- Beranda
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
...
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 12:54
arieaduh dan 197 lainnya memberi reputasi
188
386.9K
12.1K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#1382
Serangan Kedua
Sambil menunggu di teras kamar Renita, aku menyulut rokokku.
Adzan Isya sudah terdengar dari tadi, tapi aku belum beranjak dari teras itu.
Aku sedikit kaget saat pintu kamar Renita terbuka, dan dia keluar masih memakai mukena.
Terllhat cantik dan sholeha, bagai bidadari surga.
"Kok di sini mas? Ada apa?" tanyanya.
"Ah, sekedar pengin jagain kamu aja kok...!" jawabku.
Tak mungkin juga aku mengatakan yang sebenarnya.
"Ah...so sweet... Dijagain kekasih..hihihi...!"
"Yank, kamu cantik banget dalam balutan mukena itu...!" kataku sambil memandangnya takjub.
"Ah...mas bisa aja deh. Pasti mas juga bilang begitu pada semua cewe ya?"
'Enggak lah... Kamu beneran cantik banget lho. Aku sampai berfikir bahwa kamu itu bidadari surga...!"
"Amin.... Semoga aku kelak jadi bidadarimu di jannah...!"
"Amin... Sini duduk sini...!" ajakku.
"Bentar ya mas, aku lipat dulu mukenanya. Nanti kotor...!"
"Iya deh..!"
Renita kembali ke dalam.kamar, dan agak lama kemudian, dia keluar dengan dua gelas minuman panas.
"Diminum mas...!"
"Makasih sayang...ini minuman apa?"
"Jahe susu mas, biar badan mas hangat...!" sahutnya.
"Hmmm...makasih banget nih. Aku suka banget dengan minuman ini!" kataku sambil menyeruput minuman itu.
"Mas udah selesai tugasnya?"
"Belum...besok lagi aja deh. Kan besok hari sabtu...libur kuliah..!"
"Oh...ya udah. Tak kirain mas mau lembur ngerjain tugas..!"
"Enggak ah, lagi kurang mood buat lembur nih...!"
Akhirnya kami ngobrol banyak hal dan Renita mengatakan sesuatu.
"Mas ..aku dah ngabarin teteh kalau kita jadian...!" katanya
Agak kaget aku memandangnya...
"Gimana reaksinya...?" tanyaku.
"Yah, teteh bilang supaya aku hati-hati. Dia takut mas hanya mempermainkan aku karena mas sudah dikecewain teteh..!"
"Lantas, menurut kamu sendiri gimana?"
"Aku kenal mas bukan baru sebentar, jadi aku percaya bahwa mas tulus padaku...!" katanya tegas.
"Alhamdulillah.... Semoga aku bisa menjaga kepercayaanmu itu. Cuman, aku mau bilang...mungkin kamu akan sering sakit hati nantinya...!"
"Kok bisa mas...?"
"Sama seperti saat aku berhubungan dengan Desi, banyak sekali godaan yang kualami. Banyak cewe yang mendekat padaki, walau sekarang udah ga ada lagi. Tapi siapa tahu nanti? Dan aku ini juga gampang tergoda lho..!" kataku.
"Mas ..aku percaya sama mas. Aku yakin mas, jika mas memang jodohku, cobaan seberat apapun bisa kita lalui bersama...!".
"Amin... Makasih ya sayang. Aku akan mencoba supaya ga gampang tergoda sama cewe lain..!"
"Kalau sampai tergoda...?"
"Ya itu namanya khliaf ..hehehe..!"
"Awas aja kalau keserongan khilaf...!!" tatapnya tajam.
Aku cuma bisa nyengir...
Sengaja aku mengatakan hal itu, agar dia tahu siapa sebenarnya diriku. Seorang yang gampang tergoda cewe cakep.
Harapanku, dia bisa mempersiapkan mentalnya untuk itu.
Jam 9 malam, aku merasakan aura gelap mendekat dengan cepat. Kali ini terasa lebih kuat.
Benar dugaanku, si pengirim teluh mempersiapkan serangan yang lebih kuat.
"Sayang, sekarang kaml masuk.ke dalam saja ya? Aku bakal berjaga di sini!"
"Emang kenapa mas?" tanyanya bingung.
"Ada sesuatu yang mengancammu... Tapi ini masalah ghaib. Kamu masuk saja dan berdoa di dalam." sahutku. Terpaksa menceritakan yang sebenarnya
"Lalu mas gimana?"
"Aku akan menghadapi serangan itu, dan menjagamu sekuat tenaga."
Renita bangkit dari duduknya, menghampiriku dan memelukku.
