si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
B-29 Superfortress | Pesawat Paling Kejam Pada Periode Perang Dunia II
B-29 Superfortress bisa dibilang menjadi pesawat bomber paling kejam dalam palagan Perang Dunia II, pasalnya pesawat inilah yang menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki. Aksi B-29 yang membombardir Jepang menandakan berakhirnya Perang Dunia II di kawasan Asia Pasifik, hal itu sekaligus menjadikan kekalahan Jepang.

Secara tidak langsung, B-29 turut membuka jalan bagi Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Bertepatan dengan Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76, pada kesempatan kali ini ane akan membahas sekilas tentang sejarah B-29. Selamat membaca emoticon-Angkat Beer


SEJARAH


Sebelum Perang Dunia II, Korps Udara Angkatan Darat Amerika Serikat (USAAF) menyimpulkan bahwa pesawat B-17 Flying Fortress, yang akan menjadi pembom strategis utama Amerika selama perang tidak akan memadai untuk digunakan dalam Teater Pasifik. Di mana daerah tersebut membutuhkan pesawat pembom yang dapat membawa muatan lebih besar.

Sebagai tanggapan atas hal tersebut, Boeing mulai mengerjakan pesawat pengebom jarak jauh dengan desain kabin bertekanan pada tahun 1938. Boeing kemudian menyebut desain tersebut sebagai Model 334, desain ini dikembangkan dari pesawat terdahulu, yakni Boeing B-17 Flying Fortress. Meskipun Korps Udara kekurangan dana untuk membantu pengerjaan desain, Boeing tetap melanjutkan pengembangan dengan dana sendiri.

Pada April 1939, Charles Lindbergh (pilot USAAF) meyakinkan Jenderal Henry H. Arnold untuk memproduksi pesawat pengebom baru dalam jumlah besar untuk melawan produksi pesawat Jerman. Pada bulan Desember 1939, Korps Udara Angkatan Darat AS (USAAF) mengeluarkan spesifikasi formal untuk desain yang disebut sebagai "superbomber". Di mana desain pesawat ini dapat mengirimkan 9.100 kg bom menuju target pada jarak 4.292 km dengan kecepatan 640 km/jam.

Setelah spesifikasi pesawat baru diungkapkan, Boeing lantas menyerahkan Model 345 pada 11 Mei 1940. Selain Boeing, ada tiga perusahaan lain yang juga menyerahkan desainnya. Yang kedua ada nama Consolidated Aircraft yang menyerahkan desain Model 33. Yang ketiga ada Lockheed dengan desain XB-30, dan terakhir Douglas yang menyerahkan desain XB-31.

Desain dari Douglas dan Lockheed tidak dipilih, USAAF lantas memilih desain dari Boeing. Kemudian Boeing menerima pesanan untuk dua prototype, yang diberi kode XB-29. Sementara itu Consolidated masih diminta untuk melakukan perbaikan desain pada Model 33, desain tersebut rencananya akan digunakan sebagai cadangan jika ada masalah dengan desain Boeing.


Quote:



Boeing kemudian menerima pesanan produksi awal untuk 14 pesawat dan 250 pesawat pada Mei 1941, pesanan pesawat ditingkatkan menjadi 500 unit pada Januari 1942. Prototype pertama pesawat kemudian terbang pertama kali pada tanggal 21 September 1942. Produksi B-29 melibatkan empat pabrik perakitan utama antara lain: dua pabrik yang dioperasikan Boeing di Renton, Washington (Boeing Renton), pabrik di Wichita, Kansas, pabrik Bell di Marietta, Georgia dekat Atlanta ("Bell-Atlanta"), dan pabrik Martin di Omaha, Nebraska. Ribuan subkontraktor juga ikut terlibat dalam proyek tersebut.

Pada tanggal 18 Februari 1943, prototype kedua terbang dari Boeing Field di Seattle, namun pesawat mengalami kebakaran mesin dan jatuh. Kecelakaan itu menewaskan pilot uji Boeing Edmund T. Allen dan 10 orang krunya, 20 pekerja di Frye Meat Packing Plant dan seorang petugas pemadam kebakaran Seattle. Pada awal 1944, Boeing melakukan desain ulang pada pesawat guna memasukkan perubahan terbaru.

