- Beranda
- Stories from the Heart
Aku Dan Bajingan Yang Berlagak Seperti Ayah
...
TS
Rebek22
Aku Dan Bajingan Yang Berlagak Seperti Ayah

Quote:
Quote:
Quote:
1. A story about a farewell sentence
Prolog: Terima kasih jauh lebih menenangkanku dari pada maaf
Kanaria.
Namaku Kanaria, sebuah nama yang di ambil dari bahasa jepang dan memiliki arti kenari. Sampai sekarang aku tidak pernah tau mengapa ibu menamaiku demikian, bagaimanapun kenari terdengar seperti sesuatu yang kurang layak di jadikan nama karena hanya sedikit makna yang dapat muncul dari jenis kacang kesukaan tupai itu.
Ini lah kisahku, dalam mencoba memberikan kesempatan kedua untuk seseorang.
Pagi masih lah berada di permulaan, mentari belum menampakan raganya di ufuk timur, sehingga gelap masih menjadi nuansa dasar dari warna sang langit, bulan pun masih bertenggger di angkasa memamerkan kemilaunya yang perlahan terlihat semakin sayu.
Suara alarm HP yang sangat bising berhasil membangunkanku dari tidur. Walaupun terasa agak berat, aku tetap berusaha membuka kedua mata ini, setelah itu meraih HP yang semalam memang sengaja aku letakan di dekat telinga, lalu mematikan alarm.
Mataku tertuju pada jam yang ada di layar HP. Sekarang masih pukul tiga pagi, waktu yang sangat tidak lumrah bagi seorang gadis SMA untuk bagun. Bayangkan saja, ayam belum berkokok, bulan pun masih terlihat samar di langit, sementara aku sudah bangun dan memulai aktifitas, mendahuli sang penguasa siang yang mungkin baru bersiap-siap untuk memamerkan wujudnya nanti.
Aku bangkit dari kasur menguncir rambut panjang yang masih berantakan ini, dan segera menuju kamar mandi untuk membasuh muka, berharap rasa kantuk ini bisa sedikit berkurang. Setelah itu aku pun beranjak ke dapur, menyalakan kompor dan mulai memasak sarapan. Air yang tadi membasuh wajah ini sepertinya belum cukup untuk mengusir kantuk yang masih setia menggelantungi mataku, sekuat tenaga aku menahan hasrat untuk kembali berbaring dan memejam mata, karena masih ada tanggung jawab yang harus diri ini tuntaskan terlebih dahulu.
Tanganku mulai Sibuk bekerja memasukan bahan demi bahan ke dalam penggorengan. Menu yang aku masak sangat sederhana, hanya telur dadar, sedikit tumis toge sisa kemarin yang kembali aku hangatkan, lalu tahu. Aku menyajikan semua hidangan tadi di meja kemudian beranjak ke kamar ibu untuk membangunkannya.
Dia harus berangkat kerja sebentar lagi, mengemudikan busway dari halte ke halte demi menafkahiku. Rutinitas di luar kelaziman gadis SMA ini lah yang aku jadikan sebagai balasan dari kerja kerasnya. Memang apa yang aku lakukan tidak akan pernah sebanding dengan yang di berikannya selama ini. Aku hanya bisa mengurangi sedikit beban yang harus di pikul nya seorang diri, dengan menambah satu jam waktu tidurnya, serta jamuan pagi yang mungkin dapat menambah semangatnya saat bekerja nanti.
" Bu, bangun sudah jam setengah empat " Ujarku setelah memasuki kamarnya.
Wanita itu nampak tertidur dengan sangat pulas, sejujurnya aku tidak tega untuk membangunkannya sekarang. Tapi ada hal yang harus dirinya lakukan, jadi mau tidak mau aku harus tetap melakukannya.
" Bu, bangun " Ujarku sekali lagi sambil menggoyang-goyangkan badannya. Usahaku membuahkan hasil, ibu bangun dari tidurnya dan segera duduk.
" Pagi " Ujarnya sambil mengecup dahiku.
" Sarapan sudah siap, mandi lah setelah itu silahkan santap masakanku di dapur "
" Kana, maafkan ibu ya, Kau jadi harus bangun pagi-pagi sekali " Ujarnya sambil mengelus kepalaku.
" Bukan kah sudah berkali-kali aku katakan, hati ini akan jauh lebih senang jika kau mengucapkan Terima kasih dari pada meminta maaf. Aku melakukan semua ini bukan karena paksaan, melainkan balas budi terhadap orang yang begitu aku sayangi "
" Terima kasih Kana "
" Sama-sama " Ujarku sambil mengecup keningnya. Aku melakukan semua ini atas dasar sayang, bukan karena paksaan, Jadi tidak perlu sungkan " Nah, sekarang mandi lah. Aku akan menunggumu di dapur "
" Baik "
" Bu, berhenti lah menyalahkan dirimu sendiri. Kau tidak salah, sebab yang membuatmu harus menanggung beban seberat ini adalah pria tolol itu "
" Kana, jangan begitu. Bagaimana pun dia adalah ayahmu "
" Jika dia ayahku, maka pria itu seharusnya ada di sini mencarikan nafkah untuk kita dan tidak menghilang entah kemana "
" Kana "
" Cukup bu, segera lah mandi. Aku akan membuat kopi di dapur agar rasa kantukmu hilang " Ujarku sambil melangkah keluar kamarnya.
