- Beranda
- Stories from the Heart
Aku Dan Bajingan Yang Berlagak Seperti Ayah
...
TS
Rebek22
Aku Dan Bajingan Yang Berlagak Seperti Ayah

Quote:
Quote:
Quote:
1. A story about a farewell sentence
Prolog: Terima kasih jauh lebih menenangkanku dari pada maaf
Kanaria.
Namaku Kanaria, sebuah nama yang di ambil dari bahasa jepang dan memiliki arti kenari. Sampai sekarang aku tidak pernah tau mengapa ibu menamaiku demikian, bagaimanapun kenari terdengar seperti sesuatu yang kurang layak di jadikan nama karena hanya sedikit makna yang dapat muncul dari jenis kacang kesukaan tupai itu.
Ini lah kisahku, dalam mencoba memberikan kesempatan kedua untuk seseorang.
Pagi masih lah berada di permulaan, mentari belum menampakan raganya di ufuk timur, sehingga gelap masih menjadi nuansa dasar dari warna sang langit, bulan pun masih bertenggger di angkasa memamerkan kemilaunya yang perlahan terlihat semakin sayu.
Suara alarm HP yang sangat bising berhasil membangunkanku dari tidur. Walaupun terasa agak berat, aku tetap berusaha membuka kedua mata ini, setelah itu meraih HP yang semalam memang sengaja aku letakan di dekat telinga, lalu mematikan alarm.
Mataku tertuju pada jam yang ada di layar HP. Sekarang masih pukul tiga pagi, waktu yang sangat tidak lumrah bagi seorang gadis SMA untuk bagun. Bayangkan saja, ayam belum berkokok, bulan pun masih terlihat samar di langit, sementara aku sudah bangun dan memulai aktifitas, mendahuli sang penguasa siang yang mungkin baru bersiap-siap untuk memamerkan wujudnya nanti.
Aku bangkit dari kasur menguncir rambut panjang yang masih berantakan ini, dan segera menuju kamar mandi untuk membasuh muka, berharap rasa kantuk ini bisa sedikit berkurang. Setelah itu aku pun beranjak ke dapur, menyalakan kompor dan mulai memasak sarapan. Air yang tadi membasuh wajah ini sepertinya belum cukup untuk mengusir kantuk yang masih setia menggelantungi mataku, sekuat tenaga aku menahan hasrat untuk kembali berbaring dan memejam mata, karena masih ada tanggung jawab yang harus diri ini tuntaskan terlebih dahulu.
Tanganku mulai Sibuk bekerja memasukan bahan demi bahan ke dalam penggorengan. Menu yang aku masak sangat sederhana, hanya telur dadar, sedikit tumis toge sisa kemarin yang kembali aku hangatkan, lalu tahu. Aku menyajikan semua hidangan tadi di meja kemudian beranjak ke kamar ibu untuk membangunkannya.
Dia harus berangkat kerja sebentar lagi, mengemudikan busway dari halte ke halte demi menafkahiku. Rutinitas di luar kelaziman gadis SMA ini lah yang aku jadikan sebagai balasan dari kerja kerasnya. Memang apa yang aku lakukan tidak akan pernah sebanding dengan yang di berikannya selama ini. Aku hanya bisa mengurangi sedikit beban yang harus di pikul nya seorang diri, dengan menambah satu jam waktu tidurnya, serta jamuan pagi yang mungkin dapat menambah semangatnya saat bekerja nanti.
" Bu, bangun sudah jam setengah empat " Ujarku setelah memasuki kamarnya.
Wanita itu nampak tertidur dengan sangat pulas, sejujurnya aku tidak tega untuk membangunkannya sekarang. Tapi ada hal yang harus dirinya lakukan, jadi mau tidak mau aku harus tetap melakukannya.
" Bu, bangun " Ujarku sekali lagi sambil menggoyang-goyangkan badannya. Usahaku membuahkan hasil, ibu bangun dari tidurnya dan segera duduk.
" Pagi " Ujarnya sambil mengecup dahiku.
" Sarapan sudah siap, mandi lah setelah itu silahkan santap masakanku di dapur "
" Kana, maafkan ibu ya, Kau jadi harus bangun pagi-pagi sekali " Ujarnya sambil mengelus kepalaku.
