Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

beritaviral2024Avatar border
TS
beritaviral2024
Jeffery "Raja Obligasi" Gundlach: Dolar AS Menuju "Kiamat"
Jeffery "Raja Obligasi" Gundlach: Dolar AS Menuju "Kiamat"
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali terpuruk pada perdagangan Selasa (31/8/2021). Pada pekan lalu, indeks dolar AS merosot 0,87%, kemudian Senin kemarin turun tipis 0,04%. Tekanan bagi dolar AS terlihat mereda, tetapi nyatanya sore ini kembali merosot.
Melansir data Refinitiv, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sempat turun 0,21% ke 92,462 level terendah sejak 6 Agustus lalu. Posisi indeks dolar AS sedikit membaik, berada di 92,517 atau melemah 0,15% pada pukul 15:33 WIB.

Dolar AS mengalami tekanan pasca pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) pada Jumat pekan lalu. Tetapi, jauh sebelum pertemuan tersebut dolar AS sudah diprediksi akan "kiamat" dalam jangka panjang oleh Jeffrey Gundlach, CEO Double Line Capital. Jeffery "Raja Obligasi" Gundlach: Dolar AS Menuju "Kiamat"

Gundlach yang dijuluki "Raja Obligasi" melihat defisit Amerika Serikat baik itu defisit perdagangan ataupun defisit fiskal yang terus menanjak akan menjadi pemicu penurunan tajam dolar AS.

"Pada akhirnya, besarnya defisit kita (Amerika Serikat), baik defisit perdagangan yang melonjak pasca pandemi, dan defisit fiskal, yang jelas sangat tinggi, menunjukkan dalam jangka menengah, saya tidak berfikir tahun ini, tetapi jangka menengah, dolar AS akan mengalami penurunan yang besar," kata Gundlach dilansir CNBC International.

Meski demikian, dalam jangka pendek, Gundlach melihat dolar AS memang akan menguat, terutama ketika indeks dolar AS berada di bawah 89.

"Ketika indeks dolar AS di bawah 89, kami akan mengatakan bahkan kami positif terhadap dolar AS dalam jangka pendek," katanya Gundlach yang mengelola aset senilai US$ 135 miliar per 31 Maret lalu, melalui Double Line Capital.

"Pertanyaannya sekarang, bagaimana horison anda. Untuk jangka pendek, tentu saja dinamika yang terjadi masih membuat dolar AS menguat secara moderat. Tetapi untuk jangka panjang, saya pikir dolar AS akan 'kiamat'," kata Gundlach.

Indeks dolar AS pada pekan lalu sempat menguat ke 93,72 yang merupakan level tertinggi sejak November 2020 ditopang ekspektasi tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini.

Tetapi nyatanya, meski ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell menyatakan tapering tepat dilakukan di tahun ini, dolar AS justru merosot.

Sebabnya, Powell juga menegaskan tapering tidak ada kaitannya dengan suku bunga. Artinya setelah tapering selesai, bukan berarti suku bunga akan dinaikkan.










Sumber - cnbcindonesia
anggrekbulan
nyantaiwaelah
nowbitool
nowbitool dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.3K
18
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.2KAnggota
Tampilkan semua post
neptuniumAvatar border
neptunium
#1
daridulu diramal tamat mulu

para banksters belum ketemu cangkang terbaik selain as

china? ga akan mereka pindah ke sana kecuali as kalah nanti
yoseful
ex.babuCCP
nowbitool
nowbitool dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.