- Beranda
- Stories from the Heart
Kumpulan-Kumpulan Cerita Horror dari Reddit
...
TS
pngntrtidr
Kumpulan-Kumpulan Cerita Horror dari Reddit
Halo agan-agan semua, pada thread pertama saya kali ini saya akan membagikan kepada agan-agan semua cerita-cerita seram dari sebuah forum international yaitu Reddit. Di Reddit sendiri terdapat banyak sekali cerita-cerita seram yang menarik, hanya saja semuanya ditulis dalam bahasa inggris. Jadi disini saya menerjemahkan cerita-cerita tersebut ke dalam bahasa Indonesia sehingga kita semua orang Indonesia dapat menikmati cerita-cerita dari luar tersebut.
Selamat membaca agan-agan semua
.
Selamat membaca agan-agan semua
.Quote:
Jika Kau Melihat Pria Ini di Tepi Jalan, Jangan Pulang ke Rumah
---
Aku Baru-baru Ini Menemukan Channel Youtube Milik Teman Sekelasku dan Kurasa Sesuatu Yang Buruk Telah Terjadi Padanya
---
Aku Telah Melakukan Pekerjaan yang Sama Selama 18 Tahun dan Aku Masih Tidak Tahu Apa Yang Sebenarnya Kukerjakan
---
Aku Membeli Sebuah Lukisan Mengerikan pada Pelelangan Online. Ada Sesuatu Yang Salah dengan Lukisan Itu…
---
Aku Membeli Sebuah Ipad Yang Telah Digunakan Sebelumnya. Catatannya Menceritakan Sebuah Kisah Yang Mengerikan
---New---
Sesuatu Sedang Mengintai Para Wisatawan pada Pegunungan Salju Kanada
-------
---
Aku Baru-baru Ini Menemukan Channel Youtube Milik Teman Sekelasku dan Kurasa Sesuatu Yang Buruk Telah Terjadi Padanya
---
Aku Telah Melakukan Pekerjaan yang Sama Selama 18 Tahun dan Aku Masih Tidak Tahu Apa Yang Sebenarnya Kukerjakan
---
Aku Membeli Sebuah Lukisan Mengerikan pada Pelelangan Online. Ada Sesuatu Yang Salah dengan Lukisan Itu…
---
Aku Membeli Sebuah Ipad Yang Telah Digunakan Sebelumnya. Catatannya Menceritakan Sebuah Kisah Yang Mengerikan
---New---
Sesuatu Sedang Mengintai Para Wisatawan pada Pegunungan Salju Kanada
-------
Quote:
Original Posted By pngntrtidr►ane sekarang lagi sibuk sama hal lain gan jadi ga tau kapan bakal update cerita berikutnya. maapkan ane yah gann
Diubah oleh pngntrtidr 06-10-2021 00:19
bukhorigan dan 4 lainnya memberi reputasi
5
6.9K
Kutip
39
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pngntrtidr
#2
Jika Kau Melihat Pria Ini di Tepi Jalan, Jangan Pulang ke Rumah
Quote:
Penulis: June 2021
Original
Original
Spoiler for Cerita:
Jika kau melihat pria ini di tepi jalan, jangan pulang ke rumah.
Kami disini memiliki urban legend yang disebut dengan Si Pria Salah Jalan. Barangkali, kau mungkin akan melihatnya sedang berdiri di tepi jalan ketika kau sedang mengemudi, beberapa orang mengatakan kejadian itu selalu terjadi pada saat kau sedang dalam perjalanan pulangmu menuju rumah.
Aku telah melihat foto-foto dari Si Pria Salah Jalan. Foto-foto itu tersebar diantara kami melalui pesan text. Foto-foto tersebut beredar di kalangan pelajar, pekerja, teman, dan keluarga disini. Anehnya, aku tidak pernah melihat foto-foto tersebut dimuat secara online. Aku tidak yakin apakah itu disebabkan karena rasa takut, karena mereka yang telah mengambil gambar tersebut bermaksud untuk mengabadikan kemistisan dari urban legend lokal kami.
Aku cukup yakin kalau foto-foto tersebut hanyalah sebuah hoax, hanya seseorang yang berdandan sebagai Si Pria Salah Jalan. Bahkan mungkin itu orang yang sama di setiap foto.
Sejauh penglihatan orang-orang terhadap perawakan Si Pria Salah Jalan, dirinya terlihat memakai pakaian sobek-sobeknya secara terbalik, biasanya kemeja flanel dan celana jeans. Lukisan wajah tersenyumnya terlihat realistik juga menyeramkan, sampai dia berpaling ke sebelah dan kau dapat melihat permukaan wajahnya yang rata. Kelihatannya dia mencukur habis rambutnya, melukis wajah di belakang kepalanya, dan meletakkan rambut palsu sebahu untuk menutupi wajah aslinya.