" Bukan kah sudah berkali-kali aku katakan, hati ini akan jauh lebih senang jika kau mengucapkan Terima kasih dari pada meminta maaf. Aku melakukan semua ini bukan karena paksaan, melainkan balas budi terhadap orang yang begitu aku sayangi "
" Terima kasih Kana "
" Sama-sama " Ujarku sambil mengecup keningnya. Aku melakukan semua ini atas dasar sayang, bukan karena paksaan, Jadi tidak perlu sungkan " Nah, sekarang mandi lah. Aku akan menunggumu di dapur "
" Baik "
" Bu, berhenti lah menyalahkan dirimu sendiri. Kau tidak salah, sebab yang membuatmu harus menanggung beban seberat ini adalah pria tolol itu "
" Kana, jangan begitu. Bagaimana pun dia adalah ayahmu "
" Jika dia ayahku, maka pria itu seharusnya ada di sini mencarikan nafkah untuk kita dan tidak menghilang entah kemana "
" Kana "
" Cukup bu, segera lah mandi. Aku akan membuat kopi di dapur agar rasa kantukmu hilang " Ujarku sambil melangkah keluar kamarnya.
Berapa banyak kenangan indah yang kau miliki bersama ayah? Jika pertanyaan tersebut di ajukan padaku, maka lisan ini akan menjawabnya dengan ucapan " Tidak ada ". Karena Pria brengsek itu hilang begitu saja tujuh tahun yang lalu setelah menoleh kan luka besar ke dalam alur kehidupan kami berdua.
Dalam benakku, tidak ada satupun kenangan indah mengenai dirinya. Dia hanyalah sesosok pria kasar yang bisa dengan begitu ringannya menghantamkan tinju ke wajah ibu, sering mengamuk tidak karuan, dan tega membuat istrinya banting tulang demi menafkahi keluarga padahal hal itu merupakan tugasnya. Oleh karena itu aku sangat membencinya.
Walaupun sering di perlakukan dengan kejam, entah mengapa ibu tetap memilih untuk tetap bersabar. Dia selalu berusaha menenangkan ayah yang sedang mengamuk dengan cara lembut, lisannya pun selalu mengucapkan maaf saat tangan pria brengsek itu menghantam wajahnya tanpa sebab.
Aku tidak paham, mengapa ibu bisa bersikap seperti itu? Kenapa lisannya lah yang harus mengucapkan maaf saat ayah memukulinya. Padahal aku sangat yakin jika tidak ada satu kesalahan pun yang dirinya buat. Mengapa dia bisa begitu lembut ketika menangkan pria itu. Padahal, tindakan ayah sudah sangat layak di anggap sebagai pelanggaran HAM, dan dari semua itu, yang paling tidak aku pahami adalah kenapa ibu bisa tetap mencintai ayah dan mau bertahan dengannya.
Bukan kah yang mencari nafkah adalah ibu? Jika mereka bercerai, aku sangat yakin hidup ibu akan menjadi jauh lebih baik. Bagaimanapun, masalah ekonomi tidak akan pernah menghampirinya, karena sekarangpun dia lah yang mencari uang, bukan ayah.
Aku tidak pernah bisa memahami jalan pikiran ibu, selepas tubuhnya di hajar habis-habisan, dia selalu menghampiriku kemudian memeluk tubuh ini dengan begitu erat sambil berkata " Jangan pernah membenci ayahmu ya, dia sebenarnya adalah orang baik yang tengah berada dalam kebingungan ". Jika sudah seperti itu, aku hanya bisa mengangguk, dan berpura-pura mempercayai ucapannya. walaupun hati ini sebaliknya. Apanya yang baik? Tindakannya bahkan jauh melampaui kekejaman iblis.
Entah ibuku yang terlalu berfikir positif terhadap sikap ayah, atau memang ucapannya merupakan kebenaran. Namun bagiku, kemungkinan pertama lah yang paling rasional untuk di percayai. Sikap ibu terus di manfaatkan oleh ayah agar dirinya bisa berbuat demikian, dan anggapanku tentang hal itu membuat diri ini kian membencinya.
Jika di sangkut pautkan dengan akutansi, pria itu hanyalah akun di bagian beban yang kian membengkak, sehingga kas yang di miliki ibu terus berkurang. Jika di hubungkan dengan Biologi, maka simbiosis yang terjadi antara ibu dan ayah adalah simbiosis parasitisme, salah satu pihak di untungkan sementara yang satunya lagi di rugikan. Jika ini matematika, maka ayah adalah bilangan minus, yang jumlah semakin banyak angkanya bukan bernilai semakin besar, melainkan semakin kecil.
Pria breksek itu hanya lah beban, tidak bekerja, tidak mengurusi rumah, dan tidak melakukan apapun, hanya duduk sambil sambil menghisap rokok sepanjang hari. Sampah masyarakat itu hanyalah parasit, yang terus menyerap kebahagiaan ibu dan menukarnya dengan penderitaan. Ayahku hanya lah bilangan minus yang kian hari semakin membuat ibu rugi.
kenapa orang seperti itu masih harus ibu beri makan dan tempat tinggal? Kenapa ibu tidak mengajukan cerai kepadanya? lalu menguris sampah masyarakat itu keluar dari rumah dan hidup bahagia bersamaku. Benakku terus bertanya-tanya akan hal itu, tanpa pernah berani mengutarakannya pada ibu, karena takut tanda tanya tersebut malah akan melukai hatinya.
