Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dorezz.endorsAvatar border
TS
dorezz.endors
'Mati Corona Ala Madura': Antara COVID-19, Thaun, dan Flu Spanyol


Surabaya - Viral sebuah cuitan di akun twitter @Antonius061 tentang 'Mati Corona Ala Madura'. Cuitan itu berisi tulisan dari Firman Syah Ali tentang kondisi warga Madura menghadapi Corona.

Dalam cuitan itu, diceritakan kondisi Pamekasan yang tampak normal dalam masa PPKM level 3. Padahal jumlah pasien COVID-19 tengah melonjak saat ini.

"Benar saya yang menulis, saat saya isoman beberapa waktu lalu di Pamekasan," ujar Firman Syah Ali kepada detikcom, Minggu (1/8/2021).

Firman yang juga Pengurus Harian LP Ma'arif NU Jatim itu menjelaskan alasan dirinya menuliskan mati Corona ala Madura karena kondisi di Pamekasan yang baik-baik saja. Seolah-olah warga tidak takut dengan COVID-19.

Baca juga:
Viral Cuitan Mati Corona Ala Madura
"Tidak hanya Pamekasan, Bangkalan, masih normal saja. Warga di sana percaya akan adanya COVID-19, namun mereka berusaha mungkin untuk tidak mendengar sebutan Corona, dan sejenisnya," ungkapnya.

"Bagi warga Madura, Corona itu ibarat setan. Semakin diingat atau diucapkan, malah bisa menakutkan. Karena warga Madura itu sangat percaya kepada Allah SWT, semakin diucapkan, seolah wirid'an. Jadi mending jangan diucap, dan diingat," sambungnya.

Firman yang juga keponakan Mahfud Md ini menyebut akhir-akhir ini ada imbauan dari Ketua DPRD Pamekasan agar tidak mengumumkan kematian warga melalui TOA masjid. Hal ini untuk menjaga kondisi psikis warga.

Firman menambahkan warga Madura juga belakangan ini teringat thaun. Yakni sebuah kepercayaan warga lokal, jika ada seseorang yang mengetuk pintu tengah malam, dan warga itu menjawab, maka ajal akan menjemput.

"Warga teringat thaun dan flu Spanyol. Karena thaun ini kepercayaan warga sejak dahulu. Dulu kan ada wabah flu Spanyol di Madura saat zaman penjajahan. Sampai sekarang, warga Madura percaya, kalau ada yang ngetuk tengah malam, atau memanggil namanya, tapi tidak ada orang, jangan menjawab atau membuka pintu," terang Firman.

"Dan saya saat isoman di Pamekasan mengalami hal serupa, saat di musala. Tiba-tiba ada yang panggil saya, kayak suara ibu saya, tapi saya toleh gak ada, ya tidak saya jawab, karena itu thaun," sambungnya.

Firman juga melihat banyak warga meninggal akibat COVID-19 di Pamekasan, namun masih dikuburkan oleh keluarga dan para tetangga. Minimnya edukasi dari pemerintah setempat menjadi satu alasan.

"Jangankan keluarga, tetangga juga ikut nguburkan. Warga sebenarnya percaya, tapi ya itu, jangan sampai COVID-19 itu ada di pikiran, semakin dipikir semakin diingat. Dan prokes warga juga kurang disiplin," tandas Firman.

35
0
1K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.6KThread41.3KAnggota
Tampilkan semua post
rs2006Avatar border
rs2006
#4
secara gak langsung warga Madura telah menerapkan terapi pikiran positif
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.