Setelah dilakuan desain ulang, B-29 berhasil menjadi salah satu pesawat berteknologi paling maju selama Perang Dunia II. B-29 memiliki banyak fitur baru, termasuk senjata yang dapat ditembakkan dengan remote control. Dua area kru, depan dan belakang, diberi kabin bertekanan dan dihubungkan oleh tabung panjang. Pesawat ini ditenagai empat mesin, yang masing-masing dilengkapi 4 bilah baling-baling.


Quote:



Salah satu inovasi pesawat bomber ini yang revolusioner adalah aplikasi kabin bertekanan (pressurized cabin). Hal ini membuat para kru B-29 tidak perlu memakai masker oksigen saat pesawat terbang pada ketinggian tinggi. B-29 menjadi pesawat pertama yang berhasil memakai desain pressurized cabin, hal itu membuat suasana kabin pesawat menjadi lebih nyaman untuk para kru yang bertugas.

Boeing membangun total 2.766 B-29 di pabrik di Wichita, Kansas. Kemudian Bell Aircraft Co. membangun 668 pembom di Georgia, dan Glenn L. Martin Co. membangun 536 di Nebraska. Pesawat kemudian memasuki layanan pada Mei 1944, produksi B-29 sendiri berakhir pada tahun 1946.


B-29 Silverplate


Pada periode 1945, sebanyak 1.000 B-29 dikerahkan untuk mengebom Tokyo, sekaligus menghancurkan sebagian besar kota lainnya. Misi paling terkenal dari B-29 adalah saat pesawat ditugaskan untuk menjatuhkan bom atom pertama di dunia yang akan menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Untuk misi tersebut, pesawat pun melakukan modifikasi khusus yang kemudian dikenal dengan nama "Project Silverplate".

"Project Silverplate" adalah kode yang mengacu pada program rahasia dalam "Project Manhattan" untuk menghasilkan versi khusus dari pembom Boeing B-29 Superfortress yang akan mampu menjatuhkan bom atom. Para ilmuwan yang merancang bom nuklir mengatakan bahwa, bom yang mereka rancang tidak akan muat jika dibawa oleh pesawat B-29. Karena alasan itu, sempat ada usulan untuk memakai pesawat milik Inggris yang bernama Avro Lancaster. Di mana pesawat ini hanya membutuhkan sedikit modifikasi saja untuk bisa membawa bom atom tersebut.

Akan tetapi Mayor Jenderal Leslie Groves, komandan Project Manhattan, dan Jenderal Henry H. Arnold, Kepala United States Army Air Forces, ingin menggunakan pesawat buatan Amerika. Pada tanggal 30 November 1943, United States Army Air Forces mengirimkan instruksi kepada Komando Materiel United States Army Air Forces di Wright Field, Ohio, untuk proyek modifikasi B-29 yang sangat rahasia.

Para ilmuwan yang bekerja di Project Manhattan kemudian mengirimkan mockup ukuran penuh dari bom atom yang disebut sebagai "Little Boy" dan "Fat Man" ke Wright Field pada pertengahan Desember 1943. Pesawat B-29 pertama kemudian tiba di Wright Field, Ohio, pada tanggal 2 Desember dan mengalami modifikasi ekstensif pada ruang bom. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi ukuran senjata yang lebih besar. Para teknisi lantas melepas empat pintu ruang bom B-29 sekaligus penghapusan semua stasiun senjata di bagian ekor belakang.


Quote:



Setiap pesawat yang sudah dimodifikasi dirancang untuk membawa salah satu dari bom tersebut, baik tipe Little Boy yang akan dipasang pada bagian depan atau tipe Fat Man di bagian belakang. Para teknisi juga menempatkan kamera pada bagian ruang senjata untuk merekam uji coba peluncuran bom. Modifikasi yang dilakukan waktu itu bisa dibilang sangat lama, prosesnya membutuhkan lebih dari 6000 jam kerja dan prototype B-29 pertama tidak selesai sampai 20 Februari 1944.

