Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI
PACARKU HIDUP KEMBALI
Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.5K
6.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3633
BAGIAN 53
SERANGAN RUBAH RAKSASA
Part 2

Semenjak jadi orang tua angkat Henry, Asnawi kini sering menginap di rumah Bi Asih. Ia merasa tanggung jawabnya sebagai ayah angkat Henry sangat besar, sehingga ia ingin memberikan perhatian besar dari buah cintanya dengan Cascade.

Bi Asih setiap hari menjalankan aktivitasnya sebagai kepala koki sekaligus kepala rumah tangga di rumah Mommy Cascade. Kali ini, dia tak mau lagi terlibat di dunia hiburan yang menguras waktunya. Sama seperti Asnawi, Bi Asih juga ingin memberikan perhatiannya kepada Henry layaknya anak kandung sendiri.

Suatu pagi yang cerah, Asnawi tengah menyantap hidangan sarapan yang disiapkan oleh Bi Asih. Jaenal juga ikut serta dalan sarapan pagi. Kali ini ia semakin bahagia karena Asnawi sering tinggal di rumah ibunya.

Henry pagi itu masih terlelap karena kelelahan. Semalam ia berusaha untuk berjalan kaki. Asnawi sangat antusias mengajari anaknya untuk berjalan.

Suasana pagi ceria itu kini sering rerjadi di rumah Bi Asih. Setiap hari Asnawi pergi ke kantor bersama Jaenal. Ia mengantarkan Jaenal menuju sekolah sembari lewat.

Ketika Asnawi menghentikan motor di tepi jalan depan gerbang sekolah, tiba tiba sebuah sedan mewah berhenti tepat di depannya, kemudian keluarlah seorang wanita cantik yang bertelinga lebar dan runcing serta berekor. Ia menggandeng Angga yang selalu berpenampilan memakai topi kupluk untuk menutupi bentuk telinganya yang aneh.

Mereka kemudian saling sapa. Angga mengajak Jaenal masuk ke dalam sekolah. Tak lupa, meteka berpamitan kepada orang tua masing masing sambil mencium tangan.

"Kamu mau ke kantor Wi?" tanya Anggariti.

"Iya lah Rit, masa mau ke pasar?" jawab Asnawi yang diiringi canda.

"Oke...aku juga mau ke kantor, nanti sarapan bareng yuk" ajak Anggariti.

"Makasih Rit, tapi enggak ah, aku idah sarapan tadi di rumah"

"Oh gitu...enak banget yah dimasakin sama chef terkenal tiap hari hehehe"

"Ya begitulah hehe...tapi aku berusaha untuk gak makan banyak, takut gendut"

"Lain kali ajak aku dong makan malem di rumahmu"

"Rumah Bi Asih kali Rit, rumah aku mah kost kostan, di sana sempit dan gak boleh bawa cewek"

"Lah...emang aku cewek? Aku kan janda anak satu...aku bukan cewek gadis lagi"

"Yeeeey! Sama aja kali"

"Huh dasar!! Yaudah sampe jumpa di kantor ya Wi"

Anggariti pun pamit, ia pergi terlebih dahulu dengan mobilnya. Kondisi lalu lintas menuju kantor cukup padat, sehingga Asnawi bisa mendahului Anggariti. Setibanya di kantor, Anggariti melihay Asnawi sudah memulai beraktivitas. Dia meledek Anggariti karena datang terlambat. Anggariti membalasnya dengan menyeringai sambil menunjukkan gigi taringnya yang panjang ke arah Asnawi sehingga membuatnya terhenyak.

Menjelang siang, Asnawi dipanggil oleh Prameswari ke ruang kerjanya. Ia mendadak gugup karena sebelumnya ia tak pernah dipanggil. Sebagai direktur HRD, Prameswari biasanya selalu memanggil karyawan yang bermasalah. Asnawi tek merasa memiliki kesalahan apapun terhadap perusahaan.