Lima tahun yang lalu pria itu tiba-tiba menghilang, entah kemana dia pergi, tapi aku tidak peduli karena hal tersebut justru membuatku sangat senang. Akhirnya manusia tidak berguna itu pergi, andai aku memiliki nomor telepon sang maut, maka aku akan segera menghubunginya agar sosok tak kasat mata itu bisa segera menjemput ayah dan membawanya ke neraka yang paling dalam.
Ibu terlihat biasa-biasa saja saat suaminya itu pergi, dan baguku sikap yang di terapkannya sangat lah wajar, mengingat betapa kejamnya perlakuan si bedebah itu selama ini.
Aku tumbuh dewasa tanpa hadirnya sosok ayah, ibu memainkan peran ganda dalam membesarkanku. Peran ibu sebagai pemberi kasih sayang dan peran ayah sebagai pencari nafkah serta tempat berlindung bagi putrinya. Kehidupanku mulai terasa indah karena mata ini tidak perlu lagi menyaksikan ibu yang menahan rasa sakit saat di pukuli ayah.
Tidak ada lagi amukannya yang merusak rasa makan malam, tidak ada lagi bau asap yang memenuhi rumah saat dirinya sibuk menganggur, dan tidak ada lagi sosok pria yang membuatku selalu ingin menendang kepalanya.
Tujuh tahun berlalu, sekarang aku sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang tidak kekurangan apapun. Meski kami terbilang miskin, aku Tetap bisa bersekolah tanpa tunggakan SPP, tetap menjadi anak yang ceria walaupun secara tidak langsung aku termasuk anak yang mengalami broken home, dan tetap menjadi sosok yang tidak kurang kasih sayang, karena ibu selalu menuangkan kasih sayangnya padaku di sela-sela kesibukannya.
Bulan lalu, entah bagaimana mulanya tiba-tiba ibu mengajukan sebuah pertanyaan padaku, pertanyaan yang membuat lisan ini mengungkapkan tentang betapa bencinya aku pada ayah
" Kana, apa kau merindukan ayahmu? " Ujarnya. Pertanyaan tersebut nyaris membuatku tersedak lauk makan malam yang tengah aku kunyah kalau itu.
" Kenapa tiba-tiba ibu menanyakan hal itu? "
" Haha, ya bagaimana ya.. "
" Aku tidak tau apa kau sudah bercerai dengan pria brengsek itu atau belum. Tapi ada satu hal yang perlu ibu tau, aku tidak akan pernah sudi lagi memanggilnya ayah, dan jika ibu ingin kembali menerimanya di rumah ini, maka aku akan langsung menendang kepalanya, kemudian minggat dari rumah ini " Ujarku yang secara reflek mengutarakan betapa bencinya diri ini kepada ayah.
" Tapi Kana dia ayahmu "
" Apa dia mencarikanku nafkah? Apa dia menjadi tempat bernaung bagi putrinya? Apa dia menulis kan kisah bahagia dalam alur hidupku ini? Aku rasa tidak. Ya, dia memang ayahku, tapi pria itu tidak menjalankan kewajibannya maka dia tidak layak menerima haknya dariku "
" Kana, sebenarnya ayahmu itu.. "
" Cukup " Aku menggebrak meja dengan sangat keras, emosiku begitu meluap karena ibu membahas pria tolol yang begitu aku benci itu " Begini saja, kau adalah kepala keluarga rumah ini, aku tidak punya hak untuk melarangmu membawa laki-laki itu kemari, silahkan ajak ayah tinggal di sini lagi, silahkan rujuk dengannya jika memang kalian bercerai. Tapi, jika kau membawanya ke sini, maka aku lah yang akan pergi. Pilih lah, aku atau dia "
Aku pun bangkit dari duduk dan segera melangkah meninggalkan dapur. Aku tidak percaya jika lisan ini benar-benar membentaknya, sial apa sekarang aku sudah menjadi anak durhaka? Semoga ibu tidak sakit hati dan mengutuk ku jadi batu. Maafkan aku bu, sungguh aku hanya tidak ingin kau kembali menderita.
Setelah itu ibu tidak pernah membahas ayah lagi, aku sempat meminta maaf padanya tapi seperti biasa justru ibu lah yang malah mengaku salah dan meminta maaf jauh kepadaku. Sejak saat itupun Aku memutuskan untuk tidak pernah lagi mengungkit segala sesuatu mengenai pria itu.
Aku merasa sangat bodoh sekarang. Karena ternyata malah diri ini lah yang pertama kali membahasnya kembali. Kakiku melangkah dengan begitu beratnya ke dapur, hatiku tengah berada di dalam kondisi yang sangat tidak karuan, sekali lagi lisan ini membentak wanita baik hati itu.