Berapa banyak kenangan indah yang kau miliki bersama ayah? Jika pertanyaan tersebut di ajukan padaku, maka lisan ini akan menjawabnya dengan ucapan " Tidak ada ". Karena Pria brengsek itu hilang begitu saja tujuh tahun yang lalu setelah menoleh kan luka besar ke dalam alur kehidupan kami berdua.
Dalam benakku, tidak ada satupun kenangan indah mengenai dirinya. Dia hanyalah sesosok pria kasar yang bisa dengan begitu ringannya menghantamkan tinju ke wajah ibu, sering mengamuk tidak karuan, dan tega membuat istrinya banting tulang demi menafkahi keluarga padahal hal itu merupakan tugasnya. Oleh karena itu aku sangat membencinya.
Walaupun sering di perlakukan dengan kejam, entah mengapa ibu tetap memilih untuk tetap bersabar. Dia selalu berusaha menenangkan ayah yang sedang mengamuk dengan cara lembut, lisannya pun selalu mengucapkan maaf saat tangan pria brengsek itu menghantam wajahnya tanpa sebab.
Aku tidak paham, mengapa ibu bisa bersikap seperti itu? Kenapa lisannya lah yang harus mengucapkan maaf saat ayah memukulinya. Padahal aku sangat yakin jika tidak ada satu kesalahan pun yang dirinya buat. Mengapa dia bisa begitu lembut ketika menangkan pria itu. Padahal, tindakan ayah sudah sangat layak di anggap sebagai pelanggaran HAM, dan dari semua itu, yang paling tidak aku pahami adalah kenapa ibu bisa tetap mencintai ayah dan mau bertahan dengannya.
Bukan kah yang mencari nafkah adalah ibu? Jika mereka bercerai, aku sangat yakin hidup ibu akan menjadi jauh lebih baik. Bagaimanapun, masalah ekonomi tidak akan pernah menghampirinya, karena sekarangpun dia lah yang mencari uang, bukan ayah.
Aku tidak pernah bisa memahami jalan pikiran ibu, selepas tubuhnya di hajar habis-habisan, dia selalu menghampiriku kemudian memeluk tubuh ini dengan begitu erat sambil berkata " Jangan pernah membenci ayahmu ya, dia sebenarnya adalah orang baik yang tengah berada dalam kebingungan ". Jika sudah seperti itu, aku hanya bisa mengangguk, dan berpura-pura mempercayai ucapannya. walaupun hati ini sebaliknya. Apanya yang baik? Tindakannya bahkan jauh melampaui kekejaman iblis.
Entah ibuku yang terlalu berfikir positif terhadap sikap ayah, atau memang ucapannya merupakan kebenaran. Namun bagiku, kemungkinan pertama lah yang paling rasional untuk di percayai. Sikap ibu terus di manfaatkan oleh ayah agar dirinya bisa berbuat demikian, dan anggapanku tentang hal itu membuat diri ini kian membencinya.
Jika di sangkut pautkan dengan akutansi, pria itu hanyalah akun di bagian beban yang kian membengkak, sehingga kas yang di miliki ibu terus berkurang. Jika di hubungkan dengan Biologi, maka simbiosis yang terjadi antara ibu dan ayah adalah simbiosis parasitisme, salah satu pihak di untungkan sementara yang satunya lagi di rugikan. Jika ini matematika, maka ayah adalah bilangan minus, yang jumlah semakin banyak angkanya bukan bernilai semakin besar, melainkan semakin kecil.
Pria breksek itu hanya lah beban, tidak bekerja, tidak mengurusi rumah, dan tidak melakukan apapun, hanya duduk sambil sambil menghisap rokok sepanjang hari. Sampah masyarakat itu hanyalah parasit, yang terus menyerap kebahagiaan ibu dan menukarnya dengan penderitaan. Ayahku hanya lah bilangan minus yang kian hari semakin membuat ibu rugi.
kenapa orang seperti itu masih harus ibu beri makan dan tempat tinggal? Kenapa ibu tidak mengajukan cerai kepadanya? lalu menguris sampah masyarakat itu keluar dari rumah dan hidup bahagia bersamaku. Benakku terus bertanya-tanya akan hal itu, tanpa pernah berani mengutarakannya pada ibu, karena takut tanda tanya tersebut malah akan melukai hatinya.
