Kaskus

Story

Rebek22Avatar border
TS
Rebek22
Aku Dan Bajingan Yang Berlagak Seperti Ayah
Aku Dan Bajingan Yang Berlagak Seperti Ayah


Quote:


Quote:


Quote:



1. A story about a farewell sentence



Prolog: Terima kasih jauh lebih menenangkanku dari pada maaf

Kanaria.

Namaku Kanaria, sebuah nama yang di ambil dari bahasa jepang dan memiliki arti kenari. Sampai sekarang aku tidak pernah tau mengapa ibu menamaiku demikian, bagaimanapun kenari terdengar seperti sesuatu yang kurang layak di jadikan nama karena hanya sedikit makna yang dapat muncul dari jenis kacang kesukaan tupai itu.

Ini lah kisahku, dalam mencoba memberikan kesempatan kedua untuk seseorang.

Pagi masih lah berada di permulaan, mentari belum menampakan raganya di ufuk timur, sehingga gelap masih menjadi nuansa dasar dari warna sang langit, bulan pun masih bertenggger di angkasa memamerkan kemilaunya yang perlahan terlihat semakin sayu.

Suara alarm HP yang sangat bising berhasil membangunkanku dari tidur. Walaupun terasa agak berat, aku tetap berusaha membuka kedua mata ini, setelah itu meraih HP yang semalam memang sengaja aku letakan di dekat telinga, lalu mematikan alarm.

Mataku tertuju pada jam yang ada di layar HP. Sekarang masih pukul tiga pagi, waktu yang sangat tidak lumrah bagi seorang gadis SMA untuk bagun. Bayangkan saja, ayam belum berkokok, bulan pun masih terlihat samar di langit, sementara aku sudah bangun dan memulai aktifitas, mendahuli sang penguasa siang yang mungkin baru bersiap-siap untuk memamerkan wujudnya nanti.

Aku bangkit dari kasur menguncir rambut panjang yang masih berantakan ini, dan segera menuju kamar mandi untuk membasuh muka, berharap rasa kantuk ini bisa sedikit berkurang. Setelah itu aku pun beranjak ke dapur, menyalakan kompor dan mulai memasak sarapan. Air yang tadi membasuh wajah ini sepertinya belum cukup untuk mengusir kantuk yang masih setia menggelantungi mataku, sekuat tenaga aku menahan hasrat untuk kembali berbaring dan memejam mata, karena masih ada tanggung jawab yang harus diri ini tuntaskan terlebih dahulu.

Tanganku mulai Sibuk bekerja memasukan bahan demi bahan ke dalam penggorengan. Menu yang aku masak sangat sederhana, hanya telur dadar, sedikit tumis toge sisa kemarin yang kembali aku hangatkan, lalu tahu. Aku menyajikan semua hidangan tadi di meja kemudian beranjak ke kamar ibu untuk membangunkannya.

Dia harus berangkat kerja sebentar lagi, mengemudikan busway dari halte ke halte demi menafkahiku. Rutinitas di luar kelaziman gadis SMA ini lah yang aku jadikan sebagai balasan dari kerja kerasnya. Memang apa yang aku lakukan tidak akan pernah sebanding dengan yang di berikannya selama ini. Aku hanya bisa mengurangi sedikit beban yang harus di pikul nya seorang diri, dengan menambah satu jam waktu tidurnya, serta jamuan pagi yang mungkin dapat menambah semangatnya saat bekerja nanti.

" Bu, bangun sudah jam setengah empat " Ujarku setelah memasuki kamarnya.

Wanita itu nampak tertidur dengan sangat pulas, sejujurnya aku tidak tega untuk membangunkannya sekarang. Tapi ada hal yang harus dirinya lakukan, jadi mau tidak mau aku harus tetap melakukannya.

" Bu, bangun " Ujarku sekali lagi sambil menggoyang-goyangkan badannya. Usahaku membuahkan hasil, ibu bangun dari tidurnya dan segera duduk.

" Pagi " Ujarnya sambil mengecup dahiku.

" Sarapan sudah siap, mandi lah setelah itu silahkan santap masakanku di dapur "

" Kana, maafkan ibu ya, Kau jadi harus bangun pagi-pagi sekali " Ujarnya sambil mengelus kepalaku.

" Bukan kah sudah berkali-kali aku katakan, hati ini akan jauh lebih senang jika kau mengucapkan Terima kasih dari pada meminta maaf. Aku melakukan semua ini bukan karena paksaan, melainkan balas budi terhadap orang yang begitu aku sayangi "

" Terima kasih Kana "

" Sama-sama " Ujarku sambil mengecup keningnya. Aku melakukan semua ini atas dasar sayang, bukan karena paksaan, Jadi tidak perlu sungkan " Nah, sekarang mandi lah. Aku akan menunggumu di dapur "

" Baik "

" Bu, berhenti lah menyalahkan dirimu sendiri. Kau tidak salah, sebab yang membuatmu harus menanggung beban seberat ini adalah pria tolol itu "

" Kana, jangan begitu. Bagaimana pun dia adalah ayahmu "

" Jika dia ayahku, maka pria itu seharusnya ada di sini mencarikan nafkah untuk kita dan tidak menghilang entah kemana "

" Kana "

" Cukup bu, segera lah mandi. Aku akan membuat kopi di dapur agar rasa kantukmu hilang " Ujarku sambil melangkah keluar kamarnya.

