hansipAvatar border
TS
hansip
Milanisti Kaskus | A. C. Milano 20/21 | Sempre Insieme, Forza Milan! - Part 2
mohri17Avatar border
mil4nistaAvatar border
kudacuk1Avatar border
kudacuk1 dan 42 lainnya memberi reputasi
37
551.7K
18.2K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Milanisti Kaskus
Milanisti Kaskus
253Thread2KAnggota
Tampilkan semua post
onecloudAvatar border
onecloud
#3363
PERANCISISASI

Oleh: Magico Milan (https://www.instagram.com/magicomilanindonesia/)

Walter Sabatini, sekarang di Bologna, memuji habis-habisan Frederic Massara. Mereka dulu pernah berduet di Palermo, AS Roma, Inter dan Jiangsu Suning. Jadi Sabatini, 66 tahun, juga pernah menjadi mentor Massara, tahu betul kualitas juniornya yang lebih muda 14 tahun.

“Frederic Massara adalah (Mohammed) Salah-nya para manajer. Saya bahagia untuknya dan saya berharap ia sukses dimanapun berkarier," ujar Sabatini. Dia juga menambahi bumbu puja-puji terhadap Massara dengan mengaku heran ketika AS Roma justru menendang pergi si permata.

Itu cerita masa lalu. Massara dikenal sebagai pendukung Ramon Rodriguez Verdejo (Monchi) sang transfer guru ketika berada di Roma. Massara membela Monchi yang sudah membeli Zaniolo untuk Roma dari Inter. Zaniolo pertama kali ditemukan Massara. Gara-gara dukungan terhadap Monchi itu bikin Massara dipecat.

Massara pun meniti waktu. Sejak dua tahun lalu dia berkarier di Milan sebagai direktur olahraga. Berduet dengan legenda Paolo Maldini.

Kilat mutiara tak hilang dalam lumpur, tak pudar dalam pakaian. Begitu pula yang terjadi pada Massara. Bersama Maldini dia memulai fondasi Milan untuk masa depan. Semua bermula pada Januari 2020, dengan kehadiran Simon Kjaer, Zlatan Ibrahimovic, dan Saelemaekers, serta kepergian Suso dan Piatek.

Operasi transfer Ricky, panggilan Massara, dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Masih ingat bagaimana publik angkat topi ketika Milan mencatat sejarah lawan Sparta Praha di Liga Eropa musim lalu. Yaitu ketika tiga pemain kelahiran 1999 mencetak gol (Dalot, Brahim, Leao). Laga itu sekaligus menjadi perlambang filosofi Milan: mendatangkan pemain muda dengan prospek cerah.

Setelah dua tahun, petualangan Ricky terus bergulir. Dia memang berotak cerdas. Ketika ujian lisensi direktur olahraga, dia mendapat nilai 110 dari maksimal angka tertinggi 110.

Bulan ini pula dia (bersama Maldini tentunya), sudah membuka operasi 60 juta euro yang membuat Milan menjadi sorotan di Eropa.

Kehilangan Gianluigi Donnarumma tak terlalu dipikirkan. Mereka sudah resmi menggaet Maignan, diikuti Tomori, Tonali, Giroud, Ballo-Toure dan Brahim Diaz.

60 juta euro adalah angka tertinggi yang sudah dikeluarkan sebuah tim di Italia.

Operasi 60 juta euro itu koinsiden dengan kondisi pesaing yang terkesan tiarap. Inter baru menang scudetto dan diminta tidak boros oleh bos China-nya. Juventus harus memikirkan problem Cristiano Ronaldo yang menyerap 31 juta euro dari kas untuk gaji satu pemain saja. Napoli juga tidak banyak belanja karena dua tahun beruntun gagal ke Liga Champions.

Pada kesempatan ini Milan tampak mencuat. Dan itupun, masih ada kebutuhan belanja lain untuk empat posisi.

Pertama, pengganti Calhanoglu antara Nikola Vlasic atau Hakim Ziyech. Kedua striker ketiga yaitu Kaio Jorge. Ketiga, Diogo Dalot untuk backup bek kanan. Keempat, posisi pemain sayap kanan atau melanjutkan keinginan merekrut Bakayoko.

Lalu apa yang menarik dari operasi Ricky dan Paolo? Yaitu aroma Prancis yang meruap.

Kini cukup banyak pemain Milan bisa berkomunikasi dalam Prancis. Ada Maignan, Ballo-Toure, Kalulu, Theo Hernandez (meskipun lebih sering bicara Spanyol tetapi dia orang Prancis), Bennacer, Kessie, dan Giroud. Beberapa pemain lain juga pernah bermain di Prancis seperti Tatarusanu, Kjaer, Zlatan, Leao. Alexis Saelemaekers juga walloon yang paham Prancis.

Jumlah ini hampir sama dengan Italiano di Milan saat ini, yaitu 10 orang (Plizzari, Calabria, Caldara, Conti, Gabbia, Romagnoli, Pobega, Tonali, Colombo, Daniel Maldini).

Berbagai interpretasi bisa dibuat dari para legiun Prancis ini. Ada pandangan mereka bisa membicarakan strategi dengan bahasa yang tidak dimengerti lawan.

Ada pula pendapat bahwa Ligue menjadi rujukan karena banyak pemain murah. Pendapat lain menyebut, Prancis adalah kolam bakat yang benihnya bisa dikembangkan dengan mudah ke banyak gaya permainan. Sebab, sepakbola Prancis sangat adaptif dari sisi identitas permainan.

Segala pendapat itu tidak ada yang salah. Tapi, kami berkeyakinan bahwa tidak ada legiun Prancis, legiun Italia, Legiun Skandinavia, Legiun Balkan, atau Legiun Espanola yang bakal membuat Milan terkotak-kotakkan.

Kami lebih percaya mereka datang karena kualitas sekaligus punya potensi mengangkat Milan musim depan. Tidak cuma di liga domestik, tapi juga di rumah kita: Liga Champions.
motorheadbanger
Opo Lao
Dhiky777
Dhiky777 dan 34 lainnya memberi reputasi
35
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.