Perkenalkan namaku Ryan. Aku seorang pria berusia 36 tahun. Aku memang bukan orang yang baik. Aku bukanlah pria alim dan kalem seperti di sinetron. Tubuhku tinggi besar, kulit sawo matang, berbrewok dan berkumis. Aku juga memiliki rambut berwarna merah karena aku cat pakai cat rambut murah dengan sikat gigi sesaat setelah  rambutku dicukur di depan rumah temanku. Pekerjaanku adalah berdagang daging ayam di pasar salah satu kota di Jawa Tengah. Aku sudah menikah, dan kami dikaruniai 1 orang putri cantik dan dua orang anak kembar.

Aku menikahi istriku saat aku berusia 20 tahun. Sebut saja namanya Annisa. Ia dua tahun dibawahku. Annisa adalah seorang putri dari keluarga yang broken home. ibu dan ayahnya berpisah saat mereka mengalami masa krisis secara ekonomi. Ayah Annisa meninggalkan ibunya dan menikah lagi dengan wanita baik baik di Jawa Timur. Sedangkan ibu Annisa malah menikah dengan suami tetangga nya sendiri dan dijadikan istri kedua. Kata Annisa, ibunya mau melakukan pernikahan kedua itu karena istri pertama pria itu terkena stroke dan tidak bisa melayani suaminya. Entahlah apa yang terjadi, aku hanya mempedulikan Annisa. karena aku mencintainya apa adanya tanpa melihat latar belakang kehidupan Annisa.

Disaat pernikahan kami sudah berjalan 16 tahun, ternyata aku harus mengalami permasalahan besar dalam keluargaku. Aku mengetahui istriku selingkuh dengan teman kerjanya sendiri. Awalnya aku tidak curiga karena istriku ini cenderung wanita kalem dan bukan tipe wanita genit. Ia pendiam dan berjilbab. Aku benar benar tidak menyangka peristiwa ini tejadi. Tetapi tanda-tanda ini muncul dalam satu tahun terakhir. Aku mulai merasa ada yang berbeda dengan istriku.

Semua dimulai dari kecurigaanku saat istriku tidak meletakkan handphone nya di meja atau lemari dekat tempat tidur seperti 15 tahun pernikahan kami. Ia sering meletakkan di sebelah bantalnya. Ia sering sekali chatting terus sampai jam 10 malam. Setelah ku tanya, ia menunjukkan kontak dari temannya bernama SRI. "Ini lho mas, di tempat kerjaku ada pegawai baru namanya Sri. kasian dia kost dan hidup sendiri, makanya jam segini masih ngajak ngobrol, biasalah wanita", ucapnya. Aku juga tidak curiga, karena chat tersebut dari seorang wanita teman kerjanya. 

Lalu mulai nampak lagi perubahan tindakan dari istriku. Ia mulai tidak semesra biasanya. Dia lebih cuek dan asyik sendiri. Cenderung menyibukkan diri dan lelah saat malam tiba. Sehingga jarang sekali ada komunikasi quality time seperti dulu. Mengobrol memang masih lancar tetapi tidak seperti dulu. Ia terkesan cuek dan sibuk sendiri. Seperti menghindari saat aku merayu dan menggoda dia. Tidak seperti dulu. Lalu ia juga sering marah hanya karena kesalahan-kesalahan kecil yang aku dan anak-anak lakukan. 

Ia juga sering sekali lembur, pulang pabrik larut malam terus. Sabtu minggu juga sering sekali masuk kerja. Aku pikir memang bekerja dan sibuk kerja sehingga hubungan terasa tidak semarak seperti saat 15 tahun pernikahan kami. Aku pun merasa istriku tidak menikmati lagi hubungan biologis kami berdua. Ia seperti terpaksa melakukan itu hanya karena kewajiban tugas istri. "ya udah, cepet dimasukin keluarin ya. aku capek soalnya", ucapnya saat aku ingin mengajaknya berhubungan badan sebagai suami istri. Ia memejamkan mata dan nampak hanya fake orgasm saat kutatap matanya. 

Akupun mulai mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku mulai bertanya pada teman kerjanya yang satu pabrik dengan nya. Tanpa sepengetahuan istriku, aku pura pura beli kopi di warung milik bu Ida (tetangga satu kelurahan yang bekerja di pabrik tersebut). Ku pikir awalnya bu Ida tidak akan ada di rumah karena saat hari itu Annisa ijin pergi bekerja di hari minggu karena lembur. Setelah membeli kopi sachet, aku bertanya basa basi,"libur bu? kok dirumah? apa tidak lembur? soalnya Annisa hari ini lembur". Bu ida menjawab dengan lantang dan yakin," lho Annisa masuk to, soalnya line ku gak ada lembur, ya mungkin line dia lembur mas". Ternyata tidak ada lembur hari itu dan jawaban bu Ida membuatku semakin penasaran lagi. Aku berkata lagi," mungkin begitu bu, soalnya saya ditunjukkan WA chat dari Sri yang satu line dengan dia, katanya Sri itu karyawati baru di pabrik itu, dan sahabatan sama istri saya."

Jawaban bu Ida membuatku semakin curiga. "Sri? kayaknya Sri itu udah lama kerja disana, tapi ndak tau juga ya kalau ada yang baru, soalnya beda line", jawabnya. Aku pun meninggalkan warung bu Ida dengan rasa curiga. "Siapakah Sri? apakah itu nama samaran atau itu teman yang membawa Annisa semakin menjauh dalam hubungan suami istri kami", pikirku sambil mengendarai motor. Tetapi ku biarkan dulu, sambil melihat perkembangan situasi.