Berapa banyak kenangan indah yang kau miliki bersama ayah? Jika pertanyaan tersebut di ajukan padaku, maka lisan ini akan menjawabnya dengan ucapan " Tidak ada ". Karena Pria brengsek itu hilang begitu saja tujuh tahun yang lalu setelah menoleh kan luka besar ke dalam alur kehidupan kami berdua.

Dalam benakku, tidak ada satupun kenangan indah mengenai dirinya. Dia hanyalah sesosok pria kasar yang bisa dengan begitu ringannya menghantamkan tinju ke wajah ibu, sering mengamuk tidak karuan, dan tega membuat istrinya banting tulang demi menafkahi keluarga padahal hal itu merupakan tugasnya. Oleh karena itu aku sangat membencinya.

Walaupun sering di perlakukan dengan kejam, entah mengapa ibu tetap memilih untuk tetap bersabar. Dia selalu berusaha menenangkan ayah yang sedang mengamuk dengan cara lembut, lisannya pun selalu mengucapkan maaf saat tangan pria brengsek itu menghantam wajahnya tanpa sebab.

Aku tidak paham, mengapa ibu bisa bersikap seperti itu? Kenapa lisannya lah yang harus mengucapkan maaf saat ayah memukulinya. Padahal aku sangat yakin jika tidak ada satu kesalahan pun yang dirinya buat. Mengapa dia bisa begitu lembut ketika menangkan pria itu. Padahal, tindakan ayah sudah sangat layak di anggap sebagai pelanggaran HAM, dan dari semua itu, yang paling tidak aku pahami adalah kenapa ibu bisa tetap mencintai ayah dan mau bertahan dengannya.

Bukan kah yang mencari nafkah adalah ibu? Jika mereka bercerai, aku sangat yakin hidup ibu akan menjadi jauh lebih baik. Bagaimanapun, masalah ekonomi tidak akan pernah menghampirinya, karena sekarangpun dia lah yang mencari uang, bukan ayah.

Aku tidak pernah bisa memahami jalan pikiran ibu, selepas tubuhnya di hajar habis-habisan, dia selalu menghampiriku kemudian memeluk tubuh ini dengan begitu erat sambil berkata " Jangan pernah membenci ayahmu ya, dia sebenarnya adalah orang baik yang tengah berada dalam kebingungan ". Jika sudah seperti itu, aku hanya bisa mengangguk, dan berpura-pura mempercayai ucapannya. walaupun hati ini sebaliknya. Apanya yang baik? Tindakannya bahkan jauh melampaui kekejaman iblis.

Entah ibuku yang terlalu berfikir positif terhadap sikap ayah, atau memang ucapannya merupakan kebenaran. Namun bagiku, kemungkinan pertama lah yang paling rasional untuk di percayai. Sikap ibu terus di manfaatkan oleh ayah agar dirinya bisa berbuat demikian, dan anggapanku tentang hal itu membuat diri ini kian membencinya.

Jika di sangkut pautkan dengan akutansi, pria itu hanyalah akun di bagian beban yang kian membengkak, sehingga kas yang di miliki ibu terus berkurang. Jika di hubungkan dengan Biologi, maka simbiosis yang terjadi antara ibu dan ayah adalah simbiosis parasitisme, salah satu pihak di untungkan sementara yang satunya lagi di rugikan. Jika ini matematika, maka ayah adalah bilangan minus, yang jumlah semakin banyak angkanya bukan bernilai semakin besar, melainkan semakin kecil.

Pria breksek itu hanya lah beban, tidak bekerja, tidak mengurusi rumah, dan tidak melakukan apapun, hanya duduk sambil sambil menghisap rokok sepanjang hari. Sampah masyarakat itu hanyalah parasit, yang terus menyerap kebahagiaan ibu dan menukarnya dengan penderitaan. Ayahku hanya lah bilangan minus yang kian hari semakin membuat ibu rugi.

kenapa orang seperti itu masih harus ibu beri makan dan tempat tinggal? Kenapa ibu tidak mengajukan cerai kepadanya? lalu menguris sampah masyarakat itu keluar dari rumah dan hidup bahagia bersamaku. Benakku terus bertanya-tanya akan hal itu, tanpa pernah berani mengutarakannya pada ibu, karena takut tanda tanya tersebut malah akan melukai hatinya.

Lima tahun yang lalu pria itu tiba-tiba menghilang, entah kemana dia pergi, tapi aku tidak peduli karena hal tersebut justru membuatku sangat senang. Akhirnya manusia tidak berguna itu pergi, andai aku memiliki nomor telepon sang maut, maka aku akan segera menghubunginya agar sosok tak kasat mata itu bisa segera menjemput ayah dan membawanya ke neraka yang paling dalam.

