Pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Seluruh masyarakat Indonesia dari barat hingga ke timur merayakannya dengan penuh sukacita. Bermacam-macam cara juga rakyat Indonesia merayakannya. Mulai dari memperingati detik - detik Proklamasi hingga napak tilas,  mulai dari upacara bendera hingga festival menghias gapura, mulai dari Pidato Kenegaraan hingga lomba karaoke di kelurahan. Selain itu, tak jarang pula kita jumpai di sekitar lingkungan kita diadakan perayaan tujuh belasaan dengan mengadakan  beberapa cabang perlombaan, baik untuk anak anak, para remaja, hingga kategori bapak-bapak dan ibu-ibu. Bahkan ada yang mengadakannya untuk para lansia. Luar biasa.

Sebagai contoh perlombaan yang biasa kita jumpai tersebut antara lain lomba balap karung, makan kerupuk, panjat pinang. Ketiga lomba ini seakan-akan sudah menjadi perlombaan wajib pada peringatan hari kemerdekaan di setiap tahunnya. Tentu saja masih banyak cabang perlombaan lain yang diadakan oleh panitia tujuh belasan. 

Akan tetapi, kemeriahan itu tidak kita jumpai pada dua tahun belakangan ini. Kalaupun ada yang mengadakan perlombaan, sudah barang tentu dihadapkan akan keterbatasan dan bisa dipastikan melanggar aturan karena mengakibatkan kerumunan atau keramaian. Seperti yang telah kita ketahui bersama mengapa kita tidak bisa bebas merdeka merayakan hari kemerdekaan ini,  hal itu disebabkan karena adanya wabah penyakit yang menyerang secara bersamaan, berjangkit serempak, meluas kemana-mana. Tidak hanya di negara kita tercinta saja yang mengalaminya, bahkan dialami hampir di seluruh dunia. Pandemi.

Dengan adanya pandemi tersebut bukan berarti kita menyerah. Karena saya yakin para pahlawan kita terdahulu, yang berjuang merebut kemerdekaan hingga tetes darah penghabisan tidak ingin generasi penerusnya memiliki sifat mudah menyerah. Barangkali kegiatan Community Online Competition (COC) menjadi pembuktian bahwa pandemi bukanlah halangan bagi kita, generasi muda harapan bangsa,  mengisi kemerdekaan yakni dengan tulisan.

Dalam kesempatan kali ini saya mohon izin untuk sedikit menceritakan pengalaman yang sangat berkesan dan menurut saya lumayan seru jika kita ambil bagian. Adapun kegiatan yang saya maksudkan adalah "Kibarkan Merah Putih Di Atas Sungai Kapuas". Sebenarnya kegiatan ini sudah berlangsung dua tahun yang lalu, tepatnya pada hari sabtu tanggal 17 Agustus 2019. Walau sudah lama berlalu, tapi masih meninggalkan kesan dalam ingatan. 

Jika kita ikut serta dalam upacara bendera setiap tahun, atau mengibarkan kain bendera yang lusuh di halaman rumah, menurut saya itu sudah biasa. Akan tetapi yang membuat kegiatan ini sangat berbeda dan begitu istimewa, kami mengibarkan Sang Saka Merah Putih di atas Sungai Kapuas. Sungai terpanjang di Indonesia.  Terlebih lagi saat kegiatan ini berlangsung, daerah kami  saat itu diselimuti kabut asap tebal. 

Alasan lain mengapa kegiatan ini begitu berkesan, karena tidak perlu memiliki postur tubuh ideal, tidak perlu berparas cantik ataupun berwajah tampan untuk mengibarkan bendera. Tidak juga harus dari partai, organisasi, kelompok atau komunitas tertentu yang berhak mengibarkan bendera. Akan tetapi semua berhak mengibarkannya. Karena pada dasarnya Merah Putih adalah bendera kita, milik kita semua. Tak perduli latar belakang ataupun darimana kita berasal, kita memiliki hak dan tanggung jawab agar Merah Putih tetap berkibar. 

Sadar saya bukanlah seorang penutur cerita yang baik, jadi biarlah gambar yang berbicara.















sumber