Lima tahun yang lalu pria itu tiba-tiba menghilang, entah kemana dia pergi, tapi aku tidak peduli karena hal tersebut justru membuatku sangat senang. Akhirnya manusia tidak berguna itu pergi, andai aku memiliki nomor telepon sang maut, maka aku akan segera menghubunginya agar sosok tak kasat mata itu bisa segera menjemput ayah dan membawanya ke neraka yang paling dalam.
Ibu terlihat biasa-biasa saja saat suaminya itu pergi, dan baguku sikap yang di terapkannya sangat lah wajar, mengingat betapa kejamnya perlakuan si bedebah itu selama ini.
Aku tumbuh dewasa tanpa hadirnya sosok ayah, ibu memainkan peran ganda dalam membesarkanku. Peran ibu sebagai pemberi kasih sayang dan peran ayah sebagai pencari nafkah serta tempat berlindung bagi putrinya. Kehidupanku mulai terasa indah karena mata ini tidak perlu lagi menyaksikan ibu yang menahan rasa sakit saat di pukuli ayah.
Tidak ada lagi amukannya yang merusak rasa makan malam, tidak ada lagi bau asap yang memenuhi rumah saat dirinya sibuk menganggur, dan tidak ada lagi sosok pria yang membuatku selalu ingin menendang kepalanya.
Tujuh tahun berlalu, sekarang aku sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang tidak kekurangan apapun. Meski kami terbilang miskin, aku Tetap bisa bersekolah tanpa tunggakan SPP, tetap menjadi anak yang ceria walaupun secara tidak langsung aku termasuk anak yang mengalami broken home, dan tetap menjadi sosok yang tidak kurang kasih sayang, karena ibu selalu menuangkan kasih sayangnya padaku di sela-sela kesibukannya.
Bulan lalu, entah bagaimana mulanya tiba-tiba ibu mengajukan sebuah pertanyaan padaku, pertanyaan yang membuat lisan ini mengungkapkan tentang betapa bencinya aku pada ayah
" Kana, apa kau merindukan ayahmu? " Ujarnya. Pertanyaan tersebut nyaris membuatku tersedak lauk makan malam yang tengah aku kunyah kalau itu.
" Kenapa tiba-tiba ibu menanyakan hal itu? "
" Haha, ya bagaimana ya.. "
" Aku tidak tau apa kau sudah bercerai dengan pria brengsek itu atau belum. Tapi ada satu hal yang perlu ibu tau, aku tidak akan pernah sudi lagi memanggilnya ayah, dan jika ibu ingin kembali menerimanya di rumah ini, maka aku akan langsung menendang kepalanya, kemudian minggat dari rumah ini " Ujarku yang secara reflek mengutarakan betapa bencinya diri ini kepada ayah.
" Tapi Kana dia ayahmu "
" Apa dia mencarikanku nafkah? Apa dia menjadi tempat bernaung bagi putrinya? Apa dia menulis kan kisah bahagia dalam alur hidupku ini? Aku rasa tidak. Ya, dia memang ayahku, tapi pria itu tidak menjalankan kewajibannya maka dia tidak layak menerima haknya dariku "
" Kana, sebenarnya ayahmu itu.. "
" Cukup " Aku menggebrak meja dengan sangat keras, emosiku begitu meluap karena ibu membahas pria tolol yang begitu aku benci itu " Begini saja, kau adalah kepala keluarga rumah ini, aku tidak punya hak untuk melarangmu membawa laki-laki itu kemari, silahkan ajak ayah tinggal di sini lagi, silahkan rujuk dengannya jika memang kalian bercerai. Tapi, jika kau membawanya ke sini, maka aku lah yang akan pergi. Pilih lah, aku atau dia "
Aku pun bangkit dari duduk dan segera melangkah meninggalkan dapur. Aku tidak percaya jika lisan ini benar-benar membentaknya, sial apa sekarang aku sudah menjadi anak durhaka? Semoga ibu tidak sakit hati dan mengutuk ku jadi batu. Maafkan aku bu, sungguh aku hanya tidak ingin kau kembali menderita.
Setelah itu ibu tidak pernah membahas ayah lagi, aku sempat meminta maaf padanya tapi seperti biasa justru ibu lah yang malah mengaku salah dan meminta maaf jauh kepadaku. Sejak saat itupun Aku memutuskan untuk tidak pernah lagi mengungkit segala sesuatu mengenai pria itu.
Aku merasa sangat bodoh sekarang. Karena ternyata malah diri ini lah yang pertama kali membahasnya kembali. Kakiku melangkah dengan begitu beratnya ke dapur, hatiku tengah berada di dalam kondisi yang sangat tidak karuan, sekali lagi lisan ini membentak wanita baik hati itu.
Aku menunggu ibu di meja makan, setelah sepuluh menit berlalu ibupun muncul dan langsung ikut duduk. Tangannya mulai menyendok nasi dan lauk yang aku hidangkan, kemudian menyantapnya dengan begitu lahap.
" Bu, maafkan aku karena telah membentakmu tadi " Ujarku yang langsung mengutarakan rasa bersalah yang semula begitu nyaman bersarang di dalam hati.
