JALAN UNTUK BAHAGIA

Langit di luar masih mendung, hawa dingin juga masih bersarang di tubuh tanpa ampun.

Wabah yang terus menerus memakan korban.
Himpitan ekonomi yanh terus menerus diceritakan.
Penyelesaian yang tidak kunjung didapatkan nyaris menjadi permasalah yang tidak henti-hentinya diketengahkan.
Indonesia sedang berduka, begitu judul webminar yang sering digelar.

Beberapa kawan nyaris sering sekali menuliskan duka citanya melalui bincang singkat di whatsapp.

Tetapi pagi tadi ada yang begitu menarik hati. Ketika seorang sahabat mengeluhkan tentang suaminya di media sosial.
Penulis pun tersenyum namun sedih menggantung.
Bila semua permasalahan rumah tangga lantas dibiarkan begitu saja menggeliat di media sosial lengkap dengan caci makinya, lalu bagaimana cinta akan tumbuh.

Sahabat perempuanku,
jangan pernah lupa bahwa usai wanita menikah ia punya kewajiban taat dan patuh pada suaminya selama sang suami tidak mengajak pada kekufuran pada Allah dan hal-hal yang mendekatinya.
Sampai disitu ayo kita merenung.
Suami adalah surga bagi setiap istri.
Menjadi baik adalah kewajiban yang akan kita pertanggung jawabkan pada Tuhan.

Bagaimana bila suami pelit ?
Bagaimana bila suami pemalas ?
Bagaimana bila suami tidak bekerja ? dan masih banyak keluhan yang lainnya.

Sahabat perempuanku, sejatinya setiap kita ingin punya rumah tangga yang baik-baik saja juga bahagia dengan suami yang sempurna.
Namun bila kenyataan tak sesuai hayalan pantaskah kita berduka, menyalahkan suami, mencaci maki bahkan mengumbar beritanya di media sosial?

JANGAN sahabat perempuanku.
Tetap cintai suami kita, sayangi dia, doakan di dalam rintihan panjang tengah malam.
Jangan pernah lupa lelaki kita adalah bayi-bayi berkumis yang sejatinya punya kekuatan namun tetap ingin diingatkan dengan kasih sayang.

Percayalah, perjuangan pasti membuahkan hasil gemilang.

Tetap menjadi istri yang baik sahabat perempuanku, urusan sang suami tak kunjung membaik itu urusannya dengan Tuhan.
Urusan ia menyia-nyiakan kita, percayalah suatu hari ia akan menyesal telah membiarkan waktu berlalu tanpa menikmati kasih sayang kita.
Yang penting kita terus berbuat baik.
Batu cadas saja bisa berlobang bila sabar memberi tetesan air apalagi suami kita ?

Tetap semangat karena jalan bahagia adalah mencintai suami dengan sebenar-benarnya cinta meski mungkin prilakunya tak bisa menghadirkan cinta.



"Dan jadikan sabar dan sholat sebagai penolong mu."

Yang di atas itu titah Tuhan ya.... aku hanya menyadur kemudian menambahkan kata...

Salam Sayang
Dian Rachmawati SE/MM / Rarashasha

*persembahan untuk sahabat, adik juga teman berbincang yang sedang resah. "Sabar ya"