Kenalanku yang mengak pernah melihat Si Pria Salah Jalan berkata bahwa mereka menunggu selama seminggu sebelum berkendara ke rumah, menginap di rumah teman atau hotel dan bahkan tidak segan-segan untuk mengemas barang mereka ke dalam koper. Kesepakatan umum di sini sepertinya, apabila kau melihatnya saat sedang dalam perjalanan kerumahmu, jangan melanjutkan perjalananmu. Berbaliklah, pergi ke tempat lain, dan tunggu setidaknya seminggu.
Aku mengira itu hanyalah omong kosong belaka, sampai pada suatu hari dan akupun bertemu dengan Si Pria Salah Jalan ketika kami dalam perjalanan ke rumah dari bioskop.
Katylah yang melihatnya.
“Pelan-pelan,’ ujarnya, “Kurasa aku melihat Si Pria Salah Jalan yang kau ceritakan itu.”
Katy baru saja tinggal di kotaku selama setengah tahun, jadi salah satu dari hal-hal yang kuceritakan padanya dalam misiku untuk berbagi sebanyak mungkin hal-hal menarik semampuku adalah urban legend kami tentang Si Pria Salah Jalan. Apakah itu adalah suatu kebetulan bahwa kami baru saja berbicara mengenainya beberapa hari yang lalu?
Aku tidak pernah melihat seseorang yang berdadandan sebagai Si Pria Salah Jalan secara langsung. Lewat foto, pernah. Secara langsung, tidak pernah.
Kakiku gemetaran ketika aku menariknya sedikit dari pedal gas.
Saat itu gelap, dan disana antara memang tidak ada penerangan atau lampu jalannya sedang dimatikan.
Lampu depan mobilku menyorotnya. Dia berada di tepi jalan, menghadap kami.
Atau mungkin, membelakangi kami. Lukisan wajah itu menghadap kami. Kemeja flanel, celana jeans, dan rambut palsu juga menghadap kami. Tangan dan kakinya terlihat salah. Tangan dan kakinya berada di bawah pakaiannya dengan posisi terbalik. Aku ingin tertawa, tapi aku khawatir.
Ketika kami berjarak sekitar tiga meter dari mobilku, dia mengalihkan kepalanya yang terlukis menuju kami. Lukisan mata itu, realistik tapi jarak antar mereka terlalu jauh, terlihat seakan-akan sedang menatap tepat pada mataku.
Ketika kami mengemudi dengan lambat melewatinya, aku melambai padanya dan tersenyum untuk sedikit mencairkan suasana. Dia tidak melambai balik. Aku melirik Katy, Dia melambai juga. Tapi dia tidak tersenyum. Aku melirik balik dalam sesaat untuk melihat permukaan rata dari kepalanya yang terlukis dan tidak berambut, dan optikal ilusi dari wajah asli yang berada di sana telah luntur. Luntur, bahkan lebih parah dari itu. Dan juga, ketika mengintip dari jendela spion saat kami memperjauh jarak kami, kurasa aku melihat sesuatu yang berkilauan di bawah rambut palsu sebahu yang dikenakannya.
Lalu dia pun menghilang. Ditelan kegelapan. Aku mempercepat laju mobilku. Dia tidak sedang berjalan, tapi rasanya aku agak khawatir kalau dia bisa dengan mudah mengejar kami.
“Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang? Ujar Katy. “Kita tidak bisa pergi ke rumahmu, atau rumahku.”
Aku meliriknya, dan kami berdua mulai tertawa.
“Yah,” ujarku, “Setelah malam ini, kita sudah bisa memberitahu orang-orang kalau kita pernah melihat Si Pria Salah Jalan dan langsung pulang ke rumah.”
“Aku jadi penasaran siapa orang itu yang berpura-pura menjadi Si Pria Salah Jalan” Ujar Katy. “Aku penasaran kenapa mereka melakukannya, menurutmu apakah kita perlu memutar balik dan mencoba untuk berbicara dengan mereka?”
“Kusarankan kita tidak,” Kataku. “Mereka bisa saja berbahaya. Tapi aku yakin mereka hanyalah orang-orang yang mencoba melestarikan urban legend kita.”
“Yah, ini mobilmu,” ujar Katy. “Seandainya ini mobilku..”
“Oke-oke” ujarku. “Kita akan memutar balik. Kakekku pernah berkata, seandainya kau bingung dengan belokan mana yang harus kau tempuh, kau selalu bisa melakukan putaran balik sampai kau menemukan jawabannya. Dia mengunnakannya sebagai metafora dalam kehidupan.”
Tapi pada saat aku melakukan putaran balikku, jantungku terasa berdegup kencang. Aku mengemudi melalui sepanjang jalan yang gelap itu tanpa melihat orang itu lagi. Tempat itu hanya berjarak beberapa meter dari arah itu, jadi tidak mungkin dia bisa berjalan ataupun berlari meninggalkannya secepat itu.