Setelah 1 bulan berlalu, kami sering berdebat di rumah hanya gara-gara hal hal sepele. Aku dikuasai curiga dan tidak percaya, sedangkan istriku selalu menyalahkanku karena semakin possesif. Ia merasa tidak nyaman karena aku curiga dan sering menanyakan padanya apakah dia selingkuh. Jujur firasat hati ini makin tidak tenang. Akhirnya saat ia lembur, aku diam diam menunggu di dekat pabrik tempat ia bekerja. Aku naik angkot dan tidak membawa motor. Kebetulan masa pandemi jadi bisa pakai makser, topi dan jaket. Aku duduk pinggir jalan agak jauh. Dan benar saja, kulihat istriku pulang kerja jam 5 sore dan tidak lembur. Ku tunggu apakah dia akan menelponku untuk menjemput seperti biasanya atau memang sengaja berbohong. Benar saja, ia pergi dengan seorang pria teman kerja di pabrik. 

Pria dengan postur tubuh kurus, pakaian rapi dan nampak alim karena memakai kopyah di kepalanya. Setelah mereka pergi, aku temui satpam dan bertanya kepada satpam itu. Aku bawakan rokok dan ku mulai bertanya sambil meminta untuk menjaga rahasia bahwa aku menemui mereka. Dan inilah informasi dari satpam setelah aku sedikit "curhat" dari sudut pandang pria. Sepertinya satpam itu memang sudah tahu kebiasaan dua orang itu dan merasa iba karena aku tidak tahu apa yang dilakukan istriku. Mereka menceritakan bahwa pria itu bernama Suryo. Karyawan duda yang sangat alim dan taat beribadah. Ia sering memimpin sholawat dan acara kerohanian pabrik. 

Sepertinya hubungan mereka diawali dari pengajian dan curhat berdua. Karena Annisa pernah ditanya oleh satpam karena tidak segera pulang disaat karyawan lain pulang. "belum pak, ini masih mau ketemu sama mas Suryo, mau  pengajian dulu sama mas Suryo di kampung sebelah", ucap satpam itu meragakan Annisa yang tidak pulang padahal sudah jam 6 petang. Dan kata mereka kepadaku," perlu dicurigai pak, karena semua hal buruk bisa terjadi yang diawali dengan curhat".

lalu aku meminta kontak satpam tersebut dan meminta kabar saat mereka berdua jalan lagi sepulang kerja di hari Annisa ijin lembur kepadaku. Tepat di hari Kamis minggu pertama bulan Agustus, dan berkoordinasi dengan satpam pabrik, aku sudah siap mengintai kemana istriku selingkuh. Aku dan salah satu keluargaku yang bekerja sebagai penegak hukum ku intai dari jauh. Saat satpam mengabari jam pulang, dan aku lihat istriku berboncengan dengan Suryo, kami mulai mengikuti dari kejauhan. Dan ternyata ia pergi ke sebuah kost pria. 

Benar saja, kutunggu beberapa menit, kami langsung dobrak kamar kost. Tetapi kata temanku yang bekerja sebagai penegak hukum," jangan dihajar, jangan main tangan, tetapi tenang, aku rekam". Mereka lagi duduk berdua dengan alasan sedang mendalami al-qur'an. Mana ada orang mendalami al-qur'an kok pakai baju acak-acakan. hijab juga seperti terburu-buru dikenakan. Akhirnya malam itu istriku ku paksa pulang. Malam itu kami pisah kamar, dan rumah terasa seperti neraka. Aku seperti iblis yang ingin menghajar wanita itu. tetapi temanku berkata," jangan main hajar atau main tangan, kamu akan diberatkan kalau sampai kamu lepas kendali emosi". Akhirnya aku duduk di depan rumah sambil meratapi nasibku. Apa salah dan dosaku sampai istriku lepas kendali.

Besok paginya, aku datang ke pabrik tiga jam setelah istriku mulai bekerja. Aku dan temanku menemui HRD dan kepala pabrik ingin memohon ijin agar istriku mengundurkan diri dari pekerjaan karena kasus perselingkuhan di pabrik dan menjadikan pabrik sebagai alasannya. 

Akhirnya mereka disidang dan menjelaskan perkara yang terjadi. Awalnya mereka sering pengajian dan sharing. Annisa curhat kepada Suryo perihal rumah tangga kami, dan ia merasa aku bukan pria yang baik. Bagi Annisa, aku adalah pria tidak alim, banyak gaya, kasar, dan banyak waktu buat bekerja di pasar bahkan katanya "suami saya bau ayam". sehingga tidak ada waktu untuk mengajarkan al-qur'an pada nya dan anak-anak. Aku memang bekerja dari jam 3 pagi sudah ke pasar sampai sore. lalu malam ambil dari potongan ayam sampai jam 9 atau10 malam. Tetapi di balik kesibukanku, aku masih ada waktu untuk jemput istriku saat pulang kerja, bermain dengan anak anak di sore hari, dan pastinya semua hasil kerja ku berikan pada keluarga, tetapi istriku meninggalkanku karena ingin punya pria yang jago al-qur'an dan tidak bau ayam. 

Dan hingga saat ini, kami pisah rumah. Kasus ini masih menjadi perkara pabrik karena perusahan juga ingin menindak tegas Suryo. 

Semoga kisah ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. yang nampak alim belum tentu benar hidupnya. Perselingkuhan bisa terjadi kapan saja disaat ada kesempatan. Kita sebagai pria harus bisa tegas dalam menghadapi istri yang mulai mencurigakan. Kalau pria selingkuh itu kelihatan gelagatnya, tetapi wanita lebih berbahaya karena mereka jago dalam menyembunyikan segala sesuatu.

Mohon doakan saya dan anak-anak saya supaya kami bisa melewati ini dan mendapatkan jalan keluar terbaik. Haruskah berpisah atau bertahan dengan pahit di hati.

sekian.

ryan, Jawa Tengah