c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Homeless Para Bule Kayak Orang Camping, Sedangkan Di Indonesia?




Benua eropa, Australia, dan Amerika rata-rata dihuni oleh orang yang berasal dari gen yang sama. Biasanya disini mereka sering disebut dengan nama bule.

Kenapa sih disebut bule? Pasti ada yang penasarankan dengan sejarahnya, yuk kita kulik dikit masalah ini. Jadi begini gan, bule itu plesetan kata dari "bulai" yang artinya putih. Dan kata-kata ini semakin dipopulerkan oleh Benedict Anderson, seorang sejarawan dan cendekiawan dia abdikan hidupnya untuk mempelajari politik dan budaya Indonesia. Dari namanya saja kita bisa menebak dia juga masuk dalam bagian bule.



Kata bule ini serupa dengan penggunaan kata ang mo di Singapura, kata gwailou di Hong Kong, dan kata mat salleh di Malaysia, artinya orang putih. Oke, bagaimana sudah pahamkan sekarang? Jadi kalau ada temanmu warna kulit hitam dipanggil bule ya agak aneh!! Tapi kalau hanya panggilan akrab sih bisa saja, karena dulunya punya panu hampir setengah badan lantas di panggil bule, iya toh hehehe...

Kembali lagi ke topik soal homeless, bahasa dikita ini tuna wisma atau gelandangan. Kalau kita berkiblat ke negara-negara bule pastinya melihat kemajuan mereka, super powernya mereka, hingga menganggap para bule ini orang terpelajar dan juga kaya tentunya kita berfikir di negara tempat tinggal mereka tak mungkin ada gelandangan atau homeless.





Ternyata pandangan kita salah besar, kita ambil contoh untuk eropa di negara Jerman yang secara tak langsung sebuah negara besar dengan teknologi canggihnya ternyata homeless masih saja ada mereka rata-rata dari eropa timur yang disebut dengan nama Zigeuner, walau orang Jerman sendiri juga ada yang menjadi homeless. Karena eks Jerman Timur lebih banyak pengangguran dibandingkan Jerman Barat.

Padahal di Jerman pengangguran dan orang miskin dihidupi oleh negara, kenapa mereka malah hidup menggelandang? Bahkan keseharian mereka biasanya mengemis dan mengumpulkan botol bekas untuk dijual. Kalau sedang santai mereka kumpul-kumpul hingga mabuk, bahkan bermesraan, dan cerita nggak jelas sepanjang hari. Terkadang wilayah mereka di jaga polisi, karena suka berbuat onar kalau sudah mabuk berat.





Serupa dengan Amerika, gelandangan semakin banyak jumlahnya tiap tahun. Biasanya mereka adalah kaum pendatang, bahkan banyak juga yang menggelandang adalah orang terpelajar yaitu mahasiswa yang terlilit masalah uang karena narkoba, atau tak sanggup untuk sewa tempat tinggal yang harganya cukup tinggi.

Yang menarik, para gelandangan ini hidup di tenda-tenda seperti sedang camping. Bahkan kesan kumuh tercipta dari mereka yang senangnya hidup menggelandang.





Menjadi pertanyaan besar dengan contoh 2 negara besar diatas, dimana pengangguran dan orang miskin di hidupi oleh negara kenapa masih saja warganya hidup menjadi homeless?

Besarnya pendapatan di negara-negara maju tersebut ternyata tak sebanding dengan besarnya pengeluaran. Gaji mereka pun terkena potongan dari pajak pendapatan, asuransi kesehatan, uang pensiun, bantuan orang miskin dan pengangguran. Lalu, sewa rumah, listrik, air, gas, makan, transport dan lain-lain. Bila kamu menikah dan bercerai disini kamu wajib kasih nafkah ke mantan istrinya dan juga anak perbulan, maka tak heran banyak yang kumpul kebo. Biaya hidup tinggi inilah yang membuat orang-orang bule dengan penghasilan ngepas hidup menjadi homeless, karena lebih bebas dari aturan yang mengikat.





Jelas berbeda dengan di Indonesia dimana homeless disini berjuang sendiri walau negara memberikan rumah sosial bagi mereka, tetap mereka kabur dari sana padahal terkadang mereka tidur di emperan toko, atau membuat bedeng di kolong jembatan, padahal dinas sosial memberikan keterampilan agar mereka dapat mencari uang tanpa harus mengemis tapi terkadang mereka nakal hingga saat ini aturan kota-kota besar bagi gelandangan dan pengemis cukup ketat.

Maka DKI Jakarta terlihat sudah tak ada homeless berkeliaran, gubuk atau tempat tinggal mereka pun kerap menjadi target penggusuran. Tak hanya itu lapak pedagang di trotoar pun terkena penertiban, maka dahulu kota-kota besar di Indonesia tempat tinggal para homeless kini hampir jauh berkurang.





Kolong jembatan yang akrab dengan homeless kini hampir di isi dengan taman-taman hijau, jadi masihkah kita melihat negeri ini tidak mengalami kemajuan? Masihkah melihat negara maju itu lebih indah dibanding kota sendiri?

Silahkan kalau ada kaskuser punya pengalaman melihat homeless bule di negaranya sendiri, kecuali Finlandia yang zero homeless karena disana para gelandangan dibantu untuk mendapatkan rumah yang layak, namun hampir di semua negara eropa itu ada.





emoticon-Monggo


Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, semoga bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.

emoticon-I Love Indonesia



"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik, klik, klik, klik
Pic : google

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star





Tambahan Kaskuser

Quote:





Diubah oleh c4punk1950... 06-07-2021 14:59
emineminna
keenan09
anton2019827
anton2019827 dan 35 lainnya memberi reputasi
36
16K
126
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Tampilkan semua post
reifAvatar border
reif
#2
mungkin disono homeless bajunya rapi karena air bersih buat cuci mudah didapat, ongkos laundry juga murah.
kalo disini kadang baju 1 bulan kagak dicuci

emoticon-Ngakak
c4punk1950...
kaiharis
kaiharis dan c4punk1950... memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.