Katy dan aku memutuskan bahwa orang yang berdandan sebagai SI Pria Salah Jalan pasti telah meninggalkan bahu jalan menuju ke hutan di sekitar. Ide mereka untuk bersembunyi di hutan ketika kami lewat membuatku merasa tidak tenang.
Kami memutar balik lagi, dan selama itu aku tetap melirik sekeliling berjaga-jaga seandainya orang itu melompat ke arah kami dari entah mana.
Tapi segera setelah itu kami pun menuju ke arah rumahku tanpa berbalik kedua kalinya untuk melihat Si Pria Salah Jalan.
Katy dan aku mencoba untuk menertawakannya, dan kami mencoba untuk membicarakan hal lainnya, tapi kami sebenarnya cukup ketakutan. Kami tidak dapat berhenti berbicara mengenai semua hal atau melirik jendela maupun kaca spion kami.
Kami mencapai perumahanku, lalu sampai pada jalan menuju rumahku.
Dan semuanya berubah.
Segera setelah kami sampai di jalanku, kami bukannya bergerak maju, malah mundur.
“Kau menggeser tuasnya ke posisi reverse?” ujar Katy. Tangannya menggengam tanganku. Tangannya sedingin es.
Aku menghentikan mobilku. Kami berdua melihat ke bawah. Tuas persnelingnya berada di posisi drive.
Aku menarik kakiku dari rem dan meletakkan pada pedal gas lagi. Perumahan, rumah-rumah familiar yang kulihat setiap hari ketika pulang ke rumah, menjauh dari kami.
“Mungkin ada yang salah dengan mobilku,” ujarku.
Tapi ketika aku mencoba untuk bergerak maju lagi, aku melihat ke arah samping lalu ke spion mobil. Kami tidak bergerak. Tidak berdasarkan pemandangan-pemandangan itu. Di depan kami, rumah-rumah mengecil setiap kali aku meletakkan kakiku pada pedal gas, tapi dari samping dan belakang itu terlihat seperti kami diam di tempat.
Di jalanku, semuanya terang. Banyak lampu-lampu jalan. Jadi kami tidak bisa mengatakan seakan-akan itu ada hubungannya dengan penglihatan yang terbatas.
“Ayo keluar dari sini,” ujar Katy. Suaranya hampir seperti berbisik.
“Ayo” ujarku, dengan cara yang sama. “Tapi bagaimana caranya kita untuk pergi?”
“Letakkan tuasmu ke reverse.”
Ketika aku menaikkan tuas mobilku pada reverse dan mencobanya, kami benar-benar maju kedepan. Tapi dari samping dan belakang, sekali lagi kami tidak terlihat bergerak, seakan-akan kami terjebak tepat setelah melewati jalur masuk menuju perumahanku.
Itu adalah pada saat aku dan Katy menghentikan mobil dan berdebat untuk keluar lalu kami melihat seseorang datang menuju kami dari tepi jalan. Dia mendekati kami dari depan mobil, jadi aku tidak begitu yakin dengan jaraknya. Kelihatannya dia sudah berjarak sekitar enam meter dari kami.
Aku tidak tahu kenapa aku membutuhkan waktu yang lama untuk menyadari ini, mungkin ini karena aku tidak ingin, tapi aku mengenal tetanggaku dari belakang kepala dan bentuk tubuhnya, yang mana agak tidak biasa. Aku melihatnya sering berhenti bekerja di kebunnya pada saat aku berkendara melewatinya.
Dia sedang berjalan terbalik menuju kami.
Ketika dia mendekat, dia terdiam.
Lalu dia mulai bertiak: “uka gnolot! uka gnolot!” lagi dan lagi. Berdiri di tempat. Punggungnya menghadap kami.
Baru setelah itu aku tersadar kalau dia sedang mengatakan “tolong aku” secara terbalik.
Aku menurunkan jendela mobil.
“Pak Nelson,” kataku. “Ada apa?”
Dia berhenti berteriak. Sekarang karena jendelaku terbuka, aku dapat mendengar badannya berderak dan patah. Darah tumpah dari celah-celahnya saat pergelangan tangan dan kakinya berubah secara drastis. Ketika kepala pak nya terpelintir menghadap kami, aku yakin kalau aku melihat cahaya keluar dari matanya.
Kemudian, apapun yang telah mengambil alih tubuh pak Nelson maju selangkah dengan arsitektur baru dari tubuhnya.
Aku dan Katy berteriak pada langkah pertama itu.
Aku menaikkan jendela mobilku saat pak Nelson melompat-lompat dengan kakinya yang tidak manusiawi. Lutut dan sikunya telah meregang berlebihan efek dari pelintiran itu. Aku meletakkan kakiku pada pedal gas, dengan tuas masih pada reverse, dan melalui jendela depan kami terlihat meluncur ke depan. Meskipun pemandangan di samping dan belakang menunjukkan kami tetap di tempat, kami menabrak pak Nelson.
Darah bercipratan pada kaca depan mobilku. Mobilku tersandung ketika kami melewati tubuhnya.