Aku menunggu ibu di meja makan, setelah sepuluh menit berlalu ibupun muncul dan langsung ikut duduk. Tangannya mulai menyendok nasi dan lauk yang aku hidangkan, kemudian menyantapnya dengan begitu lahap.
" Bu, maafkan aku karena telah membentakmu tadi " Ujarku yang langsung mengutarakan rasa bersalah yang semula begitu nyaman bersarang di dalam hati.
" Terima kasih karena kau mau minta maaf, Kana " Ujarnya sambil tersenyum.
" Bagaimanapun aku tidak bisa memaafkan ayah, karena dulu dia selalu saja menyakiti orang yang begitu aku cintai ini "
" Ya, dia memang kerap kali menyarangkan tinjunya itu kepadaku. Tapi percayalah nak, aku tidak pernah bisa membencinya "
" Kenapa? "
" Akan panjang jika aku menjelaskannya sekarang. Ibu berjanji akan menjelaskannya padamu nanti. Intinya dia adalah pria yang baik baginsudut pandang ibu "
Aku tidak perlu penjelasan apapun, bagiku ibu lah yang terlalu memandang positif sifat ayah sehingga seburuk apapun perbuatannya ibu akan tetap menganggapnya baik. Tapi aku tidak mau mengutarakan pemikiran ini kepadanya. Sekarang aku hanya harus mengangguk tanda jika diri ini mengerti akan ucapannya dan menunggu malam nanti untuk mendengarkan ocehannya tentang ayah.
" Nah, sekarang saatnya bekerja " Ujarnya setelah melahap habis hidangan yang aku buat. " Masakanmu enak sepeti biasanya "
" Terima kasih "
" Oh iya, hari ini sepertinya ibu akan mendapat bonus. Jadi aku akan memberikanmu laptop " Ujarnya.
" Ayo lah bu. Dari pada untuk membeli laptop, lebih baik uang bonus itu ibu gunakan untuk membeli beras. Lagi pula aku tidak membutuhkan benda itu " Ujarku.
" Kana, aku tau kau kesusahan tiap kali mendapat tugas untuk mencari artikel di internet. Apa kau pikir ibu tega membiarkan putri ke sayangannya kesulitan? sementara dirimu terus melayaniku dengan baik? Kita memang tidak kaya, tapi untuk memenuhi kebutuhanmu, aku akan berusaha sebaik mungkin"
" Tapi "
" Mungkin aku hanya bisa memberikanmu laptop bekas. Tapi pergunakanlah benda itu sebaik mungkin, aku berjanji akan membelikannya untukmu sepulang kerja nanti "
" Terima kasih bu "
Sejujurnya hatiku merasa sangat senang, karena pada akhirnya aku tidak perlu lagi menyewa biling di warnet ketika ingin mengerjakan tugas sekolah yang mengharuskanku mencari artikel di internet. Semoga laptop itu tidak membebani nya karena sudah begitu banyak beban yang harus wanita ini tanggung.
" Kalau begitu ibu berangkat dulu " Ujar ibu sambil mulai beranjak dari dapur.
Aku menemaninya keluar rumah, membuka gerbang saat Ibu mulai mengeluarkan motornya dari ruang tamu. Ibu menyalakan motor, memakai helm dan bersiap untuk meluncur ke tempat kerjanya.
" Sampai jumpa lagi "
" Sampai jumpa lagi " Ujarnya sambil menancap gas motor. Wanita itupun pergi meninggalkan rumah.
" Hati-hati di jalan bu "
Di sinilah semua bermula....
Menurutmu, seberapa bermakna kah ucapan " Sampai Jumpa lagi " ? Mungkin bagi sebagian orang kalimat tersebut hanyalah rangkaian kata yang nilainya tidak lebih dari sekedar formalitas. Ucapan yang secara reflek terlontar saat kita mengakhiri kebersamaan, atau sebuah ujaran rutin yang selalu mengiringi perpisahan kita dengan seseorang. Kalimat yang begitu ringan untuk di ucapkan sehingga banyak orang yang tidak menyadari betapa beratnya makna yang terkandung dalam kalimat tersebut, termasuk diriku
Langit begitu indah sore ini, lembayun merah yang biasa mengiringi terlelapnya Sang mentari sedang terlukis dengan begitu sempurna, sehingga sangat layak untuk di nikmati oleh para manusia yang mulai mengakhiri hari. Namun, apa yang aku alami di sore ini tidak lah sesempurna karya Tuhan yang berjudul kan " Rona sore hari " Itu.
Sialnya keindahan itu berbanding terbalik dengan alur takdirku. Salah satu rahasia langit yang bernama maut baru saja mengunjungi ibuku, sosok tak kasat mata itu menjemput ruh miliknya untuk kembali bersama ke langit dan menemui Sang Pencipta.