Ia mengetuk pintu, lalu terdengar suara Prameswari yang menyuruhnya masuk. Asnawi dengan perasaan gugup masum ke dalam ruangan. Ia melihat Prameswari tengah mengetik di laptopnya.

"Siang Bu... apa ada yang bisa saya bantu?" sapa Asnawi.

"Aduh, kamu jangan ngomong formal gitu dong! Biasa aja kali" protes Prameswari.

"Tapi kan saya karyawan dan Ibu adalah direktur di perusahaan ini"

"Hmmmm...yaudah deh, kamu duduk sana di sofa! Ada yang mau aku omongin sama kamu"

"Baik Bu"

"Jangan panggil aku Ibu kalo cuman kita berdua, panggil aku Pram aja!"

"Tapi..."

"Udah gak usah tapi tapian! Kalo di depan umum boleh kamu panggil aku Ibu"

"Baiklah Bu...eh Pram maksud saya"

Asnawi duduk di sofa yang berada tepat di depan meja kerja Prameswari. Ia menunggu Prameswari menuelesaikan pekerjaannya. Aroma parfum yang dipakai Prameswari tercium sanga wangi. Hidung Asnawi pun merasa dimanja.

Tak lama, Prameswari menyelsaikan pekerjaannya. Ia menutup laptopnya lalu menghampiri Asnawi. Prameswari menyuguhkan sebotol whiski kepada Asnawi.

"Maaf Pram, aku gak bisa minum itu, haram! Aku ini muslim" tolak Asnawi.

"Oh gitu! Yaudah deh... maaf ya Wi"

Prameswari menyimpan kembali whiski itu ke dalam sebuah peti kayu. Ia lalu membawa dua botol air mineral dari dalam lemari.

"Kamu apa kabar Wi?"

"Baik Pram..."

"Kata adikku, kamu balikan lagi sama Chef Kartika?"

"Enggak sih Pram, cuman ya kita udah gak berantem lagi, kita udah baikan tapi gak balikan"

"Jadi hubungan tanpa status gitu?"

"Begitulah Pram"

"Tapi kamu sama dia punya anak?"

"Oh bukan, Henry adalah anak angkat... dia yatim piatu, jadi kita orang tuanya"

"Mulia sekali kalian berdua tuh, kenapa gal nikah aja? "

"Enggak Pram, aku belum siap"

"Oke deh...itu hak kamu"

Prameswari menyuruh Asnawi untuk meminum air mineral yang disuguhkan. Asnawi pun dengan senang hati meminumnya.

"Maaf, sebenernya apa maksud kamu memanggilku kesini? Apa aku ada pelanggaran sama perusahaan"

"Oh enggak lah Wi, kinerja kamu sangat bagus...aku mau ngasih tugas khusus sama kamu"

"Aku siap Pram"

Prameswari mengangguk dengan kesediaan Asnawi. Ia lalu kembali ke meja kerja untuk mengambil beberapa berkas, lalu ia menyuruh Asnawi untuk membacanya.

"Kamu sekarang lagi megang proyek apa?" tanya Prameswari sambil membuka berkas.

"Aku megang proyek pembangunan pabrik mobil Eserma di Kabupaten Boven Digoel dan peternakan kalajengking di Pulau Alor"

"Itu proyek Pak Presiden semua ya?"

"Iya Pram...pembiayaan dari APBN"

"Nah sekarang Pak Presiden ngasih uang sebelas ribu triliyun buat membangun proyek strategis nasional sama PT Siluman Bangun Persada"

"Buset!! Gede amat duitnya Pram... Pak Presiden dapet darimana tuh?"

