Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Viral Satu Keluarga Isoman Kehabisan Obat dan Makanan, Tetangga Malah Mengintimidasi

Viral Satu Keluarga Isoman Kehabisan Obat dan Makanan, Tetangga Malah Mengintimidasi

Viral Satu Keluarga Isoman Kehabisan Obat dan Makanan, Tetangga Malah Mengintimidasi

Suara.com - Sebuah video yang memperlihatkan perlakuan kasar sejumlah warga pada tetangganya yang sedang menjalani isoman (isolasi mandiri) viral di media sosial.

Dalam video yang diunggah oleh akun Instagram @ndorobei.rescue, Sabtu (10/7/2021) diketahui ada keluarga di Cilincing, Jakarta Utara yang sedang menjalani isoman.

Dalam rumah itu terdapat empat anggota keluarga, ibu dan tiga anaknya. Tiga dari mereka dinyatakan positif Covid-19, sedangkan satu sisanya negatif.

Karena kehabisan obat dan bahan makanan, anggota keluarga yang negatif covid-19 ingin keluar rumah dan pergi ke apotek. Namun sayang, beberapa warga justru marah-marah dan mengintimidasi.

"Eh lu keluar-keluar ngapain, gue foto," ujar salah satu warga sambil merekam dengan ponselnya.

"Orang nggak ada obat, nggak ada obat di sini mau keluar itu ke puskesmas," ujar salah satu anggota keluarga.

Tak lama kemudian muncul beberapa tetangga lainnya, termasuk seorang wanita yang juga ikut berteriak-teriak.

Mereka terlibat adu mulut dengan keluarga yang sedang isoman tersebut. Salah satu tetangga bahkan menggebrak gerbang rumah keluarga tersebut.

Akun Facebook Adjie Sudarmaji menyampaikan keterangan terkait video itu. Ia menyebut kejadian itu dialami oleh keluarga dari salah satu temannya yang kini sedang berada di Purwakarta.

"Kronologis: Keluarga teman yang tadi kirim WA bilang kalau keluarganya diintimidasi karena akan ke puskesmas dan membeli makan," tulisnya.

"Di dalam rumah ada 4 orang (ibu dan 3 anak remaja) 3 positif dan 1 negatif, yang negatif ini mau mencari obat ke puskesmas dan makanan tapi perlakuan warga setempat bukan membantu malah mengintimidasi," lanjutnya.

Pemilik akun Facebook menyebut, karena adanya PPKM dan pembatasan, temannya yang merupakan anggota keluarga yang diintimidasi itu belum bisa pulang ke Jakarta.

"Teman saya yang keluarganya terpapar itu sedang berada di Purwakarta karena ada pembatasan sampai sekarang masih tertahan di Purwakarta," tulisnya lagi.

Melihat video tersebut, warganet lantas menuliskan beragam komentar. Mereka mengaku kesal dengan sikap para warga yang tak membantu tetangganya yang sedang isoman.

Ada juga warganet yang memilih bersabar dan tidak terprovokasi, sebelum mengetahui duduk perkara sesungguhnya.

"Tetangga kok gitu. Pak RT-nya mana nih, warganya kehabisan obat, kok nggak dibantuin," tulis salah satu warganet.

"Kita cuma lihat dari sebagian sisi saja, nggak tahu kronologi jelasnya, jadi nggak tahu mana yang salah mana yang bener," tulis warganet lain.

"Ngeri bertetangga sekarang, orang sakit digibahin dijauhin. Walau nggak semua tetangga gitu, miris," komentar warganet lain.

"Astagfirullah ada tetangga kesusahan tolongin we," sahut salah seorang warganet.
sumber

******
Melihat kasus yang ada, ada baiknya sekarang kita melihat fakta dilapangan yang sering kali terjadi.
Begini, dalam beberapa kasus, ada orang-orang atau keluarga yang mendiagnosa dirinya sendiri terpapar Covid-19 dilihat dari gejala yang mereka alami. Gejala itu adalah demam tinggi hingga 38 derajat lebih, hilang penciuman dan perasa, pusing berlebihan berhari-hari, diare, sesak nafas, batuk berdahak, hidung mampet, lemas sekujur badan.

Dan ketika mereka mengetahui gejala tersebut, mereka tak melapor kepada Satgas Puskesmas setempat untuk diswab PCR. Padahal swab PCR di Puskesmas gratis! Dan hasil bisa diketahui 2 hari kemudian, berhubung banyaknya jumlah masyarakat yang juga swab PCR. Mereka ada yang swab PCR sendiri di klinik dan berbayar, ada yang justru tidak swab sama sekali. Mereka langsung melakukan Isoma. Hal inilah yang justru berbahaya dan merepotkan para nakes, sebab mereka jadi tak bisa memberi pertolongan yang maksimal andai penderita Covid-19 ini terkena badai sitosin yang membuat mereka sulit bernafas. Ditambah lagi, banyak penderita Covid-19 yang malas mencari tahu bagaimana cara melakukan pertolongan darurat andai terserang badai sitosin ini.