Ibuku telah tiada..
Pergi begitu jauh hingga upaya apapun yang diri ini lakukan tidak akan mampu lagi meraihnya.
Diubah oleh Rebek22 27-08-2021 18:58
sisinin dan 26 lainnya memberi reputasi
23
14.7K
147
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Rebek22
#21
Kanaria
Quote:
3. A rhythm that changes everything
Prolog: Rockabye
Kanaria
Malam semakin larut, rembulan yang saat itu tengah berwujud kan purnama terlihat sudah berada di puncak langit. Sedikit lagi Sang penguasaan malam akan segera terlelap, lalu secara perlahan memudarkan kemilau yang selalu mampu memanjakan mata para manusia itu.
Mata ini melirik ke arah arloji yang senantiasa melekat di lengan kiriku, dan mendapati jika sekarang sudah pukul dua belas malam. Waktu yang sangat tidak lazim bagi seorang anak SMA untuk keluyuran di luar rumah dan Seperti biasa aku kembali menjadi salah satu dari ketidak kaziman itu.
Sial padahal sosok yang membuat diri ini melakukan hal yang tak lazim sudah tiada, mengapa aku belum juga bisa menjadi anak SMA yang ada pada umumnya. Sekarang malam sudah sangat larut, bahkan dalam hitungan detik hari akan segera berganti, namun diri ini belum juga berada di rumah.
Aku sedang duduk santai di depan sebuah minimarket yang buka dua puluh empat jam. Tempat ini menyediakan kursi dan meja untuk para pelanggan, tidak ada larangan untuk berlama-lama di sini, sehingga aku dapat memanfaatkannya untuk menenangkan diri sambil memandangi langit makam
Dua kaleng Kopi yang tadi aku beli sudah habis tak bersisa, dan kafeinpun berhasil membuat mataku terus terjaga dari kantuk. Aku malas untuk kembali ke rumah, karena hanya ada ke sunyian di sana, sosok yang dulunya selalu menanti kepulanganku telah tiada.
Sekarang tidak akan ada lagi yang akan menyambutku ketika pulang, tidak ada lagi kata selamat datang kembali ketika diri ini tiba di rumah, dan tidak ada lagi yang akan marah ketika diri ini pulang begitu larut seperti sekarang ini.
Sial, aku mulai merindukan wajah marah ibu ketika diri ini pulang terlalu larut. Entah kapan terakhir kalinya aku membuat wanita itu begitu marah karena terlambat pulang, yang jelas selalu ada pelukan setelah raut penuh emosi itu. Dia akan senantiasa berbisik:
" Maafkan aku karena marah kepadamu. ibumu ini hanya khawatir jika ada tangan tak bertanggung jawab yang merusak harta paling berharga ku "
Amarah ibu selalu memiliki dasar yang jelas, yaitu rasa khawatiran. Maka wajar jika hati ini merasa sangat menyesal setelahnya, dia hanya tidak ingin ada tangan yang tidak bertanggung jawab merusak putrinya, tidak lebih. Patut kah aku ikut marah jika demikian? Rasanya tidak.
Jika ibu melihatku dari surga, Kira-kira apa yang lisannya akan katakan? Bagaimanapun putrinya seakan menjadi liar, keluyuran di tengah malam seakan dirinya tidak pernah mengajarkan tata krama kepadaku. Semoga kau tidak meminta Tuhan untuk menyambar raga ini dengan petir bu, percayalah putrimu tidak akan macam-macam.
Dia hanya ingin menenangkan dirinya yang merasa kesepian setelah kau tinggal pergi. Tadi pagi aku ingin berangkat ke sekolah. Namun karena paginya aku bicara banyak hal dengan ayah aku pun di kalahkan oleh rasa ngantuk dan tertidur, tidak lama setelah pria itu pamit pergi.
Mata ini baru terbuka setalah lembayung merah di langit muncul, sungguh tidur yang sangat panjang. Sepertinya aku sangat kelelahan karena kemarin terus menerus menangis. Amel sempat aku marahi karena tidak menelepon agar diri ini bagun pagi tadi, gadis itu malah berkata dengan santainya:
" Apa kau mau jadi anak SMA yang melakukan hal tidak lazim? Langsung masuk ke sekolah setelah ibumu meninggal? "
Amel benar, gurupun juga akan maklum atas ketidak hadiranku hari ini. Syukurlah aku tertidur, sebab jika diri ini datang ke sekolah maka akan semakin banyak ke tidak laziman yang aku buat semasa SMA.
Karena bosan dan tidak tahan dengan hawa sepi yang menyelimuti rumah, akupun memutuskan pergi nongkrong di mini market ini. Membeli kopi dan beberapa makanan ringan kemudian duduk hingga malam, dan di sini lah aku.
