- Beranda
- Stories from the Heart
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)
...
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)

Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.
Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya
Quote:
Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati

Oh iya jangan lupa
Quote:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 11:14
mangawal871948 dan 206 lainnya memberi reputasi
195
231.1K
2.5K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
afryan015
#488
Ingatan Bapak
Beberapa hari kemudian, tepatnya satu hari sebelum hari pernikahanku dengan via, sejak pagi hari rumah sudah ramai para saudara hadir dirumahku untuk membantu dan mempersiapkan semua keperluan pernikahanku, beberapa orang saudaraku mondarmandir dari gedung pernikahan ke rumah untuk mengambil barang dan memastikan keperluan di gedung siap, yah walaupun sudah menyewa jasa WO tapi yang namanya saudara tetap ingin memastikan semua yang dibutuhkan digedung sudah tersedia dan siap digunakan esok hari.
Alhamdulillah memang bisa mengadakan resepsi pernikahan digedung, bukan karena ingin sombong atau bagaimana, tapi melihat situasi kondisi dirumah tidak memungkinkan untuk membuat tenda untuk resepsi disana, oleh karena itu bapak dan ibu menyarankan untuk menggelar resepdi di gedung saja.
Walaupun undangan resepsi sudah dituliskan kalau acaranya adalah esok hari, tapi tidak sedikit beberapa tamu undangan yang malah datang kerumah dihari H-1 sebelum pernikahanku, dan kebanyakan para sahabat dari bapak dan ibu, yang kebetulan terbentur jadwal pekerjaan mereka yang entah bagaimana ternyata teman bapak dan ibu itu merupakan orang penting di dinas dan bahkan ada juga yang merupakan tangan kanan mentri olah raga waktu itu.
Suasana suka ria sudah terasa walau masih menjelang acara pernikahanku, teman dan sahabat ibu dan bapak yang berkunjung hari itu begitu terlihat akrab dan lega bisa melihat bapak dan ibu lagi setelah beberapa tahun tidak bertemu, mereka berbincang tentang masa muda mereka, mengobrolkan anak anak mereka, dan memberi semangat pada ibuku yang masih menderita penyakit stroke, yang kini sudah sedikit mendingan karena hanya tinggal melatih cara berjalannya saja, dan untuk berbicara sejak awal memang tidak ada gangguan.
Hingga tiba lah malam hari, teman dan sahabat ibu dan bapak sudah berpamitan pulang dari tadi, dan memberiku sebuah kado dan ucapan selamat untuk ku atas menempuh hidup baru esok hari, dan setelah teman dan sahabat bapak ibu itu pulang, aku langsung masuk ke kamar, setelah masuk aku langsung mengambil secarik kertas yang diberikan oleh petugas KUA untuk aku pelajari, dan isi tulisan didalamnya adalah ucapan ijab kabul, Saat aku sedang menghafalkan kata kata untuk ijab kabul, suara ketukan pintu kamar terdengar olehku.
“tok tok tok……” suara pintu diketuk
“yan bapak boleh masuk, bapak mau ngomong” ucap bapak dari luar kamar
“iya pak masuk saja, nggak Ryan kunci kok” jawabku sambil terus menghafal ijab kabul.
Bapak kemudian membuka pintu kamarku, terlihat senyum singkat darinya, seperti sedang memikirkan sesuatu yang terasa berat, setelah masuk kedalam kamar, bapak duduk di ranjang tidurku sambil tertunduk seolah bingung mau memulai pembicaraan dari mana, sedangkan aku malah asik menghafal tanpa memperdulikan bapak yang sepertinya ingin mengutarakan sesuatu padaku.
“maafin bapak yan, karena bapak ibu jadi kena stroke” bapak membuka pembicaraan dengan meminta maaf
Mendengan ucapan bapak, seketika itu juga aku menghentikan hafalanku dan langsung menghadap kearah bapak, aku belum pernah melihat bapak dengan ekspresi seperti itu, ekspresi bapak terlihat sangat serius dimalam itu,
“bapak kenapa bilang seperti itu” tanyaku keheranan
“bapak merasa bersalah karena terlalu memikirkan serangan serangan itu, hingga melupakan kamu dan ibu, dan hasilnya kalian memikirkan semua uborampe pernikahan hanya berdua, karena bapak begitu khawatir dengan kalian”
“sudah lah pak tidak apa apa, lagian semua juga sudah siap kan, Ryan juga paham bapak sedang memikirkan sesuatu, beberapa kali juga Ryan bilang sama ibu, tidak apa apa kita yang memperisapkan mungkin bapak sedang ada kerjaan makanya bapak diem saja, Ryan selalu ngomong gitu kok sama ibu, dan kelihatannya ibu juga gak papa” aku berusaha membuat bapak tidak menyalahkan dirinya sendiri.
