sekarang cuma bantuin kakak dulu selama disini"

"Wah, banyak nih bisnis mbak nya" tak terasa nasi plus lauk pauk itu sudah habis semuanya, sisa teh manis yang masih sisa setengah. Kini aku lebih santai lagi untuk bicara dengan mbak Ayu.

"Berapa lama mbaknya disini?"

"Paling 2 hari, mas sendiri abis ngalap berkah ya?"

"Gak, aku ziarah doang kok disini!"

"Jadi belum melakukan ritual?"

"Tidak ada yang namanya ritual mbak! Yang ada hanya ziarah kubur" ucapku sambil tersenyum.

Namun, sekelebat mataku menatap seperti bayangan layaknya asap berwarna hitam masuk ke dalam raga mbak Ayu.

Naluriku berkata ada yang tidak beres, namun aku bersikap sesantai mungkin. Kemudian...

#Bersambung
Diubah oleh c4punk1950... 16-09-2021 16:02
sotokoyaaa
dewa67
fsm2909
fsm2909 dan 35 lainnya memberi reputasi
36
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.