Ibu terlihat biasa-biasa saja saat suaminya itu pergi, dan baguku sikap yang di terapkannya sangat lah wajar, mengingat betapa kejamnya perlakuan si bedebah itu selama ini.

Aku tumbuh dewasa tanpa hadirnya sosok ayah, ibu memainkan peran ganda dalam membesarkanku. Peran ibu sebagai pemberi kasih sayang dan peran ayah sebagai pencari nafkah serta tempat berlindung bagi putrinya. Kehidupanku mulai terasa indah karena mata ini tidak perlu lagi menyaksikan ibu yang menahan rasa sakit saat di pukuli ayah.


Tidak ada lagi amukannya yang merusak rasa makan malam, tidak ada lagi bau asap yang memenuhi rumah saat dirinya sibuk menganggur, dan tidak ada lagi sosok pria yang membuatku selalu ingin menendang kepalanya.

Tujuh tahun berlalu, sekarang aku sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang tidak kekurangan apapun. Meski kami terbilang miskin, aku Tetap bisa bersekolah tanpa tunggakan SPP, tetap menjadi anak yang ceria walaupun secara tidak langsung aku termasuk anak yang mengalami broken home, dan tetap menjadi sosok yang tidak kurang kasih sayang, karena ibu selalu menuangkan kasih sayangnya padaku di sela-sela kesibukannya.

Bulan lalu, entah bagaimana mulanya tiba-tiba ibu mengajukan sebuah pertanyaan padaku, pertanyaan yang membuat lisan ini mengungkapkan tentang betapa bencinya aku pada ayah

" Kana, apa kau merindukan ayahmu? " Ujarnya. Pertanyaan tersebut nyaris membuatku tersedak lauk makan malam yang tengah aku kunyah kalau itu.

" Kenapa tiba-tiba ibu menanyakan hal itu? "

" Haha, ya bagaimana ya.. "

" Aku tidak tau apa kau sudah bercerai dengan pria brengsek itu atau belum. Tapi ada satu hal yang perlu ibu tau, aku tidak akan pernah sudi lagi memanggilnya ayah, dan jika ibu ingin kembali menerimanya di rumah ini, maka aku akan langsung menendang kepalanya, kemudian minggat dari rumah ini " Ujarku yang secara reflek mengutarakan betapa bencinya diri ini kepada ayah.

" Tapi Kana dia ayahmu "

" Apa dia mencarikanku nafkah? Apa dia menjadi tempat bernaung bagi putrinya? Apa dia menulis kan kisah bahagia dalam alur hidupku ini? Aku rasa tidak. Ya, dia memang ayahku, tapi pria itu tidak menjalankan kewajibannya maka dia tidak layak menerima haknya dariku "

" Kana, sebenarnya ayahmu itu.. "

" Cukup " Aku menggebrak meja dengan sangat keras, emosiku begitu meluap karena ibu membahas pria tolol yang begitu aku benci itu " Begini saja, kau adalah kepala keluarga rumah ini, aku tidak punya hak untuk melarangmu membawa laki-laki itu kemari, silahkan ajak ayah tinggal di sini lagi, silahkan rujuk dengannya jika memang kalian bercerai. Tapi, jika kau membawanya ke sini, maka aku lah yang akan pergi. Pilih lah, aku atau dia "

Aku pun bangkit dari duduk dan segera melangkah meninggalkan dapur. Aku tidak percaya jika lisan ini benar-benar membentaknya, sial apa sekarang aku sudah menjadi anak durhaka? Semoga ibu tidak sakit hati dan mengutuk ku jadi batu. Maafkan aku bu, sungguh aku hanya tidak ingin kau kembali menderita.

Setelah itu ibu tidak pernah membahas ayah lagi, aku sempat meminta maaf padanya tapi seperti biasa justru ibu lah yang malah mengaku salah dan meminta maaf jauh kepadaku. Sejak saat itupun Aku memutuskan untuk tidak pernah lagi mengungkit segala sesuatu mengenai pria itu.

Aku merasa sangat bodoh sekarang. Karena ternyata malah diri ini lah yang pertama kali membahasnya kembali. Kakiku melangkah dengan begitu beratnya ke dapur, hatiku tengah berada di dalam kondisi yang sangat tidak karuan, sekali lagi lisan ini membentak wanita baik hati itu.

Aku menunggu ibu di meja makan, setelah sepuluh menit berlalu ibupun muncul dan langsung ikut duduk. Tangannya mulai menyendok nasi dan lauk yang aku hidangkan, kemudian menyantapnya dengan begitu lahap.

" Bu, maafkan aku karena telah membentakmu tadi " Ujarku yang langsung mengutarakan rasa bersalah yang semula begitu nyaman bersarang di dalam hati.

" Terima kasih karena kau mau minta maaf, Kana " Ujarnya sambil tersenyum.