"Aku gak tau Wi, yang jelas perusahaan kita dapet kepercayaan buat ngebangun infrastruktur kayak jalan tol laut, jalan tol langit dan pembangunan ibukota baru di Kalimantan dari uang itu"

"Oke Pram... jadi apa yang jarus kulakukan? "

"Aku perintahkan kamu buat presentasi blueprint rencana pembangunan jalan tol laut trans Selat Makasar dan pembangunan pabrik pengolahan racun kalajengking di Kabupaten Gowa kepada para pihak dari Pemerintah Provinsi"

"Jadi aku ke Makasar? Kapan?"

"Besok Wi, bahan buat presentasi udah kukirim ke email kamu, kamu bisa pelajari! Nanti di sana, oamu gak usah kuatir karena ada beberapa orang dari kantor cabang yang siap bantu kamu"

"Waduh kok dadakan banget sih Pram? Aku belum siap"

"Ya mau gimana lagi Wi, ini perintah langsung dari dewan direksi dan komisaris perusahaan ini... tapi kami tenang aja Wi, kamu gak sendirian kok, Riti akan nemenin kamu ke Makasar"

"Lho kok sama Riti? Dia kan cuman staf keuangan? Kenapa gak kamu aja? Kamu kan direktur?"

"Maaf Nawi, aku gak bisa, soalnya aku dan para direksi lainnya mau ada pertemuan rapat di Istana sama Pak Presiden"

"Wuih hebat banget! Kamu raparnya bareng petinggi negara ini... kalo gitu aku siap pergi ke Makasar besok"

"Makasih yah Nawi, kamu bisa kuandalkan, soalnya para manajer dan pimpro yang lain pada sibuk"

"Sama sama Pram"

"Abisin dong air minumnya!"

"Emang kenapa harus abis?"

"Ini minuman mahal! Sumbernya dari mata air pegunungan Alpen... makanya harus habis!"

"Oh gitu! Air mineral aja mesti impor dari Swiss"

Asnawi menggak air mineral itu sampai tak bersisa. Prameswari menyeringai melihat air itu habis di minum Asnawi. Tak lama kemudia, Asnawi merasa kepanasan. Ia bergegas ingin pergi dari ruang direktur, namun Prameswari menahannya.

"Kamu mau kemana Asnawi? Aku kan belum nyuruh kamu keluar?"

"Aku kegerahan Pram, padahal ruang disini ada AC nya"

"Hmmm...kalo gitu kamu demam, kamu minum madu"

"Madu?"

Prameswari membuka sebuah laci yang berada di bawah meja kerja. Ia mengeluarkan sebuan botol kecil yang berisi cairan warna kuning. Botol itu langsung dilempar ke arah Asnawi yang dengan sigap menangkapnya.

"Ini yang kamu sebut madu?" tanya Asnawi.

"Iya... kamu cepat minum itu biar gak demam!" perintah Prameswari.

"Tapi kok demam minum madu?"

"Udah jangan banyak tanya! Minum cepat!"

Akhirnya Asnawi meminum madu itu sampai habis. Madu itu rasanya manis dan tekstrurnya kental. Prameswari kembali menghampiri Asnawi. Ia duduk di sebelahnya sambil membuka blazernya.

"Madu apa ini Pram? Enak banget ya?"

"Itu sebenernya bukan madu Wi, tapi ramuan cinta"

"Ramuan cinta? Hahaha... kamu bercanda aja"

Tiba tiba pandangan Asnawi kabur sesaat, kemudian ia tiba tiba merasa jatuh cinta kepada Prameswari. Matanya langsung berbinar dan hatinya berbunga bunga.

"Pram... kamu kok cantik banget"

"Ahhh... kamu mulai gombal deh Wi, aku biasa aja kali"

"Aku serius Pram... rona wajahmu begitu menyejukan hati dan pikiranku, wangi tubuhmu bagaikan aroma bunga yang semerbak, apa kamu seorang bidadari?"