B-29 yang dimodifikasi tiba di Lapangan Udara Angkatan Darat Muroc di California pada bulan Maret 1944, pejabat militer mulai menginstruksikan untuk menguji berbagai bentuk bom. Pada tanggal 6 Maret, para insinyur menguji bom model Little Boy diikuti dua tes model Fat Man pada 14 Maret. Tes Little Boy terbukti berhasil, tetapi Fat Man menunjukkan karakteristik goyangan yang signifikan karena ketidaksejajaran pada sirip ekor. Namun, pada uji coba selanjutnya masalah dapat diatasi.

Setelah pengujian bentuk bom yang berhasil, fase produksi Silverplate dimulai pada 22 Agustus 1944, total ada 14 pesawat yang diproduksi. Pada pertengahan Oktober 1944, tiga B-29 Silverplate pertama dikirim ke USAAF dan diterbangkan ke Wendover Army Airfield, Utah. Posisi kru yang baru disebut sebagai "weaponeer station", dirancang khusus pada kokpit pesawat, dilengkapi dengan panel untuk memantau pelepasan dan peledakan bom selama pertempuran berlangsung.

Empat belas pesawat produksi ditugaskan ke 393rd Bom Squadron, sementara tiga unit diantaranya diserahkan ke 216th AAF Base untuk pengujian peluncuran bom yang akan dilakukan di Wendover. USAAF terus meningkatkan dan memodifikasi seri Silverplate sepanjang tahun 1945. Silverplate terakhir pada masa perang menggabungkan semua perbaikan teknis pada pesawat B-29. Seri terakhir modifikasi Silverplate mencakup mesin baru, baling-baling pitch reversibel, dan pneumatik, serta aktuator untuk membuka dan menutup pintu ruang bom dengan cepat. B-29 Silverplate mewakili peningkatan kinerja yang signifikan dibandingkan varian standar.


Quote:



Pada masa Presiden Franklin D. Roosevelt, untuk mewujudkan janji kepada China guna membantu melawan Jepang, Amerika lantas meluncurkan "Operasi Matterhorn". Operasi ini bertujuan mengerahkan pesawat B-29 untuk menyerang Jepang dari empat pangkalan di China selatan serta lima pangkalan utama di India, untuk menyerang target lain di wilayah tersebut dari China dan India sesuai kebutuhan.

Misi tempur B-29 pertama kali dilakukan pada tanggal 5 Juni 1944, dengan 77 dari 98 B-29 diluncurkan dari India membom wilayah di Bangkok dan tempat lain di Thailand. Dilaporkan bahwa lima B-29 hilang selama misi ini. Pada tanggal 15 Juni 1944, 68 unit B-29 lepas landas dari pangkalan di sekitar Chengdu, 47 diantaranya mengebom Imperial Iron and Steel Works di Yawata, Prefektur Fukuoka, Jepang. Ini adalah serangan pertama di pulau-pulau Jepang sejak serangan Doolittle pada April 1942. Memasuki bulan Juli, serangan terhadap Jepang dari lapangan udara China berlanjut dengan intensitas yang relatif rendah.

Pada akhir Januari 1945, B-29 ditarik dari penugasan di pangkalan udara China, secara bertahap pesawat dialihkan ke pangkalan baru di Kepulauan Mariana di Pasifik Tengah, sementara misi tempur B-29 terakhir dari India adalah tanggal 29 Maret 1945. Selain masalah logistik, alasan pemindahan pangkalan tersebut karena, jika terbang dari China, B-29 tidak bisa menjangkau seluruh wilayah Jepang. Pangkalan baru ini juga menjadi tempat penerbangan besar-besaran B-29 selama masa akhir Perang Dunia II.