" Bagaimanapun aku tidak bisa memaafkan ayah, karena dulu dia selalu saja menyakiti orang yang begitu aku cintai ini "

" Ya, dia memang kerap kali menyarangkan tinjunya itu kepadaku. Tapi percayalah nak, aku tidak pernah bisa membencinya "

" Kenapa? "

" Akan panjang jika aku menjelaskannya sekarang. Ibu berjanji akan menjelaskannya padamu nanti. Intinya dia adalah pria yang baik baginsudut pandang ibu "

Aku tidak perlu penjelasan apapun, bagiku ibu lah yang terlalu memandang positif sifat ayah sehingga seburuk apapun perbuatannya ibu akan tetap menganggapnya baik. Tapi aku tidak mau mengutarakan pemikiran ini kepadanya. Sekarang aku hanya harus mengangguk tanda jika diri ini mengerti akan ucapannya dan menunggu malam nanti untuk mendengarkan ocehannya tentang ayah.

" Nah, sekarang saatnya bekerja " Ujarnya setelah melahap habis hidangan yang aku buat. " Masakanmu enak sepeti biasanya "

" Terima kasih "

" Oh iya, hari ini sepertinya ibu akan mendapat bonus. Jadi aku akan memberikanmu laptop " Ujarnya.

" Ayo lah bu. Dari pada untuk membeli laptop, lebih baik uang bonus itu ibu gunakan untuk membeli beras. Lagi pula aku tidak membutuhkan benda itu " Ujarku.

" Kana, aku tau kau kesusahan tiap kali mendapat tugas untuk mencari artikel di internet. Apa kau pikir ibu tega membiarkan putri ke sayangannya kesulitan? sementara dirimu terus melayaniku dengan baik? Kita memang tidak kaya, tapi untuk memenuhi kebutuhanmu, aku akan berusaha sebaik mungkin"

" Tapi "

" Mungkin aku hanya bisa memberikanmu laptop bekas. Tapi pergunakanlah benda itu sebaik mungkin, aku berjanji akan membelikannya untukmu sepulang kerja nanti "

" Terima kasih bu "

Sejujurnya hatiku merasa sangat senang, karena pada akhirnya aku tidak perlu lagi menyewa biling di warnet ketika ingin mengerjakan tugas sekolah yang mengharuskanku mencari artikel di internet. Semoga laptop itu tidak membebani nya karena sudah begitu banyak beban yang harus wanita ini tanggung.

" Kalau begitu ibu berangkat dulu " Ujar ibu sambil mulai beranjak dari dapur.

Aku menemaninya keluar rumah, membuka gerbang saat Ibu mulai mengeluarkan motornya dari ruang tamu. Ibu menyalakan motor, memakai helm dan bersiap untuk meluncur ke tempat kerjanya.

" Sampai jumpa lagi "

" Sampai jumpa lagi " Ujarnya sambil menancap gas motor. Wanita itupun pergi meninggalkan rumah.

" Hati-hati di jalan bu "

Di sinilah semua bermula....

Menurutmu, seberapa bermakna kah ucapan " Sampai Jumpa lagi " ? Mungkin bagi sebagian orang kalimat tersebut hanyalah rangkaian kata yang nilainya tidak lebih dari sekedar formalitas. Ucapan yang secara reflek terlontar saat kita mengakhiri kebersamaan, atau sebuah ujaran rutin yang selalu mengiringi perpisahan kita dengan seseorang. Kalimat yang begitu ringan untuk di ucapkan sehingga banyak orang yang tidak menyadari betapa beratnya makna yang terkandung dalam kalimat tersebut, termasuk diriku

Langit begitu indah sore ini, lembayun merah yang biasa mengiringi terlelapnya Sang mentari sedang terlukis dengan begitu sempurna, sehingga sangat layak untuk di nikmati oleh para manusia yang mulai mengakhiri hari. Namun, apa yang aku alami di sore ini tidak lah sesempurna karya Tuhan yang berjudul kan " Rona sore hari " Itu.

Sialnya keindahan itu berbanding terbalik dengan alur takdirku. Salah satu rahasia langit yang bernama maut baru saja mengunjungi ibuku, sosok tak kasat mata itu menjemput ruh miliknya untuk kembali bersama ke langit dan menemui Sang Pencipta.

Ibuku telah tiada..
Pergi begitu jauh hingga upaya apapun yang diri ini lakukan tidak akan mampu lagi meraihnya.
Diubah oleh Rebek22 27-08-2021 18:58
pangerankodo353Avatar border
irwanh44Avatar border
sisininAvatar border
sisinin dan 26 lainnya memberi reputasi
23
14.6K
147
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
Rebek22Avatar border
TS
Rebek22
#34
9. Anugrah Yang Menjadi Kutukan
kaskus-image

Kanaria

" Hand of Midas " Kalau tidak salah, itulah judul bab ke sebelas dari The jorney of Necromancer. Sebuah kisah yang bertemakan tentang dua sisi dari sebuah bakat, bagiku apa yang sang penulis tuangkan dalam bab itu sangatlah out of the box. Biasanya sebuah kisah akan menggambarkan tentang bagaimana caranya seseorang berjuang meraih impiannya, atau bisa di bilang alur from zero to hero.