" Terima kasih karena kau mau minta maaf, Kana " Ujarnya sambil tersenyum.
" Bagaimanapun aku tidak bisa memaafkan ayah, karena dulu dia selalu saja menyakiti orang yang begitu aku cintai ini "
" Ya, dia memang kerap kali menyarangkan tinjunya itu kepadaku. Tapi percayalah nak, aku tidak pernah bisa membencinya "
" Kenapa? "
" Akan panjang jika aku menjelaskannya sekarang. Ibu berjanji akan menjelaskannya padamu nanti. Intinya dia adalah pria yang baik baginsudut pandang ibu "
Aku tidak perlu penjelasan apapun, bagiku ibu lah yang terlalu memandang positif sifat ayah sehingga seburuk apapun perbuatannya ibu akan tetap menganggapnya baik. Tapi aku tidak mau mengutarakan pemikiran ini kepadanya. Sekarang aku hanya harus mengangguk tanda jika diri ini mengerti akan ucapannya dan menunggu malam nanti untuk mendengarkan ocehannya tentang ayah.
" Nah, sekarang saatnya bekerja " Ujarnya setelah melahap habis hidangan yang aku buat. " Masakanmu enak sepeti biasanya "
" Terima kasih "
" Oh iya, hari ini sepertinya ibu akan mendapat bonus. Jadi aku akan memberikanmu laptop " Ujarnya.
" Ayo lah bu. Dari pada untuk membeli laptop, lebih baik uang bonus itu ibu gunakan untuk membeli beras. Lagi pula aku tidak membutuhkan benda itu " Ujarku.
" Kana, aku tau kau kesusahan tiap kali mendapat tugas untuk mencari artikel di internet. Apa kau pikir ibu tega membiarkan putri ke sayangannya kesulitan? sementara dirimu terus melayaniku dengan baik? Kita memang tidak kaya, tapi untuk memenuhi kebutuhanmu, aku akan berusaha sebaik mungkin"
" Tapi "
" Mungkin aku hanya bisa memberikanmu laptop bekas. Tapi pergunakanlah benda itu sebaik mungkin, aku berjanji akan membelikannya untukmu sepulang kerja nanti "
" Terima kasih bu "
Sejujurnya hatiku merasa sangat senang, karena pada akhirnya aku tidak perlu lagi menyewa biling di warnet ketika ingin mengerjakan tugas sekolah yang mengharuskanku mencari artikel di internet. Semoga laptop itu tidak membebani nya karena sudah begitu banyak beban yang harus wanita ini tanggung.
" Kalau begitu ibu berangkat dulu " Ujar ibu sambil mulai beranjak dari dapur.
Aku menemaninya keluar rumah, membuka gerbang saat Ibu mulai mengeluarkan motornya dari ruang tamu. Ibu menyalakan motor, memakai helm dan bersiap untuk meluncur ke tempat kerjanya.
" Sampai jumpa lagi "
" Sampai jumpa lagi " Ujarnya sambil menancap gas motor. Wanita itupun pergi meninggalkan rumah.
" Hati-hati di jalan bu "
Di sinilah semua bermula....
Menurutmu, seberapa bermakna kah ucapan " Sampai Jumpa lagi " ? Mungkin bagi sebagian orang kalimat tersebut hanyalah rangkaian kata yang nilainya tidak lebih dari sekedar formalitas. Ucapan yang secara reflek terlontar saat kita mengakhiri kebersamaan, atau sebuah ujaran rutin yang selalu mengiringi perpisahan kita dengan seseorang. Kalimat yang begitu ringan untuk di ucapkan sehingga banyak orang yang tidak menyadari betapa beratnya makna yang terkandung dalam kalimat tersebut, termasuk diriku
Langit begitu indah sore ini, lembayun merah yang biasa mengiringi terlelapnya Sang mentari sedang terlukis dengan begitu sempurna, sehingga sangat layak untuk di nikmati oleh para manusia yang mulai mengakhiri hari. Namun, apa yang aku alami di sore ini tidak lah sesempurna karya Tuhan yang berjudul kan " Rona sore hari " Itu.
Sialnya keindahan itu berbanding terbalik dengan alur takdirku. Salah satu rahasia langit yang bernama maut baru saja mengunjungi ibuku, sosok tak kasat mata itu menjemput ruh miliknya untuk kembali bersama ke langit dan menemui Sang Pencipta.
Ibuku telah tiada..
Pergi begitu jauh hingga upaya apapun yang diri ini lakukan tidak akan mampu lagi meraihnya.
Diubah oleh Rebek22 27-08-2021 18:58
sisinin dan 26 lainnya memberi reputasi
23
14.7K
147
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
Rebek22
#18
8. Cinta Bersemi Di Saat Hati Ini Merana
Quote:
Hestia
" Aka, pelan-pelan jalannya " Ujarku sambil menggengam erat lengannya.
" Apa kau takut? " Tanyanya dengan nada meledek.