"Sayangnya bukan Wi, aku sebenernya siluman... aku bangsa jin"

"Siluman? Berarti kamu mahluk gaib jahat? "

"Ya enggak lah Wi, aku gak sejahat yang kau pikirkan"

"Hmmm...baiklah, walau kamu siluman, aku gak peduli! Aku cinta sama kamu Pram...aku dulu pernah pacaran sama kuntilanak, namanya Hayati, dia cantik dan baik...tapi sekarang, kamu menggantikannya"

"Serius!! Kami kayaknya ngarang deh"

"Demi Tuhan aku serius Pram... bolehka aku menciummu?"

"Hmmm... gak mau! Kamu itu karyawanku, beraninya kamu mau nyium direktur"

"Ayolah...aku cinta mati sama kamu Pram... Kurela melakukan apa saja demi kamu"

"Kami rela ngelakuin apa aja demi aku?"

"Iya Pram...sumpah!!"

"Oke kalo gitu...ikut aku yuk!"

Prameswari menarik tangan Asnawi dan pergi menuju sebuah lemari yang berada di sudut ruangan. Ia membuka pintu lemari itu yang ternyata di dalamnya terdapat sebuah kamar mewah. Asnawi terpukau dengan keberadaan kamar rahasia itu.

"Waw! Ternyata selama ini ada kamar rahasia di ruang ini!"

"Kamar ini buat tempatku istirahat kalo lagi kerja"

Kamar rahasia itu di desain dengam sangat mewah. Asnawi melihat banyak lukisan yang menempel di dinding. Lukisan lukisan itu menggambarkan pemandangan dan potret orang yang memakai baju bangsawan Jawa.

Asnawi memperhatikan satu persatu lukisan itu, sampai akhirnya perhatian Asnawi tertuju pada sebuah lukisan yang menggambarkan empat orang gadis cantik yang berderet di depan senuah singgasana.

"Ini lukisan kamu Pram?" tanya Asnawi.

"Iya Wi... itu lukisan ku sama sodara sodaraku"

"Ini pasti kamu yang pake kebaya merah, terus Anggariti pake kebaya oren, terus kedua cewek yang lain siapa yah? Aku kok kayak pernah tau sama cewek tinggi yang rambut sama bajunya serba putih?"

"Kamu pasti tau Wi, dia ini Wewe Gombel"

"APAAAAAH!! WEWE GOMBEL?" seru Asnawi terkejut.

"Kenapa emang Wi?"

"Dia pernah mau membunuhku Pram! Untungnya aku diselametin sama Hayati"

"Wewe Gombel adalah sepupuku Wi! Aku sangat marah ketika tau di dibunuh sama Hayati"

"Tunggu!! Kamu salah paham Pram, Hayati gak membunuh Wewe Gombel, dia cuma ngalahin sepupumu dalam pertarungan... anak buahnya lah yang bunuh Wewe Gombel"

"Tapi tetep aja dendam sama kuntilanak jahanam itu!"

"Whoa... Whoa... tenang Pram! Kamu jangan dendam sama Hayati, dia gak membunuh kok"

Tiba tiba Prameswari membuka kemejanya di depan Asnawi. Sebuah lubang menganga di atas pusarnya.

"Perutmu berlubang?"

"Ini adalah perbuatan Hayati! Dia ingin membunuhku"

"Kapan Hayati melakukan itu Pram?"

"Aku gak mau ngasih tau kamu, ini rahasia"

Prameswari kemudia memalingkan wajahnya dari hadapan Asnawi, lalu mulai menangis. Asnawi pun merasa iba kepada Prameswari. Ia memeluk tubuhnya dari belakang.

"Pram...maafin Hayati ya! Aku juga minta maaf karena bikin kamu sedih... sekarang semuanya udah berakhir, Hayati udah pergi ke alam baka...aku harus mengikhlaskannya... dan sekarang, hanya kamu yang kucintai Pram"

Prameswari kembali menghadap kepada Asnawi. Ia memandang matanya dengan penuh harapan.