Kisah yang seperti itu bisa di bilang terlalu mainstream, namun banyak cara unik yang bisa di terapkan agar alurnya terlihat menarik. Membumbui kisah dengan berbagai konflik agar mampu Membawa para pembaca untuk merasakan betapa pahitnya kekalahan, begitu manisnya kemenangan, beratnya perjuangan dan indahnya keberhasilan.

Bohong rasanya jika tidak ada yang termotivasi dengan kisah yang memiliki alur seperti itu. Sebuah kisah yang seolah-olah meyakinkan kita jika perjuangan akan mampu mengalahkan bakat, dan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. cerita yang membuat semua orang percaya jika siapapun yang pada awalnya hanya lah zero akan mampu menjadi hero dengan bermodalkan tekad.

Hand of midas justru merupakan kisah yang memiliki alur sebaliknya. From hero to the zero, atau dari yang semula berada di tahta teratas sebuah prestasi terpuruk hingga kembali menjadi zero.

Oh iya, dalam mitologi Yunani Midas adalah seoranh raja yang di karunia kekuatau luar biasa. Apapun yang di sentuh raja itu akan berubah menjadi emas, sungguh kekuatan yang begitu di dambakan semua orang bukan?

Tapi percayalah, karunia itu lama-kelamaan justru menjadi kutukan yang membuat Midas menderita. Apapun yang di sentuh menjadi emas bahkan itu makanan, minuman bahkan anak dan istrinya . hal itu membuat Midas amat menderita karena tidak bisa makan dan berdekatan dengan sosok yang di kasihinya.

kaskus-image

Rasputin si tokoh utama kisah dalam the jorney of necromancer bertemu dengan pemahat kayu yang sangat termpil. Bermodalkan kayu kualitas terburuk dia bisa membuat sebuah maha karya, walaupun hanya menggunakan alat yang seadanya dia bisa mengukir sesuatu yang bahkan di nilai sebagai harta oleh sebuah negara.

Pemahan kayu itu begitu terkenal, dia seketika bisa menjadi amat kaya raya hanya dengan mengukir sebatang kayu. Karna raja tempat si pemahat kayu menyukai karyanya dia pun membuat seluruh kota di penuhi dengan pahatannya, bahkan setiap bagunan pemerintahan di hiasi karyanya.

Pemahat kayu itu memiliki seorang istri yang seprofrsi dengannya, mereka hidup bahagian karena harta serta tahta dapat di raih sang suami hanya dengan memahat kayu. Dia begitu bangga dengan bakatnya karena seolah-olah apa yang di sentuhnya akan mampu berubah menjadi emas, namun siapa yang menyangka jika bakat luar biasa itu justru akan membuatnya menemui akhir menyedihkan.

Hari demi hari berlalu, semakin banyak orang yang mengagumi karya si pemahan. Hal itu jelas membuatnya kian bangga, namun di sisi lain ternyata ada orang-oranhyang justru menderita karena karyanya.

Pemahan lain mengalami kebangkrutan karena tidak ada satupun yang membeli karya mereka. Banyak yang berjuang untuk mengalahkan kemahiran si pemahay kayu, namun semuanya berakhir dengan keterpurukan karena mereka tidak kunjung berhasil mengalahkan atau bahkan menyamai keahlian si pemahat kayu.

Muncul lah lingkaran kebencian, pemahat kayu itu memang di puja oleh banyak warga namun pada kenyataanya ada juga yang sangat membencinya yaitu para tukang pahat lain. Suatu ketika, karena tidak tahan dengan bakat terlampau luar biasa si pemahat, banyak tukang pahat lain yang membuat rencana untuk menjatuhkannya.

Mereka memilih jalan instan dengan berhenti berjuang untuk menyamai si pemahat kayu dan mulai berfikir agar segera menghilangkan nyawanya dari muka bumi. Sebuah konspirasi pun terjadi, putri raja di bunuh secara mengenaskan oleh seseorang dan yang menjadi terdakwah pertama adalah si pemahat karena di TKP ada alat pahat miliknya yang di duga merupakat alat pembunuhan.

Dia pun di bawa ke persidangan, pemahat kayu itu optimis jika dirinya akan mmbebas dari tuduhan karena istrinya bisa bersaksi bahwa di hari kejadian dia bersama dengannya. Namun siapa sangka, istrinya malah memberi ke saksian palsu dan membuat si pemahat di hukum mati.

Ternyata sang istri merupakan bagian dari konspirasi itu, dialah yang memberikan alat pahat si tukang kayu kepada sang pembunuh agar dapat menjadi kan suaminya sebagai terdakwah utama. Menurut kalian apa sang istri tidak mencitai si pemahat kayu? Jawabannya adalah Tidak, sang istri sebenarnya sangat mencitainya.