" Siapa yang tidak takut jika keadaanya seperti ini "
" Haha, baiklah. Jadi kita mau kemana nona? "
Saat ini kami berdua berada di sebuah tempat yang nampak begitu gelap gulita, hanya cahaya dari senter Hpku lah yang menjadi sumber penerangan kami, sebab listrik masih padam sampai saat ini. Hal itu rasanya wajar mengingat banyak tiang listrik yang tumbang saat gempa, salah satunya bahkan nyaris menimpaku.
Suasana tergambar begitu sepi, tidak ada satu orang pun di sini, padahal tempat ini biasanya ramai karena merupakan kawasan pertokoaan kota. Ada banyak retakan besar di jalan yang membuat aspal terangkat dan berhasil membuatku beberapa kali tersandung dan nyaris terjatuh.
Bangunan-bangunan yang ada di sisi jalan semuanya hancur, bahkan beberapa di antaranya nyaris rata dengan tanah. Gempa berhasil memporak-porandakan kawasan pertokoan kota dan memaksa para penghuninya mengungsi ke lapangan sekolahku sehingga tampat ini nampak seperti sebuah kota mati yang biasa aku lihat di film horor.
Aku bersyukur karena Aka bersedia untuk menemani diri ini. Bayangkan saja jika tidak, aku pasti akan langsung kembali ke pengungsian karena mental ini keburu ciut di terpa ketakutan.
Tadi aku menjelaskan kepadanya jika diri ini ingin pergi sebentar dari tempat pengungsian, namun untuk tujuannya belum lah lisan ini beritahukan kepadanya. Tim SAR jelas akan melarang kami keluyuran, maka dari itu aku dan Aka menyelinap kabur saat ada kesempatan.
" Ke rumahku " Aku memberitahunya kemanakah tujuan perjalanan kami.
" Kau mau apa? " Tanya bigung.
" Mengambil alat lukis " Jawabku pendek.
" Ah kau mau melakukan sesuatu dengan lukisan yang di bawa oleh ayah sang srikandi itu?"
" Bagaimana cara kau bisa mehetahui niatanku? "
" Mudah saja, kau tadi menyinggung the Jorney of Necromancer. Kemudian secara tiba-tiba kau mengatakan hal bodoh mengenai alih profesi menjadi penulis demi menghidupkan sang srikandi dalam benak orang lain. Aku menasehatimu dan sepertinya dirimu mau menurut. Kemudian kau mengetahui jika ayah sang srikandi membawa lukisan yang mungkin dirimu hadiahkan kepada putrinya. Semua itu menuntunku pada satu kesimpulan" Aka menjelaskan bagaimana caranya dia bisa menebak apa yang ingin aku lakukan.
" Sial, kau hebat sekali tuan " Ujarku kagum.
Ini bukan pertama kalinya aku melihat Aka mampu menebak sesuatu dengan sangat mudah dengan Hanya bermodalkan potongan informasi samar, meski begitu diri ini tetap saja merasa terkejut. Secerdas apakah sebenarnya tuan tanpa ekspresi ini?. Aku yakin Aka akan menjadi sesosok deketif yang luar biasa jika memang dirinya memilih profesi tersebut di masa depan.
Dia memang orang yang unik dan penuh kejutan. Di kelas Aka tidak terlihat seperti orang pintar yang layak menerima program pertukaran pelajar. wajahnya selalu menunjukan ekspresi datar, terlebih lagi hampir setiap saat dirinya terlihat mengantuk.
Kurang lebih satu bulan yang lalu dia tiba di Yogyakarta dan di tempatkan di kelasku. Kesan pertamaku saat melihatnya adalah " Orang aneh " banyak teman sekalasku yang sepertinya sepemikiran dengan diri ini.
Semua orang Meremehkan Aka dan menganggap kepala sekolah telah salah memilih orang untuk menerima program pertukaran pelajar. Bagaimana tidak? Wajahnya selalu saja mengukirkan raut datar seakan hidupnya sangat lah hambar.
Namun siapa sangka, saat semua orang yang ada di kelas terdiam ketika tidak bisa menjawab soal matematika di papan tulis, dia tiba-tiba maju dan mengerjakannya dengan sangat mudah.
Guru sampai tercengang karena ternyatabsoal tersebut di peruntukan bagi mahasiswa semester akhir bukan anak SMA. Dia berhasil menggeser posisi Zahra yang semula merupakan anak terpintar di kelas. Aka juga merupakan sosok yang mampu mengajari orang lain, penjelasannya sangat mudah di pahami sehingga banyak orang yang bertanya kepadanya jika tidak memahami pelajaran.
Hal yang paling hebat dari si tuan tanpa ekspresi itu bukan hanya keenceran otaknya melainkan kemampuan analisa yang di luar nalar serta kelihayannya dalam menata sebuah skenario. Sepertinya hebat bukan lah kata yang tepat untuk menggambarkan dua kemampuannya tadi, sepertinya lebih layak di anggap mengerikan karena memang begitu lah kenyataanya.