Quote:



Sekilas tentang Kepulauan Mariana, awalnya pulau ini dikuasai oleh Jepang, kemudian pada perkembangannya pulau ini berhasil dikuasai sekutu dan dijadikan "home base" bagi B-29. Mayor Jenderal Curtis E. LeMay lalu ditunjuk sebagai Komandan Komando Pengebom XXI USAAF berkekuatan B-29 Superfortress pada 20 Januari 1945. LeMay kemudian mengumumkan perubahan peran B-29 dari fungsi utama sebagai pengebom strategis menjadi pengebom taktis dengan terbang rendah di bawah 10.000 kaki pada malam hari. Di mana pesawat ditugaskan untuk menjatuhkan bom bakar (incendiary bomb).

Realisasi taktik LeMay dilakukan pada tanggal 9-10 Maret 1945, sebanyak 302 B-29 dikerahkan untuk menyerbu Kota Yawata dan Tokyo. Dalam misi tersebut LeMay kehilangan 14 pesawat. Meski demikian, serangan terus dilakukan hingga 10 hari ke depan dengan menyasar Nagoya, Osaka, dan Kobe. Paman Sam lantas menghujani Jepang dengan 10.000 ton bom ke kota-kota tersebut.

Malam hari tanggal 25-26 Mei 1945, serangan terhadap Tokyo dan Yokohama kembali dilakukan oleh 464 B-29. Dalam serangan kali ini Amerika kehilangan 25 pesawat, namun berhasil menewaskan 500.000 penduduk Jepang dan menyebabkan 13 juta orang kehilangan rumahnya. Sejak saat itu, serangan dilancarkan semakin intensif hingga akhir perang. Serangan-serangan itu berhasil menghancurkan sebagian kota-kota besar di Jepang dan merusak industri militer mereka. Serangan yang dilakukan oleh B-29 sejak April 1945 terbukti efektif mengurangi kemampuan Jepang untuk memindahkan pasukannya.

Pada tanggal 26 Juli 1945, dua bom atom, yakni Fat Man dan Little Boy dibawa ke pulau Mariana menggunakan kapal USS Indianapolis. Rencana untuk menjatuhkan bom tersebut sudah ditentukan, yakni awal bulan Agustus 1945. Salah satu seri pesawat B-29 Silverplate yang terkenal diberi nama julukan "Enola Gay",nama pada pesawat ini diambil dari nama ibu pilot B-29 yang bernama Letnan Kolonel Paul Tibbets. Pesawat ini tercatat dalam sejarah sebagai pesawat pertama yang menjatuhkan bom atom yang disebut sebagai "Little Boy" pada tanggal 6 Agustus 1945 di Hiroshima.


Quote:



Tiga hari kemudian, B-29 dengan julukan "Bockscar", yang dipiloti oleh Mayor Charles W. Sweeney, menjatuhkan bom kedua, yang disebut sebagai "Fat Man". Bom ini dijatuhkan di Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945, bom tersebut kemudian menewaskan 240.000 orang seketika.Setelah mengalami kerusakan dan korban jiwa yang besar, tak lama kemudian, Jepang menyerah kepada sekutu. Momen meyerahnya Jepang tersebut kemudian dimanfaatkan oleh para tokoh nasional Indonesia untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Atas perannya yang besar dalam sejarah penerbangan dan Angkatan Udara Amerika, Enola Gay mendapat kehormatan untuk menjadi penghuni Museum Nasional Udara dan Ruang Angkasa Smithsonian di Washington D.C. Sementara Bockscar mendapat kehormatan untuk menjadi penghuni Museum Nasional Angkatan Udara Amerika di Wright-Patterson Air Force Base, Ohio.


Quote:




Ditiru Oleh Uni Soviet


Melalui program Land-Lease, Soviet pernah dua kali meminta Amerika Serikat untuk mengirim B-29, akan tetapi Amerika menolak hal tersebut. Land-Lease adalah sebuah program di mana Amerika Serikat menyuplai Prancis, Britania Raya, Republik China, Uni Soviet dan negara-negara sekutu lainnya dengan makanan, minyak, dan senjata. Program ini berlangsung mulai tahun 1941 sampai 1945. Bantuan persenjataan meliputi kapal, pesawat, bersama dengan senjata lainnya. Undang-undang tersebut ditandatangani di bawah payung hukum pada tanggal 11 Maret 1941 dan berakhir pada September 1945.