"Apa kamu mencintaiku Wi?" tanya Prameswari.

"Dengan segenap hati, jiwa dan ragaku Pram... Aku mencintaimu" jawab Asnawi yang berlagak seperti Don Juan.

"Kalo begitu... aku juga mencintaimu Wi, aku cinta banget sama kamu"

Mereka pun akhirnya berciuman mesra. Perlahan ciuman mesra itu berkembang menjadi sebuah awal dari peraduan cinta. Asnawi menanggalkan pakaian Prameswari satu persatu hingga terlihat tubuh indahnya. Begitupun Prameswari yang melakukan hal yang sama.

Asnawi kemudian membopong Prameswari menuju sebuah ranjang besar. Ia meletakan tubub Prameswari dengan pelan dan hati hati.

Prameswari melingkarkan tangannya di leher Asnawi. Mereka kembali berciuman mesra sampai gairah birahi meningkat.

Siluman tanah itu mulai menikmati aliran cinta yang deras dari Asnawi. Ia mendesah dan menggelinjang ketika Asnawi melakukan penetrasi.

Suasana bercinta semakin bergairah. Mereka melakukan hal itu berulang kali sampai puncak birahi tercapai. Asnawi sangat kelelahan menghadapi Prameswari yang memiliki nafsu besar.

Ia berbaring di sebelah Prameswari dengan napas terengah engah. Prameswari memeluk Asnawi sambil mengajak berciuman.

"Makasih udah bikin aku bahagia Wi"

"Iya Pram...aku janii akan selalu bahagiain kami karena aku cinta mati sama kamu"

"Aku juga cinta mati sama kamu Nawi"

Prameswari berciuman kembali dengan Asnawi. Tak lama kemudian, Asnawi pun diserang rasa kantuk yang luar biasa. Ia menguap berkali kali, tapi Asnawi berisaha tetap terjaga. Rasa kantuk itu datang akibat efek ramuan cinta yang mulai habis.

"Kamu ngantuk Wi?"

"Iya nih Pram, tapi aku gak mau tidur dulu... Aku pengen menikmati berduaan sama kamu"

"Baiklah kalo gitu, asal kamu tau, hari ini adalah hari terakhir bercinta sama kamu"

"Lho terakhir? Emang kita sering bercinta gitu? Ini kan pertama kali buat kita? "

"Enggak sih hehehe...tapi kuyakin, besok kanu bakalan mati"

"Anjay...kamu bercandanya kebangetan, masa aku mati, kamu kan sayangnya aku"

"Aku serius Wi... kamu liat tuh lukisan aku sama sodaraku! "

"Iya? Emang ada apa gitu?"

"Kamu tau gak cewek yang pake kebaya ijo?"

"Hmmm...gak tau, dia siapa? "

"Dia adalah Kanjeng Ratu Pantai Selatan"

"Kanjeng Ratu? Dia yang merintahin Bendoro untuk menangkap Hayati?"

"Iye betul... Apa menurutmu dia cantik?"

"Cantik, tapi jauh lebih cantik kamu Pram sayang"

"Makasih Nawi sayang, tapi sayangnya sodaraku itu merintahin ke aku dan Riti buat menggal kepalamu dan menjadikannya untuk dijadiin bahan penelitian"

"Kamu dan Riti mau bunuh aku?"

"Iya Wi, soalnya kaum kita penasaran sama kamu yang bisa membuat Hayati sakti mandraguna setelah bercinta"

"Hahahaha...kalian percaya sama hal itu?" tanya Asnawi yang tiba tiba tertawa.

"Kenapa kamu ketawa? Padahal kamu mau kita bunuh?" tanya balik Prameswari.