" Tidak ada yang bisa di tutupi darinya " Kurang lebih begitu lah anggapan orang-orang terhadapnya sekarang.
Para pendukung tahta teratas kelas pernah menjahili Aka dengan cara menyembunyikan tasnya. Dengan raut tanpa ekspresi dia bisa begitu saja menemukan keberadaan tasnya. Gilanya lagi dia sanggup memberikan serangan balasan kepada para tahta teratas kelas dengan cara yang sangat tidak terduga.
Dengan santainya dia membeberkan aib mereka, membongkar rahasia Dino si pemimpin elit kelas yang ternyata menyelingkuhi kekasihnya. Mengatakan jika salah seorang tahta teratas kelas ternyata budak dari preman sekolah lain dan sebagainya. Dia membeberkan hal tersebut lengkap dengan penjelasan hingga tidak ada yang bisa menganggapnya bohongnya
Para elit kelas pun langsung menghajarnya karena geram, namun siapa sangka ternyata dia sudah menyiapkan serangkai skenario yang malah membuat semua tahta teratas kelas nyaris di drop out.
Awalnya Aka menerima pukulan mereka begitu saja, namun setelah itu dia membalasnya hingga semua terkapar. Saat guru datang dia mengaku di pukuli oleh elit kelas yang berusaha memalaknya dengan menunjukan vidio di HPnya. Ternyata dia sengaja menerima pukulan sementara HP saku kemejanya merekam semua kejadian.
Diapun mengaku jika orang-orang yang memukulinya malah saling bertengkar karena memperebutkan uang hasil jarahan. Hal itu membuat semua elit kelas di panggil ke kantor kepala sekolah, mereka harus pasrah di fitnah karena tidak memiliki bukti untuk mengelak.
Para elit kelas di buat kocar-kacir sehingga tidak ada lagi yang mau mengusik hidupnya. Aku menghormatinya sejak saat itu, karena dia memberi pelajaran kepada orang-orang yang membuat hubunganku dengan zahra retak.
Seharian ini aku terus bersamanya hingga diri ini sadar jika sebenarnya si tuan tanpa ekspresi memiliki hati yang sangat baik, pemikiran dewasa serta dapat di andalkan. Anasai kami dekat sejak awal, mungkin dia akan mampu memberiku saran sehingga diri ini tidak di perbudakan perasaan iri dan bertengkar dengan Zahra.
" Aka, mengapa kau begitu baik kepadaku? Bahkan kau mau menemaniku melakukan hal gila seperti ini " Tanyaku.
" Bukan kah itu wajar bagi sepasang kekasih? " Jawaban Aka jelas membuat wajah ini memerah. Sampai kapan sebenarnya dia ingin bermain kekasih-kesaihan dengan ku? Sial, baku jadi berharap lebih pada kata-katanya.
" Hoi kita hanya sedang berduaan, tidak ada Athena di sini jadi kau tidak perlu repot berpura-pura. Lagi pula mengapa tadi kau malah membuat hubungan di antara kita menjadi sepasang kekasih? Athena jadi salah paham tau "
" Bagaimana kalau kita mengubah ke pura-puraan ini menjadi kenyataan? "
" Maksudmu? " Tanyaku bigung.
" Bodoh " Aka malah mencemooh diri ini.
" Mengapa kau malah mengejekku? " Ujarku kesal.
" Haha maaf "
" Jadi apa maksud perkataanmu tadi? " Tanyaku lagi.
" Bagaimana kalau kita jadi sepasang kekasih sungguhan saja? " Ujar Aka dengan begitu santainya.
. " Hah? " Aku jelas terkejut ketika Aka mengucapkan hal tersebut. Menjadi sepasang kekasih sugguhan? Apa ini merupakan pernyataan cinta? Atau dia hanya sedang menggoda diri ini?
" Kau tau, aku menyukaimu " Sekali lagi si tuan tanpa ekspresi itu mengatakan hal yang membuatku benar-benar berharap. Sial, apakah dia serius ketika mengatakan hal tadi?
" Aka, jika kau bercanda maka aku akan menghajar wajah tanpa ekspresimu itu " Aku memberikan ultimatum kepada nya. Jangan membuatku berharap jika akhirnya semua ini hanyalah candaan.
" Aku tidak sedang bercanda nona "
" Me.. Mengapa kau menyukaiku? " Tanyaku yang mulai memutuskan untuk menganggap serius perkataanya.
" Entah lah "
" Bodoh, kau benar-benar ingin mempermainkan perasaanku ya? "
" Haha, sayangnya di sini gelap. Padahal aku sangat ingin memandangi wajah malu-malumu itu "
" Siapa yang malu-malu " Ujarku berbohong.