"Mas, aku ga tahu masalah seperti itu. Terima kasih mas mau menjagaku. Mas hati-hati ya? Aku ga mau mas kenapa-napa...!"
"Iya sayang... Bantu mas dengan doa saja ya?"
Renita menengadah memandangku dan mengangguk. Lalu dia meraih kepalaku, dan mencium kedua pipiku.
Setelah itu dia masuk ke kamarnya dan menutup pintu.
Nyi Rambat tampak memperhatkkan serangan yang datang. Sekarang cahaya merah itu disertai gumpalan hitam. Dan begitu dekat, ternyata itu adalah makhluk astral yang berjumlah banyak.
Namun saat menyentuh pagar ghaib, cahaya merah itu meledak. Sementara, para makhluk ghaib berbagai bentuk itu, serentak mengayunkan tangan mereka dan menyerang pagar ghaib delgan pukulan mereka.
Wah, kalau digempur terus-terusan, bisa jebol juga pagar ghaib itu.
"Nyi, tolong jaga ragaku ya? Aku mau menghajar makhluk-makhluk itu!" kataku pada Nyi Rambat.
"Siap mas .. Hati-hati... Nanti.kalau menang aku kasih bonus dah...hihihi...!"
Asem...di saat genting seperri ini, masih aja tuh nenek bohai bercanda
Cuekin aja deh Nyi Rambat... Aku segera duduk santai di kursi dan melakukan rogoh sukmo. Sukmaku melesat keluar dan segera menuju makhluk2 ghaib di luar pagar ghaib. Untuk menghemat tenaga, aku panggilkan Ki Sardulo Seto.
Dan....
Suara auman harimau yang sangat keras menandakan kehadiran Ki Sardulo bersama ratusan anak buahnya
Tanpa perlu diperintah, Ki Sardulo seto dan anak buahnya langsung menyerbu ke arah makhluk2 ghaib itu dan segera terjadi pertempuran.
Sementara, aku dengan pukulan lunakku, menangkis serangan cahaya merah itu.
Saat berbenturan dengan pukulan lunakku, cahaya merah itu tidak meledak. Aku tingkatkan energiku, hingga tiga perempat bagian, lalu kukibaskan kedua tanganku menghalau cahaya2 merah itu. Segera saja cahaya merah itu berpentalan, dan melesat kembali ke arah datangnya.
Kulihat pertempuran Ki Sardulo beserta anak buahnya, sudah hampir memasuki babak akhir. Hanya sebentar saja, musuh tinggal beberapa gelintir. Tak sampal 3 menit, semua berhasil dimusnahkan.
Aku melesat menuju arah datangnya serangan.
"Ki Sardulo, ikuti aku...!" seruku.
"Baik Aden...!" balasnya
Dengan kecepatan penuh, aku melesat menuji arah datangnya serangan. Masih ada satu dua serangan yang segera kutangkis dan kusingkirkan.
Sementara makhluk-makhluk yang menyertai serangan susulan itu, dibantai oleh anak buah ki Sardulo.
Setelah menempuh perjalanan selama 10 menit, sampailah kami di tempat yang digambarkan oleh Nyi Rambat
Di pinggir sebuah hutan jati, kulihat sebuah pondok sederhana yang jauh dari pemukiman penduduk.
Dan benar saja, sepertl apa yang dlkatakan Nyi Rambat, banyak jin yang mengelilingi rumah itu. Ada ratusan jumlahnya.
"Ki, apakah Ki Sardulo dan anak buah mampu mengatasi jin-jin itu?" tanyaku.
"Tenang den, insya Allah kami mampu. Aura mereka lumayan kuat, tapi masih mampu kami hadapi!"
"Baiklah Ki, aku serahkan mereka padamu. Aku akan mengurus manusia yang ada di dalam pondok itu...!"
"Baik Den... Hati-hati...!"
Dengan sebuah komando, anak buah Ki Sardulo langsung menyerbu jin-jin di sekeliling rumah itu.
Saat perang semakin ramai, aku melesat masuk ke dalam pondok itu.
Beberapa jin mencoba menghadangku. Tapi dengan tombak kyai Cemeng, aku hajar mereka semua satu persatu. Kyai Cemeng menunjukkan kehebatannya...
Setiap jin yang terkena, akan langsung mati dengan tubuh hancur lebur tak karuan.
Setelah berhasil melewati jin-jin itu, aku menerobos atap pondok itu dan masuk ke dalam.
Dan di dalam aku melihat seorang lelaki tua sedang duduk bersila menghadapi sebuah meja kecil yang penuh dengan sesajen dan kembang setaman.