Pada sisi samping dan belakang, tidak ada indikasi kalau mobilnya tersandung. Aku tidak melihat ada tubuh muncul di belakang kami.
Aku tetap meletakkan kakiku pada pedal gas, masih tetap bergerak maju dalam mundur.
Aku melihat jendela rumah tetanggaku pecah. Sepasang suami istri yang kurang kukenali merangkak keluar seperti bayi laba-laba yang baru saja menetas, bersimbah darah dan lebih banyak darah ketika mereka melukai diri mereka pada pecahan kaca di bingkai jendela. Aku tidak yakin mereka tidak tahu cara membuka jendela. Ketika si istri berhenti tepat di jendela, dia tersenyum. Dia dengan sengaja menggesekkan kepalanya pada pecahan kaca yang tajam. Daging dan darah segar mengucur. Kurasa aku dapat melihat putihan tulang kepalanya. Saat itu suaminya yang telah berada di tanah berlari ke arah kami.
Aku melaju kedepan.
Mereka dan rumah mereka menghilang di samping dan belakang kendaraan, yang mana, lagi-lagi, masih terjebak di dekat jalur masuk perumahan.
Semakin banyak orang yang keluar dari rumah mereka. Mereka keluar dengan bagian tubuh yang terlilit dan rusak, semakin melukai diri mereka ketika mereka keluar. Mereka berlari ke arah kami dengan kaki yang terbalik, memompa-mompa tangan terbalik mereka ke belakang. Semua tentang mereka tidak ada yang benar.
Tak lama setelah itu, aku mendapati diriku menginjak rem.
“Jangan berhenti!” Teriak Katy. “Kita akan terkejar oleh mereka.”
Di depan, aku melihat halaman rumahku sendiri. Seseorang yang terlihat sepertiku sedang berbicara kepada orang lain dengan wajah lukisan. Wajah lukisan itu mengangguk. Itu mengangguk naik dan turun selayaknya wajah asli. Kemudian, aku melihat rambut palsunya bergerak sendiri, aku tersadar kalau wajah asli di balik rambut palsunya sedang berbicara. Menggerakkan bibirnya. Bernafas. Si Pria Salah Jalan sedang berbicara kepadaku atau seseorang yang terlihat sepertiku.
Di saat yang bersamaan, Katy mencoba menggapaiku, dengan putus asa meletakkan kakinya pada pedal gas.
Beberapa potongan tulang yang berlilitan dan daging bertubrukan pada kaca depan mobilku. Dua wajah dengan tumpukan lipatan pada lehernya menatapku dengan mata sayu. Wajah-wajah itu adalah wajah yang seharusnya kukenal. Tangan mereka yang berlilitan lanjut memukul kaca jendela meskipun mata mereka memberitahuku bahwa jiwa mereka sudah keluar dari tubuhnya. Retakan berbentuk jaring laba-laba mneyebar pada kaca depan. Celah retakannya digenangi darah.
Aku menghentakkan kakiku pada pedal gas sambil membantu Katy duduk kembali di kursinya.
Kami berhasil menyingkirkan mereka, dan tepat setelah itu kami pun menabrak seluruh keluarga-keluarganya secara beruntun. Aku tidak memiliki waktu untuk merasa bersalah. Mereka bukan tetanggaku. Mereka bukan tetanggaku. Mereka bukan..
Katy dan aku mulai berubah.
Aku mendengar beberapa tulang patah. Aku merasakannya sesaat kemudian. Seperti sambaran petir yang disusul oleh suaranya kemudian.
Katy dan aku mulai berteriak, hampir bersamaan dan dengan nada sama. Rasanya seperti paduan suara rasa sakit dan rasa takut yang baru saja dimulai dengan kami sebagai instrumennya.
“Sandarkan kepalamu!” teriakku saat aku mencoba untuk memastikan bahwa kepalaku tetap melekat pada kursiku. “Jangan membiarkannya terpelintir. Tidak peduli apapun yang terjadi pada sisa tubuh kita, kita tidak boleh membiarkannya membunuh kita.”
“Aku tahu!” ujar Katy. “Cukup kau keluarkan mobilmu dari sini! Memutar baliklah atau apapun itu!”
Memutar balik, pikirku. Seperti apa yang kakekku katakan tentang hidup dan bagaimana jika kau tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, kau selalu dapat memutar balik.
Tuas berada di posisi reverse, namun masih tetap bergerak kedepan, aku membanting setirku sampai terdengar suara decitan pada roda mobilku.
Aku tidak melirik pada sisi samping dan belakang. Aku terus melaju, menuju kembali ke arah tempat kami masuk.
Si Pria Salah Jalan menunggu. Dia menungguku di persimpangan antara halaman rumahku dan jalanan. Mulut lukisannya selalamanya menyeringai. Mata lukisannya terlalu lebar dan tak kunjung berkedip.
Kami melewatinya dan berkendara keluar dari kompleks perumaham.