Disamping itu, hal-hal yang dilakukan oleh para penderita Covid-19 seperti ini, makin menyulitkan para nakes Satgas Covid-19 untuk melakukan tracing, pemetaan, memutakhirkan data, persiapan obat, dan lain-lain.

Sehubungan dengan berita diatas, jika para tetangga mengetahui sebuah keluarga ini terkena Covid-19 dan sedang melakukan isolasi mandiri, artinya keluarga ini tidak melakukan isoma diam-diam. Ini yang aneh. Sungguh tidak beradab jika mereka justru mengintimidasi keluarga yang sedang melakukan isoma ini. Padahal kasus ini terjadi di Jakarta. Ini harus jadi catatan penting bagi Pemprov DKI Jakarta.

TS sendiri yang beberapa waktu lalu terserang Covid-19 varian Delta sekeluarga, setelah hampir seminggu anggota keluarga mendapat gejala yang jelas, segera meminta nomor Satgas Covid Puskesmas Kecamatan dana melapor untuk meminta jadwal swab PCR. Begitu dapat jadwal, TS sekeluarga datang melakukan tes PCR.

Pulang dari tes PCR, TS segera membeli persiapan Vitamin, penambah imun, sembako, dan lain-lain, untuk berjaga-jaga andai nanti hasil tes ternyata positif. Semenjak itu, seluruh anggota keluarga tak ada yang keluar rumah kecuali TS untuk hal-hal yang penting.

Setelah 2 hari kemudian dapat hasil dan ternyata seluruh anggota keluarga positif, maka TS meminta nomor dokter Puskesmas. Dan dari dokter Puskesmas Kecamatan, TS diberikan nomor dokter Puskesmas Kelurahan. Dari sanalah komunikasi berjalan baik.

Sementara itu, pihak Kelurahan setempat diwakili langsung oleh Lurah, datang memgunjungi kami dan memberi support doa, sembako, serta menempel stiker isolasi mandiri. Pihak RT pun memberi sembako yang lebih dari cukup. Alhasil untuk kebutuhan selama isolasi mandiri jelas aman.

Untuk obat-obatan, TS melapor ke dokter Puskesmas dengan memberitahu gejala yang dialami oleh anggota keluarga. Besoknya, dengan ijin dokter Puskesmas, TS segera mengambil obat di Puskesmas. Lengkap. Bahkan Obat antibiotik yang TS tahu berharga mahal ikut disertakan disana. Vitamin C pun diberi yang dosis tinggi 500mg.

Dan 10 hari setelah isoma, TS diijinkan dokter Puskesmas untuk keluar rumah mengambil surat bebas isoma di Puskesmas Kelurahan.

Mengapa 10 hari?
Karena menurut para ahli kedokteran, 10 hari terhitung swab PCR, virus telah lumpuh 85%, tak akan menulari lagi. Bagi yang masih bergejala ringan sampai sedang, ditambah lagi 3hari. Begitu juga untuk yang bergejala berat. 14 hari, virus lumpuh 95%. Dan 20 hari, tubuh mendapat imun selama lebih kurang 3 bulan. Setelah itu, kita wajib vaksin.

Sangat disesali jika ada tetangga tak beradab yang justru mengintimidasi para penderita Covid-19 yang sedang isolasi mandiri. Mereka tak sadar jika perbuatan mereka justru bisa membunuh para penderita Covid-19. Seharusnya mereka membantu ketersediaan obat, pemenuhan kebutuhan selama isolasi mandiri. Bukankah para penderita Covid-19 yang sedang isolasi mandiri justru sedang menjaga seluruh tetangganya agar terhindar dari penyebaran virus ini? Bukannya dibantu, malah diintimidasi. Kalau mereka yang diintimidasi keluar rumah dan langsung teriak didepan muka mereka bagaimana?

Hadeeeeh....


Diubah oleh i.am.legend. 10-07-2021 15:06
extreme78
variolikes
suryar
suryar dan 17 lainnya memberi reputasi
18
2.4K
49
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.5KAnggota
Tampilkan semua post
37sanchiAvatar border
37sanchi
#22
Viral Satu Keluarga Isoman Kehabisan Obat dan Makanan, Tetangga Malah Mengintimidasi
takseindahnama
extreme78
extreme78 dan takseindahnama memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.