"Hmmm...Hayati udah sakti dari dulu, sumber kekuatannya adalah mata kuningnya, bukan dari hasil bercinta sama aku"

"Gak mungkin! Tapi sebelum dia kenal sama kamu, Hayati sangat lemah"

"Dia lemah karena dia emang pura pura lemah, dia gak mau banyak orang yang tau akan kekuatannya"

"Tapi aku masih belum percaya Wi"

"Yaudah, kamu rasain aja sendiri! Apa kamu bertambah sakti setelah berconta denganku?"

Prameswari tertegun dengan pertanyaan Asnawi. Ia merasakan aliran energi yang ada dalam tubuhnya. Akan tetapi tidak menambah kesaktiannya.

"Tubuhku merasa hangat setelah spermamu menuhin rahimku" jawab Prameswari.

"Tapi kamu gak ngerasa nambah sakti kan?"

"Iya juga sih"

"Jadi sia sia aja kan bunuh aku, karena aku gak ngaruh apa apa"

"Tugas tetep tugas Wi, mungkin aku bisa menolak melaksanakan tugas itu, tapi tidak dengan adikku, dia akan membunuhmu besok di Makasar"

"Kalo begitu, kamu bisa dong mencegah dia melakukan itu padaku? Plisss Pram! Demi cintaku padamu yang tiada tara"

Asnawi meminta Prameswari untuk menolongnya. Hal itu membuat Prameswari menjadi bimbang. Ia mendadak grogi dan kebingungan. Tak lama Asnawi pun tertidur pulas karena tak kuat menahan efek rasa kantuk dari ramuan cinta.

Prameswari kemudian mencium kening Asnawi. Ia menangis karena laki laki yang dicintainya akan dieksekusi oleh Angggariti.

Prameswari memakaikan kembali pakaian Asnawi serta mengembalikan tubuhnya di sofa ruang kerja. Prameswari membuat seakan akan Asnawi tertidur diruangannya. Tak lupa, ia menggunakan ilmu sihirnya untuk menghapus ingatan Asnawi.

"Nawi bangun!" Bentak Prameswari.

Perlahan Asnawi membuka matanya setelah mendengar suara Prameswari yang kencang. Ia pun terkejut karena ketiduran di ruangan kerja direktur.

"Maaf... maaf Pram, aku ketiduran"

"Kamu kenapa sih Wi? Abis lembur semalem?"

"Enggak juga yah, tapi tadi tiba tiba aja aku gak sadar gitu"

"Yaudah, kamu sekarang persiapkan bahan bahan buat presentasi di Makasar ya!"

"Okeh Pram...aku akan berusaha sebail mungkin"

Asnawi akhirnya meninggalkan ruangan kerja direktur. Prameswari kembali tertegun setelah laki laki uang dicintainya pergi meninggalkannya. Ia pasrah dengan apa yang akan diterimanya beberapa hari kedepan, yakni kehilangan Asnawi untul selamanya.

"Nawi, semoga benih yang kamu tanam di rahimku bisa tumbuh dengan baik menjadi seorang anak yang tampan" gumam Prmaeswari.

Tiba tiba Anggariti muncul dari balik bayang bayang ruangan. Ia menueringai ke arah Prameswari.

"Cintamu itu semu Pram! Asnawi sebeneenya gak cinta kamu, dia cuma terpengaruh sihir ramuan cinta" komentar Anggariti.

"Kau benar Rit, tapi aku tulus mencintainya seperti kami mencintai Burhan" balas Prameswari.

"Kenapa kamu gam deketin dia aja sih Pram? Daripada pake ramuan cinta"

"Aku gak mau kayak kamu Rit, semua itu adalah pelanggaran berat"

"Terserah kamu aja deh Pram... tapi apa kami siap keuilangan Asnawi?"

"Aku siap Rit, Aku udah menerima benih Asnawi di rahimku"

"Kamu hamil?"

"Aku berharap begitu" pungkas Prameswari.

...
Diubah oleh Martincorp 28-08-2021 07:53
galehnova
key.99
lelakiperantau
lelakiperantau dan 40 lainnya memberi reputasi
41
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.