Selama tahun 1944 dan 1945 empat B-29 melakukan pendaratan darurat di wilayah Soviet setelah serangan bom di Manchuria dan Jepang. Amerika lantas meminta Uni Soviet untuk mengembalikan B-29 milik mereka. Alih-alih mengembalikan pesawat, Soviet justru merekayasa balik B-29 Amerika dan menggunakannya sebagai dasar untuk mengembangkan pesawat bomber sendiri yang diberi nama Tupolev Tu-4.


Quote:



Karena bahan baku aluminium di Uni Soviet dipasok dalam ukuran yang berbeda dari yang tersedia di AS, seluruh pesawat harus direkayasa ulang secara ekstensif. Meski berhasil melakukan program reverse engineering, akan tetapi spesifikasi Tu-4 masih dibawah B-29 dari segi jangkauan dan muatan yang bisa dibawa.

Pada tahun 1947, Soviet memulai debutnya baik Tupolev Tu-4, dan varian transportasi Tupolev Tu-70. Soviet menggunakan posisi penembak ekor yang mirip dengan B-29 di banyak pesawat pengebom dan transportasi selanjutnya. Tu-4 oleh NATO diberi nama kesayangan "Bull", pesawat ini mengabdi cukup lama, baru pensiun pada tahun 1988.


Akhir Hayat Sang Bomber


Setelah berakhirnya Perang Dunia II, B-29 masih digunakan oleh Amerika, pesawat ini kemudian kembali beraksi pada Perang Korea di tahun 1950-an. Sebagian pesawat kemudian ditingkatkan dan disebut sebagai B-50, pesawat ditugaskan untuk menjatuhkan bom konvensional. B-50 dibekali mesin baru, yakni Pratt & Whitney R-4360-35 Wasp Major. Akan tetapi selama Perang Korea, Angkatan Udara Amerika justru banyak kehilangan armada pesawat bombernya.

Penyebab banyaknya pesawat bomber Amerika yang ditembak jatuh akibat hadirnya pesawat MiG-15 milik Uni Soviet. Pesawat yang ditenagai mesin turbo jet ini memiliki kecepatan tinggi dan mampu terbang di ketinggian lebih tinggi, menjadikannya momok yang menakutkan bagi B-50. Karena dinilai tidak efektif digunakan dalam Perang Korea, pesawat ini lantas dikonversi sebagai pesawat tanker, ia berperan mengisi bahan bakar di udara untuk pesawat tempur yang beroperasi dalam perang tersebut.

Selain pesawat tanker, pada masanya B-29 juga dikonversi menjadi pesawat kargo dan pesawat evakuasi medis. Diproduksi mulai tahun 1943-1946, Boeing berhasil memproduksi total 3.970 unit pesawat. Pesawat-pesawat tersebut kemudian pensiun pada tahun 1960. Dan berikut ini adalah sekilas spesifikasinya:


Quote:



Demikian ulasan panjang mengenai bomber legendaris B-29 Superfortress, di mana pesawat ini tidak akan pernah ditemui dalam pelajaran sejarah di Indonesia. Saat kita sekolah, hanya satu hal yang diketahui secara pasti, yaitu akibat dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang menyerah kepada sekutu. Momen ini lantas digunakan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Semoga pembahasan kali ini bisa bermanfaat, sampai jumpa emoticon-Angkat Beer
Diubah oleh si.matamalaikat 18-08-2021 04:38
cor7
sukakuda
pengennyusu
pengennyusu dan 30 lainnya memberi reputasi
31
9.3K
76
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan KepolisianKASKUS Official
2.2KThread2.2KAnggota
Tampilkan semua post
theniAvatar border
theni
#28
Di indo B29 jadi nama deterjen
jagotorpedo
jagotorpedo memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.