Aku dan Katy masih belum keluar dari jeratan masalah, begitulah. Aku dapat membawa kami sampai pada stasiun gas tedekat sebelum kaki dan tanganku, yang mana sebagiannya telah terpelintir dan mengalirkan darah, benar-benar berhenti berfungsi.
Aku pingsan seketika, tapi Katy memberitahuku bahwa dia tetap tersadar sampai ambulans tiba. Aku tidak iri padanya.
Kami menghabiskan berbulan-bulan di rumah sakit dengan tulang-tulang yang patah juga persendian dan otot yang sobek. Kurasa satu hal yang telah menyelamatkan kami dari kerusakan permanen mungkin adalah kursi kendaraan kami yang menahan perubahan kami. Kami mengatakan kepada dokter-dokter kalau kami mengalami kecelakaan mobil. Mereka menggelengkan kepala mereka pada kami dan tetap menanyakan pertanyaan.
Aku tidak ingin pulang, sebenarnya. Kami berdua tidak ingin. Alasan kenapa aku pulang kerumah adalah karena salah satu dari tetangga yang telah kami tabrak datang ke rumah sakit untuk mengunjungiku. Mereka terlihat baik-baik saja, seakan-akan tidak ada yang pernah terjadi dan Si Pria Salah Jalan tidak pernah mengubah mereka.
Tetapi kerusakan terjadi pada kendaraanku dan juga kami, secara mental dan fisik, dan selama tubuh kami dalam perawatan, kurasa kami tidak akan pernah sama lagi.
Kami disini memiliki urban legend yang disebut dengan Si Pria Salah Jalan. Barangkali, kau mungkin akan melihatnya sedang berdiri di tepi jalan ketika kau sedang mengemudi, beberapa orang mengatakan kejadian itu selalu terjadi pada saat kau sedang dalam perjalanan pulangmu menuju rumah.
Aku telah melihat foto-foto dari Si Pria Salah Jalan. Foto-foto itu tersebar diantara kami melalui pesan text. Foto-foto tersebut beredar di kalangan pelajar, pekerja, teman, dan keluarga disini. Anehnya, aku tidak pernah melihat foto-foto tersebut dimuat secara online. Aku tidak yakin apakah itu disebabkan karena rasa takut, karena mereka yang telah mengambil gambar tersebut bermaksud untuk mengabadikan kemistisan dari urban legend lokal kami.
Aku cukup yakin kalau foto-foto tersebut hanyalah sebuah hoax, hanya seseorang yang berdandan sebagai Si Pria Salah Jalan. Bahkan mungkin itu orang yang sama di setiap foto.
Sejauh penglihatan orang-orang terhadap perawakan Si Pria Salah Jalan, dirinya terlihat memakai pakaian sobek-sobeknya secara terbalik, biasanya kemeja flanel dan celana jeans. Lukisan wajah tersenyumnya terlihat realistik juga menyeramkan, sampai dia berpaling ke sebelah dan kau dapat melihat permukaan wajahnya yang rata. Kelihatannya dia mencukur habis rambutnya, melukis wajah di belakang kepalanya, dan meletakkan rambut palsu sebahu untuk menutupi wajah aslinya.
Kenalanku yang mengak pernah melihat Si Pria Salah Jalan berkata bahwa mereka menunggu selama seminggu sebelum berkendara ke rumah, menginap di rumah teman atau hotel dan bahkan tidak segan-segan untuk mengemas barang mereka ke dalam koper. Kesepakatan umum di sini sepertinya, apabila kau melihatnya saat sedang dalam perjalanan kerumahmu, jangan melanjutkan perjalananmu. Berbaliklah, pergi ke tempat lain, dan tunggu setidaknya seminggu.
Aku mengira itu hanyalah omong kosong belaka, sampai pada suatu hari dan akupun bertemu dengan Si Pria Salah Jalan ketika kami dalam perjalanan ke rumah dari bioskop.
Katylah yang melihatnya.
“Pelan-pelan,’ ujarnya, “Kurasa aku melihat Si Pria Salah Jalan yang kau ceritakan itu.”
Katy baru saja tinggal di kotaku selama setengah tahun, jadi salah satu dari hal-hal yang kuceritakan padanya dalam misiku untuk berbagi sebanyak mungkin hal-hal menarik semampuku adalah urban legend kami tentang Si Pria Salah Jalan. Apakah itu adalah suatu kebetulan bahwa kami baru saja berbicara mengenainya beberapa hari yang lalu?
Aku tidak pernah melihat seseorang yang berdadandan sebagai Si Pria Salah Jalan secara langsung. Lewat foto, pernah. Secara langsung, tidak pernah.
Kakiku gemetaran ketika aku menariknya sedikit dari pedal gas.
Saat itu gelap, dan disana antara memang tidak ada penerangan atau lampu jalannya sedang dimatikan.
Lampu depan mobilku menyorotnya. Dia berada di tepi jalan, menghadap kami.