Mulutnya komat kamit membaca mantera, sambil menghadapi sebuah boneka kain dengan foto Renita ditempelkan pada kepala boneka kain itu.
Adzan Isya sudah terdengar dari tadi, tapi aku belum beranjak dari teras itu.
Aku sedikit kaget saat pintu kamar Renita terbuka, dan dia keluar masih memakai mukena.
Terllhat cantik dan sholeha, bagai bidadari surga.
"Kok di sini mas? Ada apa?" tanyanya.
"Ah, sekedar pengin jagain kamu aja kok...!" jawabku.
Tak mungkin juga aku mengatakan yang sebenarnya.
"Ah...so sweet... Dijagain kekasih..hihihi...!"
"Yank, kamu cantik banget dalam balutan mukena itu...!" kataku sambil memandangnya takjub.
"Ah...mas bisa aja deh. Pasti mas juga bilang begitu pada semua cewe ya?"
'Enggak lah... Kamu beneran cantik banget lho. Aku sampai berfikir bahwa kamu itu bidadari surga...!"
"Amin.... Semoga aku kelak jadi bidadarimu di jannah...!"
"Amin... Sini duduk sini...!" ajakku.
"Bentar ya mas, aku lipat dulu mukenanya. Nanti kotor...!"
"Iya deh..!"
Renita kembali ke dalam.kamar, dan agak lama kemudian, dia keluar dengan dua gelas minuman panas.
"Diminum mas...!"
"Makasih sayang...ini minuman apa?"
"Jahe susu mas, biar badan mas hangat...!" sahutnya.
"Hmmm...makasih banget nih. Aku suka banget dengan minuman ini!" kataku sambil menyeruput minuman itu.
"Mas udah selesai tugasnya?"
"Belum...besok lagi aja deh. Kan besok hari sabtu...libur kuliah..!"
"Oh...ya udah. Tak kirain mas mau lembur ngerjain tugas..!"
"Enggak ah, lagi kurang mood buat lembur nih...!"
Akhirnya kami ngobrol banyak hal dan Renita mengatakan sesuatu.
"Mas ..aku dah ngabarin teteh kalau kita jadian...!" katanya
Agak kaget aku memandangnya...
"Gimana reaksinya...?" tanyaku.
"Yah, teteh bilang supaya aku hati-hati. Dia takut mas hanya mempermainkan aku karena mas sudah dikecewain teteh..!"
"Lantas, menurut kamu sendiri gimana?"
"Aku kenal mas bukan baru sebentar, jadi aku percaya bahwa mas tulus padaku...!" katanya tegas.
"Alhamdulillah.... Semoga aku bisa menjaga kepercayaanmu itu. Cuman, aku mau bilang...mungkin kamu akan sering sakit hati nantinya...!"
"Kok bisa mas...?"
"Sama seperti saat aku berhubungan dengan Desi, banyak sekali godaan yang kualami. Banyak cewe yang mendekat padaki, walau sekarang udah ga ada lagi. Tapi siapa tahu nanti? Dan aku ini juga gampang tergoda lho..!" kataku.
"Mas ..aku percaya sama mas. Aku yakin mas, jika mas memang jodohku, cobaan seberat apapun bisa kita lalui bersama...!".
"Amin... Makasih ya sayang. Aku akan mencoba supaya ga gampang tergoda sama cewe lain..!"
"Kalau sampai tergoda...?"
"Ya itu namanya khliaf ..hehehe..!"
"Awas aja kalau keserongan khilaf...!!" tatapnya tajam.
Aku cuma bisa nyengir...
Sengaja aku mengatakan hal itu, agar dia tahu siapa sebenarnya diriku. Seorang yang gampang tergoda cewe cakep.
Harapanku, dia bisa mempersiapkan mentalnya untuk itu.
Jam 9 malam, aku merasakan aura gelap mendekat dengan cepat. Kali ini terasa lebih kuat.
Benar dugaanku, si pengirim teluh mempersiapkan serangan yang lebih kuat.
"Sayang, sekarang kaml masuk.ke dalam saja ya? Aku bakal berjaga di sini!"
"Emang kenapa mas?" tanyanya bingung.
"Ada sesuatu yang mengancammu... Tapi ini masalah ghaib. Kamu masuk saja dan berdoa di dalam." sahutku. Terpaksa menceritakan yang sebenarnya
"Lalu mas gimana?"
"Aku akan menghadapi serangan itu, dan menjagamu sekuat tenaga."
Renita bangkit dari duduknya, menghampiriku dan memelukku.
"Mas, aku ga tahu masalah seperti itu. Terima kasih mas mau menjagaku. Mas hati-hati ya? Aku ga mau mas kenapa-napa...!"