" Nona, bagiku kau adalah perempuan yang unik. Mataku tidak pernah luput darimu, kau Selalu datang ke kelas dengan penampilan seadanya dan wajah penuh cat. Di mata orang lain mungkin kau aneh, tapi bagiku kau sungguh luar biasa. Aku tau kau setiap hari berlatih melukis, dan cat yang menempel di wajahmu itu merupakan saksi bisa atas semua usahamu, maka dari itu kau layak di anggap luar biasa karena mampu untuk tetap konsisten berjuang demi meraih impian tanpa memperdulikan cemoohan dari orang sekitar "
Aku tidak pernah menyangka jika selama ini ada seorang laki-laki yang selalu memperhatikanku. Aka adalah orang yang mampu menghargai perjuanganku dalam mengejar impian, bahkan dia mengaku kagum dengan hal itu. Kata-katanya jelas membuat diri ini sangat senang, karena ternyata ada yang mau menilai tinggi setiap usaha yang aku kerahkan dalam mengejar sebuah impian.
" Haha kau membuatku menjadi bangga " Ujarku dengan ala kadarnya karena pada dasarnya diri ini memang merasa bingung harus merespond ucapannya dengan cara apa.
" Maka dari itu aku menyukaimu "
" A.. Aku " Aku semakin gelagapan ketika Aka kembali mengatakan hal tersebut.
" Hestia, mau kah kau menjadi kekasihku? "
Aku tidak percaya jika dia benar-benar menyatakan perasaanya. Semuanya sangat mendadak sehingga aku merasa sangat bigung, bagaimana diri ini harus menanggapi pernyataanya itu?
Sejujurnya aku mulai tertarik dengan Aka sejak dirinya berhasil membuat elit kelas kocar-kacir. Namun karena tidak terbiasa berkomunikasi dengan lawan jenis, aku tidak pernah berani mengajaknya ngobrol, tadi merupakan pertama kalinya diri ini bisa berbicara panjang lebar dengannya.
Setelah mengetahui sisi lain dari si tuan tanpa ekspresi, diri ini pun merasa semakin tertarik dengannya. Bahkan mungkin, benih perasaan suka terhadap dirinya sudah mulai tumbuh di dalam hatiku. Siapa yang menyangka jika malamnya Aka akan makan menyatakan perasaan kepadaku?
" Aka, jika kau ingin menyatakan perasaan setidaknya pilih lah tempat yang tepat " Ujarku.
" Maksudmu? " Tanya Aka bigung.
" Apa menurutmu menyatakan perasaan di tempat gelap seperti ini pantas? Setidaknya pilih lah tempat yang romatis, bodoh "
" Ma... Maaf, bagaimanapun aku tidak bisa menahan lagi hasrat untuk menyatakan cinta kepadamu " Ujar Aka.
" Aku senang kau menyukaiku, sebab siapa yang menyangka jika ahli analisa kelas ternyata selalu memperhatikan gadis kucel sepertiku "
" Jadi jawabanmu? "
" Ya. Aku mau menjadi kekasihmu " Ujarku sambil mencium pipinya.
Aku tidak tau akan seunik apa hubungan kami nanti, yang jelas diri ini setuju untuk menjadi kekasihnya. Benih cinta yang semula hanya berupa tunas seketika tumbuh dengan sangat cepat hingga menjadi pohon yang kokoh. Aku sadar jika hati ini sebenarnya tidak hanya sekedar tertarik kepada Aka, diri ini mencintainya bahkan mungkin sangat mencintainya.
Dia orang yang mampu menghargai usahaku, dia juga merupakan sosok yang mau menerima diri ini apa adanya. Selain itu banyak hal yang telah dia lakukan untukku hari ini, sehingga hati ini seketika jatuh ke dalam kubangan cintanya. Aku sangat senang ketika dia berpura-pura menjadi kekasihku, dan sekarang diri ini merasa lebih senang lagi karena Aka resmi menjadi kekasihku.
" Aku mencintaimu Hestia " Ujarnya sambil memeluk tubuhku
" Aku juga mencintaimu Akasia " Akupun membalas pelukannya.
Aku baru saja kehilangan seorang sahabat, namun siapa yang menyangka jika setelahnya diri ini justru mendapatkan seorang kekasih. Jika Zahra masih hidup, mungkin dia adalah sosok yang paling ramai mengomentari hubungan kami.
Ah sobat, andai kau ada di sini. Aku sangat ingin pamer kepadamu, lihat lah ada seorang laki-laki yang ternyata menyukaiku. Kau memang cantik, tapi justru aku lah yang bisa mendapatkan kekasih lebih dulu. Jika kau melihatku dari langit, tolong katakan pada Tuhan untuk tetap membuat sahabatmu ini merasa bahagia dengan laki-laki yang di cintai nya ini.
" Hoi " Tiba-tiba seseorang dari arah depan meneriaki kami sambil menyorotkan senter.
" Ah sial, cinta masa SMA memang lah selalu membara. Aku tau kalian saling mencintai, tapi sedikatnya pilih lah tempat yang tepat ketika ingin bermesra-mesraan " Ujar orang tersebut.