Aku mengeluarkan HP dari kantung, kemudian membuka situasi berita demi mengusir bosan yang kemungkinan akan membuatku kembali merasa kesepian, ya walaupun pada dasarnya memang begitu.
Hari ini ada hal baik yang muncul dalam alur hidupku, setelah sebelumnya di terpa oleh badai kesedihan akibat kehilangan ibu. Aku berhasil berbaikan dengan ayah akan tetapi pria bodoh itu malah harus pergi mengurus pekerjaannya ketika diri ini benar-benar membutuhkan sosoknya.
Sebenarnya dia tidak bisa di salahkan, lisan pria itu sudah mengucapkan maaf berulang kali karena mungkin merasa tidak enak denganku. Aku tidak mungkin melarangnya karena bagaimanapun pekerjaanya termasuk hal penting bagi kelanjutan hidupku juga, sebab mulai sekarang ayahlah yang akan merawat diri ini.
Maka dari itu aku mempersilahkanya pergi, Kira-kira apakah dia akan menurutiku jika tadi pagi lisan ini melarangnya untuk pergi? Sepertinya iya, karena waktu di ambulance di suruh menjilat kaki ini pun dia mau.
Ah, aku jadi penasaran sebenarnya apa pekerjaan Ayah, dia bisa mengirimi ibu uang yang cukup banyak, artinya gaji pria itu cukup besar. Apakah dia manager? Apakah setelah ini dia akan mengajakku pindah ke rumah yang lebih besar? Apakah dia akan memenuhi semua kebutuhanku dengan mewah namun tidak bisa meluangkan waktu untuk diri ini? Sial aku jadi korban film.
Aku ingin menghubunginya, tapi bodohnya diri ini karena tadi lupa meminta nomor handphonenya. Dia baru akan kembali besok, ah lebih tepatnya hari ini karena arlogiku telah menunjukan pukul satu pagi " Rekor baru "
Di situs berita yang menjadi topik utama adalah gempa bumi dasyat yang siang tadi melanda yogyakarta. Bencana yang sungguh mengerikan karena jumlah korban tewas sudah mencapai ratusan jiwa. Aku membayangkan sangat maut terus berkeliling mengangkat nyawa orang-orang yang harus mati dalam keadaan tragis.
Hari ini aku sangat yakin jika kata kehilangan akan menjadi tajuk terbesar dalam benak tiap orang yang ada di sana. Bumi mengamuk sehingga manusia yang ada di atasnya hanya bisa pasrah, berharap maut tidak menjemput mereka terlebih dahulu.
Aku sangat yakin banyak bentuk kematian yang sangat tragis di sana, remuk tertimpa beton, terjun bebas bersama lantai yang ambrol dan lain sebagainya, banyak dari mereka yang ingin saling menyelamatkan, namun jika takdir sudah berkehendak, maut akan tetap mencabut nyawa manusia sekalipun ada sosok lain yang rela menyerahkan apapun agar itu tidak terjadi.
Benak ini tidak bisa Membayangkan bagaimana rasanya jika orang yang kita cintai tewas di depan mata. Aku yang tidak melihat bagaimana cara maut menjemput ibu saja begitu terguncang, bagaimana jika kecelakaan itu terjadi tepat di depan mata? Bagaimana juga dengan orang-orang yang mau tidak mau melihat sosok kesayangan tewas tepat si hadapan mereka.
Tangan ini terus men-scroll halaman berita yang tengah aku akses, hingga sebuah cover berita membuatku berhenti. " Psikiater muda tim SAR " Begitulah judul berita tersebut, cover dari berita itu berupa foto sesosok gadis SMA yang sedang bicara dengan seorang anak kecil.
Sepertinya anak itu merupakan korban gempa yang mengalami guncangan mental. Sementara anak SMA yang sedang mengajaknya bicara merupakan teman sekelasku, nama gadis itu Athena adik dari kapten tim SAR. Dia sering di perbantukan oleh tim SAR untuk menterapi anak-anak yang mengalami guncangan mental pasca bencana.
Aku sangat mengagumi Athena, di usianya yang bisa di bilang masih sangat muda itu dia sudah mampu membantu banyak orang, dengan kata lain dia sudah mampu menebar manfaat bagi siapa saja yang ada di sekitarnya. Ibu mengenal cukup baik Athena, sebab kediamannya, sebagian di ubah menjadi rumah makan, dan tempat itu merupakan tempat istirahan para supir busway.
Gadis itu yatim piatu, dia kehilangan orang tuanya di sebuah kecelakaan sepuluh tahun silam. Tim SAR yang kebetulan waktu itu mengevakuasinya memutuskan untuk merawatnya. Tidak banyak orang yang tau mengenai masa lalu kelam gadis itu, aku bisa mengetahui hal tersebut karena kebetulan berada di sana saat Athena menceritakan masa lalunya kepada ibu.