"Iya sayang... Bantu mas dengan doa saja ya?"
Renita menengadah memandangku dan mengangguk. Lalu dia meraih kepalaku, dan mencium kedua pipiku.
Setelah itu dia masuk ke kamarnya dan menutup pintu.
Nyi Rambat tampak memperhatkkan serangan yang datang. Sekarang cahaya merah itu disertai gumpalan hitam. Dan begitu dekat, ternyata itu adalah makhluk astral yang berjumlah banyak.
Namun saat menyentuh pagar ghaib, cahaya merah itu meledak. Sementara, para makhluk ghaib berbagai bentuk itu, serentak mengayunkan tangan mereka dan menyerang pagar ghaib delgan pukulan mereka.
Wah, kalau digempur terus-terusan, bisa jebol juga pagar ghaib itu.
"Nyi, tolong jaga ragaku ya? Aku mau menghajar makhluk-makhluk itu!" kataku pada Nyi Rambat.
"Siap mas .. Hati-hati... Nanti.kalau menang aku kasih bonus dah...hihihi...!"
Asem...di saat genting seperri ini, masih aja tuh nenek bohai bercanda
Cuekin aja deh Nyi Rambat... Aku segera duduk santai di kursi dan melakukan rogoh sukmo. Sukmaku melesat keluar dan segera menuju makhluk2 ghaib di luar pagar ghaib. Untuk menghemat tenaga, aku panggilkan Ki Sardulo Seto.
Dan....
Suara auman harimau yang sangat keras menandakan kehadiran Ki Sardulo bersama ratusan anak buahnya
Tanpa perlu diperintah, Ki Sardulo seto dan anak buahnya langsung menyerbu ke arah makhluk2 ghaib itu dan segera terjadi pertempuran.
Sementara, aku dengan pukulan lunakku, menangkis serangan cahaya merah itu.
Saat berbenturan dengan pukulan lunakku, cahaya merah itu tidak meledak. Aku tingkatkan energiku, hingga tiga perempat bagian, lalu kukibaskan kedua tanganku menghalau cahaya2 merah itu. Segera saja cahaya merah itu berpentalan, dan melesat kembali ke arah datangnya.
Kulihat pertempuran Ki Sardulo beserta anak buahnya, sudah hampir memasuki babak akhir. Hanya sebentar saja, musuh tinggal beberapa gelintir. Tak sampal 3 menit, semua berhasil dimusnahkan.
Aku melesat menuju arah datangnya serangan.
"Ki Sardulo, ikuti aku...!" seruku.
"Baik Aden...!" balasnya
Dengan kecepatan penuh, aku melesat menuji arah datangnya serangan. Masih ada satu dua serangan yang segera kutangkis dan kusingkirkan.
Sementara makhluk-makhluk yang menyertai serangan susulan itu, dibantai oleh anak buah ki Sardulo.
Setelah menempuh perjalanan selama 10 menit, sampailah kami di tempat yang digambarkan oleh Nyi Rambat
Di pinggir sebuah hutan jati, kulihat sebuah pondok sederhana yang jauh dari pemukiman penduduk.
Dan benar saja, sepertl apa yang dlkatakan Nyi Rambat, banyak jin yang mengelilingi rumah itu. Ada ratusan jumlahnya.
"Ki, apakah Ki Sardulo dan anak buah mampu mengatasi jin-jin itu?" tanyaku.
"Tenang den, insya Allah kami mampu. Aura mereka lumayan kuat, tapi masih mampu kami hadapi!"
"Baiklah Ki, aku serahkan mereka padamu. Aku akan mengurus manusia yang ada di dalam pondok itu...!"
"Baik Den... Hati-hati...!"
Dengan sebuah komando, anak buah Ki Sardulo langsung menyerbu jin-jin di sekeliling rumah itu.
Saat perang semakin ramai, aku melesat masuk ke dalam pondok itu.
Beberapa jin mencoba menghadangku. Tapi dengan tombak kyai Cemeng, aku hajar mereka semua satu persatu. Kyai Cemeng menunjukkan kehebatannya...
Setiap jin yang terkena, akan langsung mati dengan tubuh hancur lebur tak karuan.
Setelah berhasil melewati jin-jin itu, aku menerobos atap pondok itu dan masuk ke dalam.
Dan di dalam aku melihat seorang lelaki tua sedang duduk bersila menghadapi sebuah meja kecil yang penuh dengan sesajen dan kembang setaman.
Mulutnya komat kamit membaca mantera, sambil menghadapi sebuah boneka kain dengan foto Renita ditempelkan pada kepala boneka kain itu.
arinu dan 73 lainnya memberi reputasi
74
Tutup