Aku dan Aka langsung saling melepaskan pelukan dan mulai salah tingkah. Sial, orang ini benar-benar mengganggu momen ke romantisan kami. Orang itu pun mulai melangkah mendekati kami, ketika sudah semakin dekat aku pun akhirnya tau jika orang tersebut adalah salah seorang tim SAR.
Dia adalah pria paruh bagaimana yang memiliki tubuh cukup kekar, selain itu aura yang di pancarkan olehnya sangat luar biasa. Hanya dengan melihatnya saja aku sudah bisa merasakan wibawanya yang sangat tinggi.
" Sedang apa kalian? " Tanyanya.
" Berpelukan " Ujar Aka ala kadarnya.
" Ka.. Kami sedang menuju suatu tempat " Ujarku sambil memukul pelan lengan Aka.
" Dari yang aku lihat kalian sedang bermesrah-mesrahan. Bukan sedang menuju suatu tempat " Ujar pria itu.
" A.. Aku tadi ketakutan, maka dari itu dia berusaha menenangkanku " Aku mulai membuat alasan. Semoga saja dia percaya walaupun pada dasarnya alasan tadi tidak lah logis.
" Baik lah aku akan berpura-pura percaya. Jadi kemanakah kalian hendak pergi malam-malam begini? "Tanya pria itu lagi.
" Aku ingin mengambil sesuatu di rumah "
" Mengambil apa? "
" Alat lukis"
Pria itu nampak mengkerurkan keningnya, tanda jika dirinya meganggap jawabanku tidak masuk di akal. Ah sial, dia pasti akan segera meminta kami untuk kembali ke kamp pengungsian. Jika sudah seperti itu, aku tidak akan bisa mempersembahkan sesuatu kepada Zahra.
" Rai, ada? " Ujar seseorang dari arah bekakang.
Tak lama berselang Tim SAR lain pun muncul, bersama seorang wanita cantik berambut panjang sepunggung yang mengenakan jas doktor. Aku yakin mereka adalah tim yang di tugaskan untuk mencari jasad para korban yang tertimbun reruntuhan di kawasan pertokoan ini.
" Aku mendapati kedua anak ini sedang melakukan hal mesum " Ujar pria bernama Rai itu.
" Hoi, kami tidak melakukan hal mesum " Ujarku dan Aka secara bersamaan.
" Haha bercanda " Pak Rai tertawa ketika melihat ekspresi kesal kami.
" Jangan menuduh orang sembanrangan dasar bodoh " Ujar wanita berjas dokter sambil menarik pipi pak Rai.
" Ampun nona... " Pak Rai terlihat pasrah ketika dokter itu menarik pipinya.
" Ehem. Kenapa kalian malah pamer ke mesrahan " Ujar tim SAR yang baru tiba itu.
Sekarang malah pak Rai dan bu dokter lah yang nampak malu dan salah tingkah, sepertinya mereka merupakan sepasang kekasih. Aku ingin tertawa melihat gelagat salah tingkah mereka, namun diri ini menahannya karena hal tersebut kurang sopan untuk di lakukan.
" Rangga " Ujar Pak Rai dan bu Dokter secara bersamaan.
" Biasanya kalian berdua terlihat seperti kucing dan anjing, selalu saja bertengkah setiap kali ketemu. Siapa yang menyangka jika kalian berdua malah menjadi sepasang suami istri "
" Hoi itu bukan sesuatu yang layak untuk di bicarakan sekarang " Bu dokter mengomentari ucapan pak Rangga dengan ketus.
" Yaya, terserah kau saja Fara " Ujar pak Rangga.
" Jadi mengapa kau ingin mengambil alat lukismu? " Tanya pak Rai.
" Eh.. Pokoknya ada sesuatu yang ingin aku lakukan " Ujarku menjawab dengan ala kadarnya.
" Ucapanmu mencurigakan " Ujar pak Rangga.
" Pacarku ingin mempersembahkan sesuatu kepada sahabatnya yang telah tiada " Aka membantuku menjawab pertanyaan pak Rai.
" Mempersembahkan sesuatu? " Dokter Fara terlihat bigung.
" Ah aku susah menjelaskannya " Di todong oleh banyak pertanyaan jelas membuatku sangat kebigungan.
" Tolong izinkan kami melakukan hal tersebut " Aka maju untuk membela diriku.
" Hoho bagaimana jika kami memutuskan untuk tidak mengizinkannya? " Tanya pak Rai.
" Aku akan meminta gadis ini lari, dan menghadang kalian dengan segala cara agar tidak ada yang bisa menghalanginya " Ujar Aka dengan tatapan serius.
" Haha menarik. Baik lah kami akan menemani kalian mengambil alat lukis itu " Ucapan pak Rai jelas membuat kami berdua terkejut.
" Kau serius ? " Ujarku tidak percaya.
" Yup, ayo "
Diubah oleh Rebek22 17-06-2022 12:53
oceu memberi reputasi
1