“kamu tidak apa apa, tapi lihat ibumu, itu semua karena bapak yan, kurang perhatian sama ibumu” bapak melihat kearahku dengan rasa kesal dan penuh penyesalan karena merasa orang yang dicintainya seperti itu karena ulahnya,
“tidak pak sudah tidak apa apa, semua sudah terjadi dan itu atas kehendak Allah, bapak harus ikhlas itu bukan kesalahan bapak, tapi sekarang Ryan lah yang khawatir sama bapak” dan sekarang malah aku yang menunduk karena bingung mengingat ucapan si Bajra.
“bapak janji setelah pernikahanmu selesai, ibumu akan bapak buat senang bapak akan merawat diabenar benar, dan kamu tidak perlu khawatir dengan omongan makhluk yang bernama Bajra, kami pernah berhadapan” kali ini dengan tatapan yakin bapak berkata.
“loh bapak sudah kenal dengan sosok itu, kan Ryan belum cerita apa apa sama bapak tentang sosok itu, atau saat aku dan ibu berada di rumah sakit, dia juga menghampiri bapak?” tanyaku penasaran.
“tidak, tapi bapak pernah berhadapan dengan dia, dan bapak sekarang paham kenapa buntut dari pertempuran itu tidak selesai setelah kita membiarkan dukun itu tersegel di alam itu, sini yan duduk bersilah di bawah, bapak mau nunjukin sesuatu” ucap bapak menyuruhku untuk duduk dibawah.
Aku pun kemudian menuruti perkataan bapak, aku berfikir bapak akan memberikan sesuatu, setelah aku duduk bersilah dibawah bapak, kemudian bapak memintaku untuk memejamkan mata dan setelah itu, bapak memegang kepalah bagian atasku sambil membacakan beberapa doa dan kata kata dalam bahasa jawa kuno, setelah itu bapak merapalkan beberapa doa dan kata kata kuno itu tampak bapak berhenti mengucapkan kata, dan selang beberapa saat sebuah anginkencang menerpa ku cukup kencang.
Setelah angin itu berhenti berhembus, bapak kemudian menyuruhku untuk membuka mataku, sebelum aku membuka mataku sama samar aku mendengar suara orang orang seperti sedang dalam suasana pemilihan suara untuk memilih salah seorang pemimpin, penghitungan suara seperti sedang berlangsung di depan mataku, karena penasaran dengan suasana yang tiba tiba ramai, kubuka mataku ternyata aku sudah berada disebuah perkampungan yang sedang berlangsung pemilihan kepala dusun, terlihat dari sepanduk yang terpasang di panggung penghitungan suara, namun di sepanduk itu tertulis tahun 1998, ternyata bapak membawa ku ke ingatannya pada tahun itu, dimana pada saat itu bapak dipanggil oleh bang Damar untuk membantunya menangani kasus supranaturan di kalimantan.
Kulihat suasana disana begitu ramai, salah seorang dari mereka sedang membuka isi surat suara dan membacakan secara lantang, ada juga yang sedang menulis hasil perolehan suara di papan tulis disana, aku pun memperhatikan keadaan sekitar melihat orang orang yang sedang larut dalam suasana pemilu ini, di sela sela orang disana aku melihat seseorang yang aku kenal sedang berbincang dengan seseorang yang belum pernah aku melihatnya, dan orang yang aku kenal itu ternyata adalah bapak ku, hanya saja disana dia masih terlihat begitu muda dibanding sekarang, tanpa ku sadari, aku berniat untuk menghampiri sosok ayahku disana, dan saat aku hendak berjalan mendekat, dari sisi samping ku berjalan seorang laki laki dengan prilaku seolah dia sedang kesal, beberapa orang yang menghalanginya sempat di singkirkan dengan kasar, dan saat hampir menabraku ternyata orang itu hanya menembus badanku saja, setelah itu dari arah belakangku ada yang menarik badanku kebelakang dan ternyata itu adalah bapakku.