Atau mungkin, membelakangi kami. Lukisan wajah itu menghadap kami. Kemeja flanel, celana jeans, dan rambut palsu juga menghadap kami. Tangan dan kakinya terlihat salah. Tangan dan kakinya berada di bawah pakaiannya dengan posisi terbalik. Aku ingin tertawa, tapi aku khawatir.
Ketika kami berjarak sekitar tiga meter dari mobilku, dia mengalihkan kepalanya yang terlukis menuju kami. Lukisan mata itu, realistik tapi jarak antar mereka terlalu jauh, terlihat seakan-akan sedang menatap tepat pada mataku.
Ketika kami mengemudi dengan lambat melewatinya, aku melambai padanya dan tersenyum untuk sedikit mencairkan suasana. Dia tidak melambai balik. Aku melirik Katy, Dia melambai juga. Tapi dia tidak tersenyum. Aku melirik balik dalam sesaat untuk melihat permukaan rata dari kepalanya yang terlukis dan tidak berambut, dan optikal ilusi dari wajah asli yang berada di sana telah luntur. Luntur, bahkan lebih parah dari itu. Dan juga, ketika mengintip dari jendela spion saat kami memperjauh jarak kami, kurasa aku melihat sesuatu yang berkilauan di bawah rambut palsu sebahu yang dikenakannya.
Lalu dia pun menghilang. Ditelan kegelapan. Aku mempercepat laju mobilku. Dia tidak sedang berjalan, tapi rasanya aku agak khawatir kalau dia bisa dengan mudah mengejar kami.
“Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang? Ujar Katy. “Kita tidak bisa pergi ke rumahmu, atau rumahku.”
Aku meliriknya, dan kami berdua mulai tertawa.
“Yah,” ujarku, “Setelah malam ini, kita sudah bisa memberitahu orang-orang kalau kita pernah melihat Si Pria Salah Jalan dan langsung pulang ke rumah.”
“Aku jadi penasaran siapa orang itu yang berpura-pura menjadi Si Pria Salah Jalan” Ujar Katy. “Aku penasaran kenapa mereka melakukannya, menurutmu apakah kita perlu memutar balik dan mencoba untuk berbicara dengan mereka?”
“Kusarankan kita tidak,” Kataku. “Mereka bisa saja berbahaya. Tapi aku yakin mereka hanyalah orang-orang yang mencoba melestarikan urban legend kita.”
“Yah, ini mobilmu,” ujar Katy. “Seandainya ini mobilku..”
“Oke-oke” ujarku. “Kita akan memutar balik. Kakekku pernah berkata, seandainya kau bingung dengan belokan mana yang harus kau tempuh, kau selalu bisa melakukan putaran balik sampai kau menemukan jawabannya. Dia mengunnakannya sebagai metafora dalam kehidupan.”
Tapi pada saat aku melakukan putaran balikku, jantungku terasa berdegup kencang. Aku mengemudi melalui sepanjang jalan yang gelap itu tanpa melihat orang itu lagi. Tempat itu hanya berjarak beberapa meter dari arah itu, jadi tidak mungkin dia bisa berjalan ataupun berlari meninggalkannya secepat itu.
Katy dan aku memutuskan bahwa orang yang berdandan sebagai SI Pria Salah Jalan pasti telah meninggalkan bahu jalan menuju ke hutan di sekitar. Ide mereka untuk bersembunyi di hutan ketika kami lewat membuatku merasa tidak tenang.
Kami memutar balik lagi, dan selama itu aku tetap melirik sekeliling berjaga-jaga seandainya orang itu melompat ke arah kami dari entah mana.
Tapi segera setelah itu kami pun menuju ke arah rumahku tanpa berbalik kedua kalinya untuk melihat Si Pria Salah Jalan.
Katy dan aku mencoba untuk menertawakannya, dan kami mencoba untuk membicarakan hal lainnya, tapi kami sebenarnya cukup ketakutan. Kami tidak dapat berhenti berbicara mengenai semua hal atau melirik jendela maupun kaca spion kami.
Kami mencapai perumahanku, lalu sampai pada jalan menuju rumahku.
Dan semuanya berubah.
Segera setelah kami sampai di jalanku, kami bukannya bergerak maju, malah mundur.
“Kau menggeser tuasnya ke posisi reverse?” ujar Katy. Tangannya menggengam tanganku. Tangannya sedingin es.
Aku menghentikan mobilku. Kami berdua melihat ke bawah. Tuas persnelingnya berada di posisi drive.
Aku menarik kakiku dari rem dan meletakkan pada pedal gas lagi. Perumahan, rumah-rumah familiar yang kulihat setiap hari ketika pulang ke rumah, menjauh dari kami.
“Mungkin ada yang salah dengan mobilku,” ujarku.