Athena adalah gadis yang memiliki wajah cantik, otaknya encer serta memiliki kemampuan public speaking yang sangat baik. Namun dia terkenal dingin, selalu bicara ala kadarnya dan memiliki tatapan mata yang begitu tajam sehingga banyak orang enggan mendekatinya, dia bahkan di juluki Elsa ratu es dari salah satu serial film Disney berjudul Frozen ( nama Athena terlalu panjang, maka dari itu dia biasa di panggil Ana. Sementara Ana adalah adik Elsa di film Frozen. Kebetulan yang menarik)
Aku bisa di bilang cukup dekat dengannya, jika sudah mengenal gadis itu maka kesan dingin akan langsung hilang darinya. Dia sebenarnya gadis yang baik, dan cukup ceria hanya saja Ana hanya menunjukan sisi tersebut kepada orang-orang yang dekat dengannya, termasuk aku.
Hari ini Ana tidak masuk kelas, dia di kirim ke Yogyakarta untuk membantu tim SAR menanggulangi runtuhnya mental anak-anak di sana. Apa sebaiknya aku menelponya? Mungkin dia butuh teman ngobrol saat bertugas.
Baru saja tangan ini ingin menekan tombol panggilan, Tiba-tiba seorang gadis muncul tepat di hadapanku. Kehadirannya jelas membuatku sangat aget karena bagaimanapun ini sudah tengah malam, dari mana munculnya orang ini? Mataku segera melirik ke arah kakinya. Syukurlah kedua kakinya masih berpijak pada tanah, artinya dia manusia bukan hantu.
" Kak, boleh aku minta tolong sesuatu? " Ujar gadis itu.
" Bo.. Boleh "
Aku memperhatikan gadis itu, dia memiliki rambut panjang sepunggung yang entah mengapa di urai begitu saja sehingga nampak kusut. Wajahnya cukup cantik, namun terlihat agak pucat. Dia terlihat membawa sebuah koper berukuran cukup besar, serta mengenakan seragam sekolah yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Entah aku yang terlalu fokus ke layar HP atau memang hawa keberadaan gadis ini begitu samar, sebab diri ini sama sekali tidak menyadari kedatangannya. Semoga saja kemungkinan pertama yang benar.
" Bo...bolehkah aku meminjam uang? " Ujarnya dengan wajah memelas.
" Te.. Tentu saja " Aku menyodorkan uang dua puluh ribu ke arah gadis itu.
Hal yang lazim untuk di lakukan sebenarnya adalah mengabaikannya, karena bagaimanapun dia adalah orang asing. Uangku jelas tidak akan kembali, namun karena perasaan iba setelah melihat wajah memelasnya, Akupun memutuskan untuk memberinya uang.
" Te.. Terima kasih " Gadis itupun segera pergi ke dalam mini market, meninggalkan kopernya begitu saja.
Niat untuk menghubungi Ana pun langsung urung, bagaimanapun aku harus tetap waspada terhadap sosok mencurigakan itu. Aku melirik ke arah dalam mini market, tidak lama berselang seseorang keluar dari sana, namun bukan gadis aneh tadi melainkan sesosok pria yang merupakan kasir mini market ini.
Dia terlihat tengah menenteng sebuah tas sambil melangkah ke arahku. Sial, apa gadis itu membuat masalah dan membawa-bawa namaku? Kasir ini hendak menghampiri diri ini untuk meminta pertanggung jawaban?
" Kau belum pulang juga ? "Tanya pria itu sambil duduk di kursi yang letaknya cukup jauh dariku.
" Haha, belum " Jawabku ala kadarnya.
Pria itu seakan tidak begitu peduli dengan jawabanku, dia mengeluarkan sebungkus rokok dari kantungnya, kemudian menyulutnya dengan api yang berasal dari korek, lalu mulai menghisap lintingan tembakau itu. Sembari merokok dia mulai asik membongkar tas yang ternyata berisikan sebuah biola.
" Kau tidak keberatan kan jika aku merokok? " Tanya pria itu.
" Ti.. Tidak apa-apa "
" Apa kau sedang kabur dari rumah? " Tanya pria itu lagi.
" Tidak " Jawabku sambil menggelengkan kepala.
" Ibumu pasti sangat mengkahawatirkan kau saat ini " Aku yakin penyebab pria itu mengatakan hal ini adalah karena dirinya menganggap jawabanku tadi sebagai sebuah kebohongan.