Bapak mengatakan tidak usah bergerak cukup disini saja dan tonton baik baik, bapak menerangkan orang yang barusan menembusku adalah seorang bernama Wawang, salah satu kandidat kepala dusun dan melihat hasil perolehan angka yang sudah kalah jauh dibanding dua kandidat lainnya, padahal kata bapak awalnya dia sangat ramah pada warga sebelum pemilihan, dan kerap memberi santunan kepada para warga yang kebetulan mengalami musibah salah satu keluarga mereka yang meninggal, dan hal itu yang membuat bang Damar memanggil bapak untuk membantunya mengusut.
Dan ternyata benar saja setelah bang Damar dan bapak mengusut permasalahan itu, ternyata warga yang meninggal bukan meninggal karena memang waktunya, namun mereka dijadikan tumbal oleh orang bernama Wawang tadi supaya dia berhasil dan mudah mendapat suara setelah mengumpulkan tumbal yang dijanjikan, namun karena adanya bapak dan bang Damar, perjanjian itu berhasil digagalkan dan membuat Wawang tampak kesal karena hasil perolehan suaranya diluar bayangannya, dan dimana ada tumbal pasti disana ada sipembuat atau perantara yaitu dukun.
Tampilan visual yang di perlihatkanpun berubah kali ini, terlihat suasana malam hari, disebuah hutan, terlihat orang bernama Wawang tadi berjalan menggunakan senter membelah gelapnya malam, dan dibelakangnya diikuti oleh bapak dan seseorang yang belum pernah aku lihat sama sekali, aku sempat bertanya pada bapak, siapa sebenarnya sosok itu yang bersama bapak dari tadi, dan bapak pun menjawab kalau itulah sosok bang Damar yang selama ini aku hanya mendengar suaranya saja, bapak dan bang Damar pun mengikuti Wawang dengan hati hati dan menjaga jarak, supaya tidak ketahuan dan mengetahai apa yang akan dia lakukan setelah ini, ide mengikuti Wawang ini adalah dari bang Damar yang dia merasa kalau masalah tumbal itu belum selesai seratus persen, dan bapak pun mengikuti keinginan bang Damar untuk membuntuti sosok Wawang ini.
Dan benar saja, apa kata bang Damar, sosok Wawang ini berjalan menembus hutan ini untuk menenuju ke sebuah rumah di pinggiran sungai dipinggir hutan, dan kata bang Damar kemungkinan itu adalah rumah dari dukun yang menjadi tempat Wawang untuk berkeluh kesah dan meminta untuk di jadikan Kepala Dusun, bang Damar mengetahui tempat itu karena menurut warga sekitar ada sebuah rumah tua di pinggir sungai yang dicurigai merupakan rumah dari dukun.
Dan benar saja setelah sampai dirumah yang ditujukan Wawang kemudian mengetuk rumah yang terbuat dari kayu dan hanya disinari dengan lampu teplok atau kalau didaerahku disebut dengan senthir, sebuah penerangan dari minyak tanah dan sumbu, seseorang berpakaian kaos oblong lusuh kemudian keluar dari dalam rumah kayu tersebut, terlihat dari tampangnya dia juga tidak kalah kesal atas kegagalan nya membuat Wawang menjadi kepala Dusun, mereka pun akhirnya masuk kedalam rumah itu.
Bapak dan bang Damarpun kemudian berjalan perlahan sambil mengamati keadaan sekitar, dan mendekat kesisi rumah yang terlihat ada jendelanya, dan berdiam diri disana sembari mendengarkan percakapan mereka di dalam sana.