Tapi ketika aku mencoba untuk bergerak maju lagi, aku melihat ke arah samping lalu ke spion mobil. Kami tidak bergerak. Tidak berdasarkan pemandangan-pemandangan itu. Di depan kami, rumah-rumah mengecil setiap kali aku meletakkan kakiku pada pedal gas, tapi dari samping dan belakang itu terlihat seperti kami diam di tempat.
Di jalanku, semuanya terang. Banyak lampu-lampu jalan. Jadi kami tidak bisa mengatakan seakan-akan itu ada hubungannya dengan penglihatan yang terbatas.
“Ayo keluar dari sini,” ujar Katy. Suaranya hampir seperti berbisik.
“Ayo” ujarku, dengan cara yang sama. “Tapi bagaimana caranya kita untuk pergi?”
“Letakkan tuasmu ke reverse.”
Ketika aku menaikkan tuas mobilku pada reverse dan mencobanya, kami benar-benar maju kedepan. Tapi dari samping dan belakang, sekali lagi kami tidak terlihat bergerak, seakan-akan kami terjebak tepat setelah melewati jalur masuk menuju perumahanku.
Itu adalah pada saat aku dan Katy menghentikan mobil dan berdebat untuk keluar lalu kami melihat seseorang datang menuju kami dari tepi jalan. Dia mendekati kami dari depan mobil, jadi aku tidak begitu yakin dengan jaraknya. Kelihatannya dia sudah berjarak sekitar enam meter dari kami.
Aku tidak tahu kenapa aku membutuhkan waktu yang lama untuk menyadari ini, mungkin ini karena aku tidak ingin, tapi aku mengenal tetanggaku dari belakang kepala dan bentuk tubuhnya, yang mana agak tidak biasa. Aku melihatnya sering berhenti bekerja di kebunnya pada saat aku berkendara melewatinya.
Dia sedang berjalan terbalik menuju kami.
Ketika dia mendekat, dia terdiam.
Lalu dia mulai bertiak: “uka gnolot! uka gnolot!” lagi dan lagi. Berdiri di tempat. Punggungnya menghadap kami.
Baru setelah itu aku tersadar kalau dia sedang mengatakan “tolong aku” secara terbalik.
Aku menurunkan jendela mobil.
“Pak Nelson,” kataku. “Ada apa?”
Dia berhenti berteriak. Sekarang karena jendelaku terbuka, aku dapat mendengar badannya berderak dan patah. Darah tumpah dari celah-celahnya saat pergelangan tangan dan kakinya berubah secara drastis. Ketika kepala pak nya terpelintir menghadap kami, aku yakin kalau aku melihat cahaya keluar dari matanya.
Kemudian, apapun yang telah mengambil alih tubuh pak Nelson maju selangkah dengan arsitektur baru dari tubuhnya.
Aku dan Katy berteriak pada langkah pertama itu.
Aku menaikkan jendela mobilku saat pak Nelson melompat-lompat dengan kakinya yang tidak manusiawi. Lutut dan sikunya telah meregang berlebihan efek dari pelintiran itu. Aku meletakkan kakiku pada pedal gas, dengan tuas masih pada reverse, dan melalui jendela depan kami terlihat meluncur ke depan. Meskipun pemandangan di samping dan belakang menunjukkan kami tetap di tempat, kami menabrak pak Nelson.
Darah bercipratan pada kaca depan mobilku. Mobilku tersandung ketika kami melewati tubuhnya.
Pada sisi samping dan belakang, tidak ada indikasi kalau mobilnya tersandung. Aku tidak melihat ada tubuh muncul di belakang kami.
Aku tetap meletakkan kakiku pada pedal gas, masih tetap bergerak maju dalam mundur.
Aku melihat jendela rumah tetanggaku pecah. Sepasang suami istri yang kurang kukenali merangkak keluar seperti bayi laba-laba yang baru saja menetas, bersimbah darah dan lebih banyak darah ketika mereka melukai diri mereka pada pecahan kaca di bingkai jendela. Aku tidak yakin mereka tidak tahu cara membuka jendela. Ketika si istri berhenti tepat di jendela, dia tersenyum. Dia dengan sengaja menggesekkan kepalanya pada pecahan kaca yang tajam. Daging dan darah segar mengucur. Kurasa aku dapat melihat putihan tulang kepalanya. Saat itu suaminya yang telah berada di tanah berlari ke arah kami.
Aku melaju kedepan.
Mereka dan rumah mereka menghilang di samping dan belakang kendaraan, yang mana, lagi-lagi, masih terjebak di dekat jalur masuk perumahan.
Semakin banyak orang yang keluar dari rumah mereka. Mereka keluar dengan bagian tubuh yang terlilit dan rusak, semakin melukai diri mereka ketika mereka keluar. Mereka berlari ke arah kami dengan kaki yang terbalik, memompa-mompa tangan terbalik mereka ke belakang. Semua tentang mereka tidak ada yang benar.
Tak lama setelah itu, aku mendapati diriku menginjak rem.