Sang penulis menceritakan jika istri tukang pahat itu merupakan Seniman pahat kayu yang memiliki impian untuk menjadikan karyanya harta nasional. Oleh sebab itu dia terus berusaha berusaha, namun dia terpuruk karena bakat suaminya terlalu menyeramkan.

Hanya dengan memahat kayu secara asal karya suaminya sudah mampu menjadi harta nasional, sementara dirinya yang sudah berlatih hingga muntah darah tidak kunjung berhasil. Kemilau bakat suaminya begitu terang hingga meredupkan cahaya milik orang-orang di sekitarnya, bahkan sang istri.

Istrinya menyerah untuk mengejar impiannya, dan hanya bisa menerima jika suaminya lah yang justru dengan mudah dapat meraih apa yang dirinya impikan. Bakat yang di miliki tukang kayu mengubah cinta sang istri menjadi iri hingga bermuara pada kebencian. Maka dari itu hanya di hasut sedikit saja, istrinya pun langsung mau mengkhianati si pemahat kayu.

Kisah yang berakhir sangat tragis, si pemahat kayu di jatuhi hukuman mati yang begitu kejam. Di bakar di tengah kota, dengan seluruh pahatan yang selama ini di buatnya, pemahat itu menangis saat api mulai menjilat raganya. Dia tidak menyangka jika bakatnya justru membuat menemui sad ending.

Ada sesuatu yang unik dari bab itu, di akhir kisah ada sebuah tulisan yang mungkin merupakan isi hati penulis. Dia menuliskan :

" Walau aku tau anugrah itu telah berubah menjadi kutukan baginya, diri ini tetap tidak dapat melakukan apapun. Untuk sekarang aku hanya dapat pasrah dan menanti seseorang yang tepat untuk mencabut apa yang telah menghantuinya selama ini "

Sepertinya kisah si pemahat kayu itu merupakan penggambaran dari apa yang di alami oleh orang terdekatnya. Mungkin kah si penulis masihencari sang pencabut kutukan untuk orang yang di cintainya itu sampai sekarang?

Aku memandangi Ran yang baru saja meneriaki kak Leo, ini merupakan pertama kali aku melihat melihatnya sekesal itu. Entah apa yang membuatnya demikian, namun sebagai kaka aku ingin berusaha menenagkannya. Baru saja aku hendak melangkah tiba-tiba tangan Dina meraih lengan ini dan memberi isyarat agar tidak ikut campur terlebih dahulu.

" Mana aku tau ? " Bentakan Ran membuat semua orang menoleh ke arahnya. Untungnga kak Ares memberi instruksi untuk mengabaikan kami terlebih dahulu.

" Leo " Panggil kak Ares. Setelah pria itu menoleh ke arah suara yang memanggilnya, kak Ares langsung memberi isyarat dengan mengarahkan telunjuknya ke mulut " Jangan berlebihan ok? "

Kak Leo membalas instruksi itu dengan mengacungkan jempolnya, sepertinya karena keduanya benar-benar dekat. Tanpa perlu berbicara panjang lebar mereka bisa saling memahami satu sama lain. Bukan kah itu keren?

" Kemarin kau sempat menerjangku bukan? Bagiku kekuatanmu sangat besar untuk ukuran gadis SMA bahkan anak laki-laki seusiamu, hal itu juga terbukti karena kau mampu menenteng koper besar dan berat tanpa merasa kesusahan. Selain itu cara serta postur tubuhmu saat berdiri berbeda dengan kebanyakan orang. Walau samar, aku juga melihat sedikit otot yang mencuat keluar di betismu. Dari semua itu aku mengasumsikan jika kau sebenarnya seorang atlet. Bukan kah begitu? " Kak Leo membeberkan fakta yang semula tidak aku sadari.

Dia benar, Ran memiliki kekuatan yang cukup besar. Bagaimanapun ketika gadis itu menghantam kak Leo kemarin malam, wajah sang kasir jelas terlihat meringgis kesakitan Tubuhnya pun terdorong cukup jauh. Apa itu alasan kak Leo menaruh Ran di section koreografi? Memainkan bendera sambil menari tentu saja membutuhkan tenaga besar.

" Iya, tenagaku memang cukup besar, itu alasanmu memasukanku ke dalam color guard kan? " Ujar Ran sambil menundukan kepalanya.

" Setengahnya benar, setengahnya lagi tidak. Sejujurnya kemarin aku sedikit mencari tau tentangmu dengan meminta tolong salah seorang teman yang cukup handal dalam mencari informasi di internet. Sejujurnya aku tidak berharap menemukan apapun, namun siapa sangka justru yang terjadi malah sebaliknya. Pemenang lomba lari seratus meter tingkat kota, menjuarai kompetisi bulu tangkis tingkah provinsi, dan masih banyak lagi "

" Hah? " Aku, Patra, Juna dan yang lainnya kaget ketika mendengar penjabaran dari kak Leo.

