Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

banteng.mudaAvatar border
TS
banteng.muda
Setneg Respons The Economist soal Demokrasi Dilemahkan di Era Jokowi
Jakarta -

Majalah The Economist menulis laporan yang menyebut demokrasi semakin dilemahkan di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Stafsus Mensesneg, Faldo Maldini, menanggapi laporan tersebut dengan menegaskan pemerintah terus berupaya melindungi hak warga.

Laporan The Economist yang bertajuk 'Presiden Indonesia menjanjikan reformasi tapi dia sendiri yang berubah' itu dikeluarkan pada Jumat, Jumat (20/8/2021). Terselip tulisan juga di bawahnya yang menyatakan demokrasi di Indonesia semakin dilemahkan di era Jokowi.


Tulisan itu diawali dengan ulasan soal tes wawasan kebangsaan (TWK) pegawai KPK. Pertanyaan di TWK KPK seperti setuju atau tidak setuju homoseksual diberi hukuman fisik dinilai sangat aneh. Akhirnya 75 orang dinyatakan tak lolos TWK KPK dan beberapa di antaranya diputuskan diberhentikan. Beberapa di antara mereka bahkan merupakan penyidik terbaik yang dimiliki lembaga antirasuah tersebut.

The Economist juga menyinggung soal Indeks Persepsi Korupsi yang turun jadi 37 dari skor 100 berdasarkan laporan dari Transparansi Internasional. Indonesia bahkan disebut lebih rendah dari India dan Brasil.


Selanjutnya, tulisan The Economist itu membahas terkait awal mula KPK berdiri hingga dinamika yang mengiringinya. Selain itu, langkah Jokowi menandatangani RUU KPK dinilai telah mengejutkan banyak pihak dan berakibat fatal terhadap pelemahan KPK.

Dalam tulisan itu, Jokowi awalnya disebut sebagai seorang reformis yang akan melindungi kebebasan sipil dan mendorong tata kelola pemerintahan yang baik. Namun hal itu berubah. Jokowi disebut telah memberdayakan para politikus hingga birokrat untuk mengikis checks and balances dalam sistem demokrasi.

Hal itu dikuatkan oleh laporan dari Freedom House yang menyebut Indonesia merosot dari 'bebas' menjadi 'sebagian bebas'. Pada awal masa jabatan Jokowi yang kedua pada 2019 disebutkan bahwa 'demokrasi Indonesia telah tenggelam ke titik terendah sejak berakhirnya Orde Baru' mengutip dari tulisan Thomas Power dan Eve Warburton, di buku 'Demokrasi di Indonesia: Dari Stagnasi ke Regresi?'.
Baca juga:
Jokowi: Kritik Membangun Penting, Selalu Kita Jawab dengan Tanggung Jawab

Hal lain yang disorot di tulisan The Economist itu terkait upaya pemerintah menekan pandangan yang tidak disukainya. Masyarakat biasa yang mengkritik pemerintah secara online diancam dengan tuntutan pidana atau penjara. Selain itu, langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam memblokir situs yang tidak pantas juga menjadi sorotan.

Ada juga bahasan terkait upaya Jokowi menyingkirkan oposan politiknya. Koalisi pendukung Jokowi juga kini telah mendominasi kursi di parlemen. Selain itu, Jokowi disebut telah mengelilingi dirinya dengan para jenderal dan semakin bergantung pada angkatan bersenjata dalam melaksanakan kebijakan dalam negeri, seperti peningkatan produksi beras.

Tulisan itu kemudian ditanggapi Stafsus Mensesneg Faldo Maldini. Dia berbicara mengenai tantangan di setiap negara yang berbeda.

"Setiap lembaga pastinya punya laporan. Semua orang bisa punya penilaian. Namun kita punya kultur politik yang berbeda-beda juga. Tantangannya tiap negara tentu tidak sama," kata Faldo kepada wartawan.

Terlepas dari itu, Faldo menghormati kritik yang muncul dalam tulisan tersebut. Dia juga memastikan pemerintah terus bekerja untuk memenuhi hak warga.

"Namun kami hargai laporan dan penilaian apa pun. Kami hormati. Seperti dalam pidato Presiden, kritik akan dijawab dengan pemenuhan tanggung jawab. Dikritik tidak tumbang, dipuji tidak terbang. Yang jelas, kami ucapkan terima kasih," ujar Faldo.

"Selama kritikus pemerintah masih bekerja, maka api demokrasi terus menyala. Kami akan selalu pastikan tidak hak warga negara yang dicederai. Demokrasi adalah kontrol publik," sambung dia.






beritanya


dasar media domba gurun emoticon-Mad:
tenglengwotik
capres.banjir
nomorelies
nomorelies dan 6 lainnya memberi reputasi
3
1.2K
18
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.7KAnggota
Tampilkan semua post
DomCobbTotemAvatar border
DomCobbTotem
#2
logika kadrun & SJW oposisi: hina2 jokowi, didatangi polisi bisa lolos pakai materai dan minta maaf: anti demokrasi,orde baru ,pemimpin zalim menurut kadrun penjilat IM dan SJW


esdogger: bunuh oposisi pas dituduh kudeta: pemimpin islam sejati katanya kadrun IM penjilat esdogger

taliban : bunuh kluarga wartawan DW: pejuang islam sejati

bandingin deh jokowi , kebanyakan yg kritik pakai materai ama minta maaf, dikit yg dipenjara, ga ada yg ditembak mati tp koar2 ud kyk soeharto

ini esdogger ama taliban pada diem padahal smpe ilangin nyawa
StormFury
galuhsuda
hantupuskom
hantupuskom dan 9 lainnya memberi reputasi
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.