" Kau tau, ibuku baru saja meninggal kemarin. Maka dari itu aku berada di sini, berusaha menenangkan diri karena jika terus berada di rumah benak ini tidak akan berhenti memikirkan dirinya "
" Ma.. Maafkan aku "
" Santai saja "
" Jadi, apakah ibumu merupakan sosok yang luar biasa? "
" Ya, dia sangat luar biasa karena wanita itu mampu embesarkanku seorang diri "
" Singel parents? "
" Ya begitulah "
" Nona, izinkan aku membawakan sebuah lagu untukmu " Ujar pria itu sambil mulai menggesekan bow di senar biolanya. Seketika irama merdu terdengar dari sana, permainan pria ini sangat hebat, telingaku bisa langsung di manjakan oleh permainannya.
Perlahan, aku mulai menyadari irama apa yang pria ini bawakan, ini bukan instrumen classic, melain kan iringan sebuah lagu yang pernah populer beberapa tahun lalu. Rockabye ya itulah judul lagunya.
Aku sangat menyukai arti dari lirik lagu itu, sebab secara garis besar lagu tersebut menceritakan tentang perjuangan seorang ibu yang berperan sebagai singel parents. Sama seperti ibuku, yang berusaha mati-matian membesarkan diri ini seorang diri.
Mulutku bergerak dengan sendirinya dan mulai bernyanyi mengikuti instrumen yang di bawakan pria itu.
She tells him, "Ooh love, no one's ever gonna hurt you, love.
I'm gonna give you all of my love.
Nobody matters like you."
Stay out there, stay out there
She tells him, "Your life ain't gon' be nothing like my life.
You're gonna grow and have a good life.
I'm gonna do what I've got to do."
Stay out there, stay out there
Dia bilang padanya "sayang, tak ada yang pernah akan menyakitimu, sayang "
Aku akan berikan semua kasih sayangku.
Tak ada yang penting selain dirimu.
Tetaplah di situ
Dia bilang padanya, " Hidupmu tak akan jadi seperti hidupku "
Kau akan tumbuh dewasa dan punya kehidupan yang lebih baik.
Aku akan lakukan apa yang harus ku lakukan"
Tetaplah di situ.
Ah sial mengapa lisan ini tidak bisa berhenti, padahal biasanya aku akan merasa sangat malu jika di minta bernyanyi oleh orang lain. Semoga saja suaraku yang ala kadarnya tidak merusak permainan biolanya.
Baru saja benakku memikirkan hal tersebut, Tiba-tiba sang kasir menghentikan permainan biolanya, sial sepertinya suaraku benar-benar mengganggu permainannya.
" Nona, suaramu indah sekali " Ujar pria itu.
Entah dia bermaksud mengejek atau memang mengatakan hal yang sejujurnya? yang jelas kasir itu terus menatapku setelah menghentikan permainan biolanya. Hal tersebut jelas membuat diri ini merasa sangat tidak nyaman, apa dia akan menerkam ku karena merasa terganggu?
" Te.. Terimakasih banyak " Ujarku dengan nada yang sengaja di buat datar agar dirinya tidak sadar jika aku senang dengan pujiannya. Semoga saja dia benar-benar berniat memujiku.
" Nona apa kau mau menjadi Divaku? " Tanya pria itu sambil melangkah mendekatiku. Diva? Apa maksud ucapannya tadi? Apakah ini sejenis rayuan? Ataukah lamaran? Jika memang begitu maka pria ini pasti kurang waras.
Sial kenapa malam ini aku terus-terusan bertemu dengan orang aneh. Tadi ada gadis aneh yang tiba-tiba muncul dan langsung meminjam uangku, sekarang aku harus bertemu dengan pria aneh yang entah mengapa langsung meminta aku untuk menjadi divanya?
" Ma.. Maksud anda? "
" Jadilah divaku" Ujarnya sekali lagi sambil meraih tanganku.
" Eh... Kau tidak sedang melamarku kan ? "
" Bodoh, kau bukan type ku "
" He?? Lantas apa maksud dari diva? "
" Kau tau, suaramu sangat merdu. Maka dari itu aku ingin menjadikanmu seorang penyanyi "
" Apakah kau dari agensi pencarian bakat? "
" Ah aku tidak pandai menjelaskan sesuatu, maka dari itu.... "
Pria itu belum menyelesaikan kalimatnya namun secara tiba-tiba gadis aneh tadi muncul dan menghantam sang kasir dengan tubuhnya. Pria itu terpental cukup jauh, sementara si gadis peminjam uang berdiri di depanku sambil mengunyah sebuah roti.
" Apa yang mau kau lakukan pada penyelamat jiwaku? " Ujar si gadis peminjam uang.
Sial, malamku jadi semakin aneh. Baiklah bu, aku kapok, mulai besok diri ini tidak akan nongkrong sampai malam lagi.
Diubah oleh Rebek22 25-08-2021 22:39
pangerankodo353 dan 2 lainnya memberi reputasi
3