Ran pernah menorehkan begitu banyak prestasi di bidang olahraga? Siapa yang menyangka hal itu? Apakah ayah tau akan hal ini? Dan lagi aku baru tau juga jika kak Leo memiliki bakat stalker, dia memang berbahaya.

" Ya walaupun nilai akademikmu berbanding terbalik dengan pencapaian di bidang sport. Haha, nilai terendah dalam angkatan? Kau benar-benar unik gadis bar-bar "

" Kau sepertinya salah orang " Ran mengelak semua yang di katakan kak Leo.

" Tidak mungkin aku salah orang karena informanku bisa di percaya "

Entah mengapa selain merasa tertarik dengan latar belakang Ran, aku juga mulai penasaran dengan informannya kak Leo. Bukan kah hebat mampu mencari informasi mengenai seorang gadis hanya dalam waktu singkat?

" Prestasimu berhenti bermunculan saat naik ke kelas dua SMA dan aku tau apa yang menyebabkan hal itu terjadi ? "

" Jangan berlagak memahamiku " Ran kembali meneriaki kak Leo.

" Aku tidak berlagak memahamimu, tapi diri ini benar-benar paham karena pernah merasakan hal serupa " Kak Leo melangkah mendekati Ran, meletakan tangannya di atas kepada adikku itu kemudian mengelusnya dengan begitu lembut " Kau takut akan bakatmu sendiri bukan? "

" Takut akan bakat sendiri? " Ujarku bingung.

" Hoi menurut kalian apakah devinisi dari bakat? " Tanya kak Leo kepada kami semua.

" Hmmm anugrah " Jawab Juna.

" Ya kau benar, bakat adalah anugrah yang membuatmu ahli dalam sesuatu tanpa perlu belajar keras. Namun perlu di ketahuilah bagi Ran, bakat yang dia miliki sudah tidak pernah terasa lagi seperti anugrah. Justru bagumi gadis bar-bar ini bakat adalah sebuah kutukan "

" Kutukan? "

" Bakat yang kau miliki sangatlah luar biasa, bahkan karena saking luar biasanya dirimu justru menyakiti banyak orang yang ada di sekitarmu. Bukan kah begitu? Kau pun mulai menganggap anugrah itu sebagai kutukan " Tidak lama usai mengatakan hal tersebut, Isak tangis terdengar dari arah Ran. Gadis itu menangis, sepertinya apa yang kak Leo katakan benar, dia takut akan bakatnya sendiri.

" Kau benar kak Leo, aku takut dengan bakat yang diri ini miliki. Awalnya aku merasa begitu bangga karena dengan bakat luar biasa dalam bidang atletis ini telah banyak prestasi yang berhasil diri ini raih. Aku senang karena olahraga apapun yang diri ini coba pelajari akan langsung sangguo aku kuasai bahkan menjadi ahli hanya dalam waktu singkat. Karena dengan demikian aku bisa terus membuat bangga pria baik hati yang mau membesarkanku hingga seperti ini. Oleh karena itu aku mulai bertindak serakah, olahraga apapun diri ini pelajari, hingga ahli dan berkesampatan mengikuti kompetisi. Menang, selalu itulah hasil yang aku dapat. Aku senang, ayah pu demikian, pujian tidak henti-hentinya para guru berikan kepada diri ini karena walaupun bodoh aku tetap bisa mengharumkan nama sekolah. Tapi.. " Ran sepertinya tidak sanggup lagi menceritakan kisahnya.

" Teman-temanmu tidak demikian bukan? Bakatmu terlalu menyeramkan hingga tidak ada satupun dari mereka yang mampu menyainhi. Bahkan kau membuat beberapa dari teman-temanmi menyerah dalam bidang olahraga, karena merasa jika bakatmu mempencundangi usaha keras mereka. Kau begitu berbakat hingga menyalip sosok yang pada dasarnya mengajarkan olahraga tersebut kepadamu, kau begitu ahli hingga tidak membiarkan yang lain mencicipi kompetisi. Kepakan sayapmu berhasil menghempaskan orang lain ke bawah, sehingga mereka tersungkur bahkan beberapa di antaranya harus menerima jika sayap yang akan membuatnya terbang telah patah "

" Ya, kau benar. Aku terlambat menyadarinya, semua usahaku memang membuat ayah bangga tapi di sisi lain justru membuat diri ini di benci. Aku terlambat menyadari jika lisan teman-temanmu tidak lagi menyuarakan dukungan, mereka justru mulai melontarkan celaan agar diri ini berhenti. Maka dari itu aku sangat takut akan bakat ini, aku takut patra akan membenciku, karena bisa langsung sempurna bermain bendera. Aku takut di jauhi, sungguh diri ini takut menyakiti orang lain lagi "

Jadi itu masalah yang sebenarnya tengah di hadapi oleh Ran, aku tidak pernah menyangka jika bakat yang terlalu luar besar bisa mendatangkan bencana tersendiri bagi pemiliknya. Ran tanpa sengaja membuat orang lain menyerah dalam suatu bidang karena merasa tidak pernah bisa mendekati atau bahkan menandingi dirinya. Anugrah yang terlalu besar hingga menjadi kutukan yang memilukan.

Ironis bukan? Dia hanya ingin membahagiakan ayah sebagai balas budi karena rela membesarkan nya. Namun niatan itu justru membuatnya di jauhi, aku paham sekarang mengapa gadis itu nampak sangat ketakutan tadi. Dia tidak mau masuk ke siklus yang sama seperti dulu, menyalip keahlian Patra yang mengajarinya bermain bendera pertama kali sehingga semuanya mulai tersakiti.

" Ran!! " Tiba-tiba patra berteriak. Tindakan Patra membuat kami semua kaget, Ran menoleh ke arah ketua timnya yang mulai melangkah mendekatinya. Tindakan Patra berikutnya ternyata jauh lebih mengagetkan, dia menarik kerah baju Ran dan mulai mengambil ancang-ancang untuk memukul.

" Pa... Patra? " Ran nampak ketakutan.

" Apa kau meremehkanku? Apa kau pikir bisa begitu saja menyalip diri ini? Apa kau pikir aku tidak memiliki bakat? Hah jangan bercanda " Patra meneriaki Ran.

" Patra hentikan " Aku dan Juna menganggap mereka tengah bertengkar, maka dari itu kami berusaha melerai mereka.

" Juna, kana biarkan mereka seperti itu " Ucapan kak Leo membuat kami bingung, apa dia ingin membiarkan patra dan Ran bertengkar?

" Ran, camkan ini baik-baik. Aku tidak akan kalah darimu dalam hal bermain bendera. Kau berbakat? Jangan bercanda, bakatmu ada di bidang atletis bukan color guard. Bermain bendera bukan lah olahraga, melainkan seni yang membutuhkan tenaga. Jadi jangan pernah berfikir untuk menurunkan kualitas bakatmu saat ada di depanku. Apa kau paham? "
" Pa.. Paham "

" Aku tidak seperti teman-teman lamamu yang begitu saja menyerah karena tidak bisa menandingi bakat yang kau miliki. Jika kau menyalipku, maka aku akan kembali menyalipmu, bagaimanapun caranya diri ini akan melakukannya walau itu artinya membuat aku harus berlatih hingga muntah darah. Ran walau kita baru bertemu, kau sudah aku anggap teman " Patra menurunkan tangannya yang tadi sudah berancang-ancang untuk memukul Ran. Section leader koreografi itupun memeluk Ran dengan begitu erat dan membiarkan Ran membenamkan wajar di dadanya.

" Apa kau berjanji tidak akan menjadi seperti teman-teman ku yang dulu? " Tanya Ran yang kembali menangis.

" Aku berjanji, namun ada satu hal yang perlu kau ingat. Aku bukan lagi hanya sekedar temanmu. Mulai sekarang kau harus mengingat, jika gadis yang ada di depanmu saat ini adalah rival yang wajib kau perhitungkan "

" Bolehkah aku merasa tidak ingin kalah darimu? "

" Hal itu wajib, karena aku akan marah jika kau sengaja mengalah "

" Te.. Terima kasih patra "

" Aku akan mencabut kutukamu, sehingga kau bisa kembali menganggap bakat luar biasamu itu sebagai anugrah "

Syurulah aku tadi menuruti kak Leo, patra ternyata bukan ingin baku hantam dengan Ran karena merasa di remehkan. Dia justru mendeklarasikan jika dirinya siap menjadi rival untuk menandingi bakat Ran yang sudah dirinya anggap sebagai kutukan itu.

Rivalitas memang wajar ada di dalam suatu hubungan terlebih lagu jika hubungan itu sudah sangat erat, hal itu justru terkesan jauh lebih indah ketimbang persahabatan. Karena persahabatan sering berupa dukungan secara langsung, sementara rivalitas berbentuk perlombaan yang di selipi saling mendukung.

Dalam hidupku, mungkin seseorang yang layak diri ini anggap rival adalah Ana. Bagaimanapun kami selalu bersaing memperebutkan peringkat pertama. Walau begitu, kami tetap saling mengajarkan jika ada yang mengerti, menguatkan jika di antara kami ada yang tengah di uji, dan akrab jika tidak mencangkup perebutan peringkat pertama dalam kelas.

" Kau memang section leader yang baik Patra " Puji Dina.

" Yup, tidak seperi SL kami yang di perbudakan cinta " Iskandar kembali membahas Juna dan hal itu sukses mengubah atmosfer yang ada. Kami semua tertawa mendengar guyonan yang menyindir section leader band itu.

Baru beberapa jam di sini aku sudah mendapatkan banyak sekali pelajaran. Aku benar-benar tidak menyesal ketika bergabung dalam spratan ini. Semoga saja ke depannya lebih banyak pelajaran lagi yang bisa diri ini ambil.
Diubah oleh Rebek22 25-08-2021 12:13
jiyanq
oceu
pangerankodo353
pangerankodo353 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.