“KUUURAANGG AAJAARR MEREKA, beraninya menghalangi pekerjaanku” ucap dukun itu penuh kekesalan
“lalu bagai mana Apang, aku sudah membayarmu cukup mahal supaya aku bisa menjabat sebagai kepala Dusun disana” terlihat Wawang protes atas kegagalan yang diterimanya
“kamu tenang saja, kita akan balas orang dari Jawa itu dan temannya itu, nanti gampang kita obrak abrik lagi kampung itu dan mengatakan kalau Kadus yang terpilih itu membawa sial untuk Dusun itu” terlihat dukun bernama Apang memiliki rencana licik setelah ini
“apa yang akan kita lakukan Apang, apakah masih ada cara lagi” tanya Wawang pada dukun itu
“besok tepat saat Jum’at Kliwon kamu ituk aku kebukit di sebrang desa untuk meminta bantuan menghabisi orang Jawa dan temannya itu, kita habisi dulu mereka pokoknya” Apang menjelaskan rencana yang akan dilakukannya
Setelah mendengar itu terlihat ekspresi bang Damar berubah derastis, dia terlihat begitu panik karena dukun itu menunjuk kearah bukit yang terkenal angker dan sudah terkenal disana merupakan markan para jin golongan hitam berkumpul atau lebih tepatnya disana adalah kerajaan jin golongan hitam dengan tingkatan yang sudah tinggi tinggi semua, ada sedikit kekhawatiran diraut muka Bang Damar untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya besok.
Bapak yang saat itu melihat ekspresi bang Damar sedikit khawatir kemudian mencoba untuk menenangkannya, bapak berkata tidak perlu khawatir akan makhluk seperti itu, kita memiliki bala bantuan yang tidak kalah hebat, kita masih punya Tuhan, kita Punya Allah, tidak usah merasa takut, lagi pula kata bapak, bang Damar memiliki empat perewangan yang sangat tangguh yang merupakan salah satu petinggi di kalangan jin Putih, siapa lagi kalau bukan Gufron, Barzam, Alhazam dan masih ada satu lagi yang saat itu terdengar samar samar tidak begitu jelas.
Setelah mendengar rencana tersebut bapak dan bang Damar memutuskan untuk kembali, dan memutuskan untuk sesegera mungkin menyusun strategi dan memperhitungkan sesuatu sesuatu yang akan terjadi nantinya.
Dan setelah itu, gambar kembali berubah dan sekarang memperlihatkan bapak dan bang Damar mengikuti Wawang dan Apang dari jarak yang cukup jauh, ternyata hari itu adalah hari dimana mereka akan pergi ke bukit yang sangat angker itu, Wawang dan Apang kali ini tidak sendirian, dia pergi kesana diikuti oleh para makhluk peliharaan Apang untuk berisap siap menghadapi kemungkinan terburuk saat meminta pertolongan di bukit itu, hal itu yang membuat bapak dan bang Damar membuat jarak cukup jauh dan sebisa mungkin tidak diketahui.
Setelah perjalanan cukup jauh tiba tiba suasana berubah begitu mencengkap, suara burung terdengar padahal saat itu hari sudah malam, suara serigala juga terdengar bersautan, seolah memberi tanda kalau ada yang memasuki wilayah mereka, suara semak semak seperti orang berjalan pun mulai terdengar ramai, dan entah itu nyata atau tidak dalam gambaran itu terlihat sebuah gapura besar dan megah diselubungi sarang laba laba dan dijaga oleh sepasang makhluk membawa sebuah gada besar berwujud manusia berkepala anjing menyambut Wawang dan Apang.
“siapa kalian, dan ada perlu apa kemari” sebuah pertanyaan default sepertinya untuk memasuki sebuah kerajaan jin
Mereka berdua pun memperkenalkandiri dan memberitahu keperluan mereka datang kemari, dan karena saking penasarannya, hal ceroboh malah dilakukan bang Damar, saat mereka sedang berbicara bang Damar malah terus berjalan hingga menginjang sebuah ranting yang akhrinya membuat suara.
“aku kemari ingin bertemu dengan B……” belum selesai dukun itu berkata, dan malah mendengar suara ranting, dukun itu pun menghentikan ucapannya dan menoleh kebelakang, dibarengi dengan sepasang penjaga itu yang ikut mengendus layaknya anjing yang sedang mencari sesuatu
Dan untungnya mereka tidak begitu memperdulikan suara yang dibuat oleh bang Damar, dan kembali bernegosiasi lagi untuk bertemu dengan sosok yang dinginkan oleh dukun itu, hingga pada akhrinya sosok yang ingin ditemuinya keluar dari dalam gerbang yang ternyata dia adalah …….
itkgid dan 47 lainnya memberi reputasi
48
Tutup