“Jangan berhenti!” Teriak Katy. “Kita akan terkejar oleh mereka.”
Di depan, aku melihat halaman rumahku sendiri. Seseorang yang terlihat sepertiku sedang berbicara kepada orang lain dengan wajah lukisan. Wajah lukisan itu mengangguk. Itu mengangguk naik dan turun selayaknya wajah asli. Kemudian, aku melihat rambut palsunya bergerak sendiri, aku tersadar kalau wajah asli di balik rambut palsunya sedang berbicara. Menggerakkan bibirnya. Bernafas. Si Pria Salah Jalan sedang berbicara kepadaku atau seseorang yang terlihat sepertiku.
Di saat yang bersamaan, Katy mencoba menggapaiku, dengan putus asa meletakkan kakinya pada pedal gas.
Beberapa potongan tulang yang berlilitan dan daging bertubrukan pada kaca depan mobilku. Dua wajah dengan tumpukan lipatan pada lehernya menatapku dengan mata sayu. Wajah-wajah itu adalah wajah yang seharusnya kukenal. Tangan mereka yang berlilitan lanjut memukul kaca jendela meskipun mata mereka memberitahuku bahwa jiwa mereka sudah keluar dari tubuhnya. Retakan berbentuk jaring laba-laba mneyebar pada kaca depan. Celah retakannya digenangi darah.
Aku menghentakkan kakiku pada pedal gas sambil membantu Katy duduk kembali di kursinya.
Kami berhasil menyingkirkan mereka, dan tepat setelah itu kami pun menabrak seluruh keluarga-keluarganya secara beruntun. Aku tidak memiliki waktu untuk merasa bersalah. Mereka bukan tetanggaku. Mereka bukan tetanggaku. Mereka bukan..
Katy dan aku mulai berubah.
Aku mendengar beberapa tulang patah. Aku merasakannya sesaat kemudian. Seperti sambaran petir yang disusul oleh suaranya kemudian.
Katy dan aku mulai berteriak, hampir bersamaan dan dengan nada sama. Rasanya seperti paduan suara rasa sakit dan rasa takut yang baru saja dimulai dengan kami sebagai instrumennya.
“Sandarkan kepalamu!” teriakku saat aku mencoba untuk memastikan bahwa kepalaku tetap melekat pada kursiku. “Jangan membiarkannya terpelintir. Tidak peduli apapun yang terjadi pada sisa tubuh kita, kita tidak boleh membiarkannya membunuh kita.”
“Aku tahu!” ujar Katy. “Cukup kau keluarkan mobilmu dari sini! Memutar baliklah atau apapun itu!”
Memutar balik, pikirku. Seperti apa yang kakekku katakan tentang hidup dan bagaimana jika kau tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, kau selalu dapat memutar balik.
Tuas berada di posisi reverse, namun masih tetap bergerak kedepan, aku membanting setirku sampai terdengar suara decitan pada roda mobilku.
Aku tidak melirik pada sisi samping dan belakang. Aku terus melaju, menuju kembali ke arah tempat kami masuk.
Si Pria Salah Jalan menunggu. Dia menungguku di persimpangan antara halaman rumahku dan jalanan. Mulut lukisannya selalamanya menyeringai. Mata lukisannya terlalu lebar dan tak kunjung berkedip.
Kami melewatinya dan berkendara keluar dari kompleks perumaham.
Aku dan Katy masih belum keluar dari jeratan masalah, begitulah. Aku dapat membawa kami sampai pada stasiun gas tedekat sebelum kaki dan tanganku, yang mana sebagiannya telah terpelintir dan mengalirkan darah, benar-benar berhenti berfungsi.
Aku pingsan seketika, tapi Katy memberitahuku bahwa dia tetap tersadar sampai ambulans tiba. Aku tidak iri padanya.
Kami menghabiskan berbulan-bulan di rumah sakit dengan tulang-tulang yang patah juga persendian dan otot yang sobek. Kurasa satu hal yang telah menyelamatkan kami dari kerusakan permanen mungkin adalah kursi kendaraan kami yang menahan perubahan kami. Kami mengatakan kepada dokter-dokter kalau kami mengalami kecelakaan mobil. Mereka menggelengkan kepala mereka pada kami dan tetap menanyakan pertanyaan.
Aku tidak ingin pulang, sebenarnya. Kami berdua tidak ingin. Alasan kenapa aku pulang kerumah adalah karena salah satu dari tetangga yang telah kami tabrak datang ke rumah sakit untuk mengunjungiku. Mereka terlihat baik-baik saja, seakan-akan tidak ada yang pernah terjadi dan Si Pria Salah Jalan tidak pernah mengubah mereka.
Tetapi kerusakan terjadi pada kendaraanku dan juga kami, secara mental dan fisik, dan selama tubuh kami dalam perawatan, kurasa kami tidak akan pernah sama lagi.
Diubah oleh pngntrtidr 15-09-2021 18:47
mmuji1575 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas