Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 11:27
drewzzzzzzz
ima.the.cat
Yoayoayo
Yoayoayo dan 199 lainnya memberi reputasi
188
2M
5.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#4353
Her Human Part 4
*Fuuuu*

*Haaaa*

*Fuuuu*

*Haaaa*

18 jam sudah berlalu semenjak gw merebahkan badan gw di kasur ini. Gw harus tetap mengendalikan nafas dan fokus gw untuk meningkatkan recovery tubuh gw saat ini. Namun karena gw sudah melakukan kegiatan seperti ini sejak kecil, tubuh gw sudah terlatih untuk melakukan hal seperti ini, bahkan ketika gw tidak sadar sekali pun. Gw bisa merasakan tulang kaki dan tangan gw yang retak membaik tiap jamnya, begitu juga dengan lubang peluru di badan gw ini. Mungkin dalam kurun waktu 2 jam lagi, tubuh gw sudah akan masuk ke kondisi untuk digerakkan secara bebas.

Dalam waktu 18 jam ini, gw melihat banyak wanita berlalu lalang masuk ke kamar yang gw tempati, mereka dengan hati hati membasuh, dan mengelap badan gw yang terus mengeluarkan keringat dan terkadang juga darah. Mungkin ini suruhan germo itu yang mana juga suruhan Recht untuk menyuruh wanita wanita ini untuk melayani gw. Otak gw sampai berpikir, apakah ini rasanya jika memiliki istri lebih dari dua? Mungkin kalo orang luar masuk ke kamar gw, mereka akan salah sangka dan menganggap gw lagi melakukan orgy.

Kesadaran gw pun mulai pudar lagi. Dan entah berapa lama gw tertidur, pemandangan yang gw dapat ketika gw sudah sadar kembali kini sangatlah berbeda. Hilang sudah para wanita seksi yang mengurusi badan gw, sekarang hanya tersisa satu wanita dan disampingnya terlihat Recht berdiri sambil ngobrol dengan germo tempat ini. Recht pun sadar kalau gw sudah terbangun dari tidur gw dan tersenyum lebar.

“Hoo. Bos kita sudah bangun dari tidur panjangnya.” Ucap Recht meledek

“24 jam bukan waktu yang panjang, ughh, perut gw.” Jawab gw sambil nahan ngilu yang terasa dari otot perut gw.

“5 orang cacat permanen dalam satu malam. Oh Adi, kalau lo mau pesta seperti ini kenapa ga ngajak gw?”

“5 orang yang tidak kompeten maksud lo? Ngebunuh orang yang lagi gak aware aja ga bisa. Ugh akhir akhir ini gw ceroboh bener.” Keluh gw.

“Hahahaha. Umm gw tau lo lagi sakit tapi-“ ucap Recht gw potong

“Stop. Gw tau kenapa lo disini. Ugh. Gw butuh baju dan jas.”

Recht langsung memberi kode ke germo bawahannya, dan germ itu langsung bergegas mencari baju, kemeja, celana, kaus kaki, dan sepatu, yang akan gw gunakan. Hanya ada satu penyebab kenapa Recht bisa secara langsung mengunjungi gw seperti ini, kemungkinan BoD (Board of Directors) ingin bertemu gw secara langsung di kantor.

Tidak lama kemudian gw sudah berada didalam mobil yang Recht kendarai. Gw melihat pemandangan di sepanjang jalan, terlihat disana matahari sudah bersinar cerah, disana gw sadar, bahwa sudah lebih dari 29 jam gw tertidur, tidak heran kalau gw merasa sudah sangat sehat. Mobil pun sudah mulai memasuki wilayah kantor gw, Recht menurunkan gw di depan lobby gedung, tidak lupa ia berikan kartu pengenal spare miliknya agar gw bisa memasuki akses kantor.

Ketika gw mulai menggerakkan langkah gw ke arah pintu lobby, pandangan gw tiba tiba tersita akan sosok perempuan cantik yang sangat gw kenal, perempuan yang sudah menjadi bagian dair hidup gw selama gw berada di Russia, perempuan yang sepertinya masih marahan sama gw, Valli. Ia erlihat berdiri sambil melihat orang orang yang berlalu lalang disekitarnya seperti mencari seseorang yang hilang, tatapan kami pun bertemu, dan gw dapat melihat pupil abu abunya bergetar saat melihat gw. Langkah gw langsung beralih ke arah tempat Valli berdiri. Ia masih tetap menatap mata gw, sedangkan tangan kanan gw refleks lansung mengusap pipinya yang mulai memerah. Gw bisa merasakan tangan kanan Valli yang menggenggam lengan jas gw.

“Valli” ucap gw ke dia

“.....”

“Ada banyak yang harus ku bicarakan ke kamu, namun aku ada kerjaan yang harus ku kerjakan terlebih dahulu, kamu juga ada kuliah kan hari ini?”

“.....”

“Diluar sini sangatlah dingin, nanti kamu akan sakit. Ku sewakan taksi ya untuk kamu pulang?”

“.....”

Valli hanya diam bergeming mendengar semua perkataan gw, tidak ada respons, tidak ada apa apa, hanya diam. Sedangkan gw bisa merasakan genggamannya ke lengan jas gw semakin menguat, waktu mulai mengejar gw, dan gw tidak bisa meninggalkan Valli sendirian diluar, gw memutuskan untuk membawa Valli ke ruang kerja gw, mungkin tindakan gw untuk membawa orang asing ke kantor termasuk kedalam sebuah pelanggaran, namun tidak ketika Valli masuk keruangan divisi gw yang tergolong spesial di kantor ini.

“Ikut aku kedalam yuk” ajak gw sambil menggenggam tangan kiri Valli yang dingin ini.

Setelah melewati berbagai pandangan orang kantor yang heran saat melihat gw menggandeng seorang cewe ke kantor, akhirnya kita sampai di depan pintu ruangan divisi gw yang terdengar agak berisik. Tanpa ragu langsung gw buka pintu ini yang membuat ruangan yang terdengar berisik ini menjadi hening, tampak tampang tampang tim gw yang heran dengan sosok Valli yang gw gandeng, gw mengerti kenapa mereka heran, karena ini pertama kalinya gw mengganding wanita ke dalam ruangan ini, apalagi kalau wanita itu bukan karyawan yang bekerja disini. Gw langsung menempatkan Valli kedalam ruangan pribadi gw, gw dudukan dia di kursi hitam di dalam meja kerja gw.

“Kamu tunggu sini dulu ya, kalau bosen dan laper ngomong sama tim aku di meja luar sana, mereka akan membelikan apa yang kamu mau. Aku ada rapat penting dan kayanya akan lama, jadi feel free untuk ngapain aja disini ya.” Ucap gw ke Valli

Tak lupa gw peluk dia dan gw kecup bibirnya, dan disaat bersamaan genggaman dia ke lengan jas gw pun terlepas, menandakan kalau gw bisa meninggalkannya sekarang. Gw langsung keluar ruangan pribadi gw ini, dan berjalan menuju meja bundar tempat para lowlife ini berkumpul.

“mr.Bushido, kau pernah bertemu Valli kan? Tolong temenin dia kalau dia bosan, gw ada rapat?” perintah gw ke mr.Bushido

“Jadi dia pacarmu Bos? Berarti dia adalah tuan puteri kita?” tanya tim gw yang berasal dari romania, yang gw biasa panggil Dracula

“YES! Dia adalah tuan puteri kalian! Jadi jika dia butuh apapun, tolong bantu dia.” perintah gw lagi.

“Siap Bos! Kalau tuan puteri kita secantik itu, kerjapun akan semangat.” Ucap Kim yang berasal dari Korea. Sampai sekarang gw ga tau nama asli dia siapa.

“Kim, ini masih jam 10 pagi, belum saatnya untuk menjadi horny.”

Anggota tim gw yang lain pun pada tertawa, membuat suasana ruangan kembali menjadi berisik lagi. Gw hanya tersenyum melihat pemandangan ini, lalu gw gerakan langkah gw menuju ruangan para petinggi perusahaan ini. Ugh, tiba tiba gw merasakan ngilu dibagian tempat gw tertembak, tidak parah, namun sedikit mengganggu. Gw langsung mengatur pernafasan dan fokus sehingga rasa ngilu yang gw rasakan menjadi tidak ada.

Pintu masuk ke ruang rapat pun terbuka disana terlihat 5 orang direktur duduk layaknya hakim yang ingin menghakimi seorang terdakwa. Gw langsung berjalan menuju spot yang biasa gw tempati saat mendapat panggilan seperti ini. Gw amati ekspresi ke 5 direktur ini, dan seperti biasa ada 2 direktur yang bermuka masam ketika melihat tampang gw. Ahh politik perkantoran, konflik dan intrik sangatlah kental disini, apalagi dibagian posisi panas seperti yang kita dalam ruangan ini miliki.

“Kenapa kita sangat susah untuk bertemu dengan pegawai kita sendiri?”
“Setingkat GM tapi sudah bertingkah.”
“Seorang pegawai harus tau tempat mereka berdiri.”
“Inilah kenapa kita tidak memakai tenaga dari luar.”

Berbagai macam keluhan dan makian dilayangkan oleh 2 aggota BoD itu, dan seperti biasa gw hanya menanggapinya dengan santai, mungkin muka datar gw ini yang membuat mereka tambah kesal dengan gw di setiap meeting.

“Sudah cukup. Adi, kami disini ingin mellihat proses kinerjamu mengenai projek upstream pada laut hitam yang kamu proposalkan.” Ucap Denniz, direktur yang memihak ke gw.

“Semua kebutuhan project sudah saya siapkan, tapi bukankah pekerjaan ini bukan bagian dari jobdesc General Manager? Harusnya yang berdiri disini adalah seorang dengan posisi Presiden, atau setidaknya VP.” Jawab gw sambil melirik ke 2 direktur yang maki maki gw tadi.

“Apa kau bilang!? Kau anak sia-“ ucap direktur yang gw trigger namun ucapannya terpotong.

“Cukup!! Uba, konntrol emosimu, dan Adi, jangan terpancing oleh perkataannya. Posisimu yang sekarang sangatlah spesial, karena kamu berada dibawah BoD langsung. Kamu adalah agen kita. Birokrasi mencegah kami untuk mengangkatmu ke posisi yang lebih tinggi.”

Ucapnya Denniz mengerti atas sumber kekesalan gw. Puas karena sudah memantik emosi sang 2 bajingan itu, gw pun mempresentasikan projek yang gw urus ini, biasanya kalau sudah sampai presentasi didepan mereka, eksekusi akan bergerak secepatnya.Pertanyaan demi pertanyaan dilontarka oleh 2 direktur bajingan itu, namun masih bisa gw jawab, menatap muka mereka membuat gw ingat kalo gw dah satu hari gak makan, perut gw mulai bereaksi. Tidak terasa 3 jam sudah lewat sejak gw masuk ruangan ini. Para BoD pun mempersilahkan gw untuk menyudahi presentasi gw. Gw pun langsung melontarkan kata – kata penutupan kepada mereka.

“Projek ini diestimasikan akan selesai dalam waktu 9 bulan lamanya jika semua berjalan lancar, margin error sampai 1 tahun lamanya.”
“Oh ya, dan ini akan menjadi projek terakhir saya, karena saya akan resign tepat ketika project ini dinyatakan selesai.”

Gw langsung mematikan laptop di meja ini, mencabut usb gw lalu mengantonginya, dan tidak lupa sedikit menundukan kepala sebagai gestur hormat lalu beranjak keluar. Apakah apa yang gw katakan tadi terucap hanya karena emosi? Tidak. Gw sudah merasa jenuh bekerja di sektor oil dan gas, atau mining in general, gw sudah berkutat dengan oil dan gas sejak gw berumur 7 tahun, berarti sudah hampir 13 tahun gw kerja berkutat di bidang ini. Saatnya mencari bidang lain yang belum gw kuasai, biar tidak membosankan.

Ada hal aneh ketika gw membuka pintu ruangan tim gw, yaitu, mereka duduk tenang, tanpa suara, hanya ada suara mereka mengetik di laptop masing masing. Pemandangan seperti ini sukses membuat gw merinding, karena para lowlife ini ga pernah diam selama berada di bawah kepemiminan gw. Gw bisa merasakan tatapan tajam mereka saat gw memasuki ruangan, seperti seorang kucing yang sedang memantau mangsanya.

Gw karena udah terlalu creepy sama mereka langsung ngacir ke ruangan pribadi gw. Disana gw tau alasan tim gw menatap gw dengan penuh dendam seperti tadi, tampak dua wanita cantik sedang berbincang di ruang kerja gw. Valli dan Yvette. Valli duduk ditempat duduk yang gw gunakan untuk kerja, sedangka Yvette duduk dikursi tamu tepat disebrang Valli. Sebenernya ada bangku tamu disamping Yvette yang masih kosong, tapi gw lebih memilih duduk di sofa coklat di pojokan ruangan gw ini.

“Gimana presentasinya Di?” tanya Yvette

“So-so” jawab gw

“So-so? Gak yakin deh, kamu pasti tembus presentasinya.”

“Kalo gak tembus berarti gw gak qualified kerja disini Yv. Oh ya Valli, kenali ini Yvette, rekan kerjaku. Dan Yvette, ini Valli, my love.” Ucap gw ke mereka. Terlihat raut muka Valli memerah.

“Oh jadi ini yang udah memiliki seorang Adi? Hm?” goda Yvette ke Valli

“Apa sih kamu Yv, biasa aja kali!” jawab Valli malu-malu

“Ohh sepertinya kalian sudah deket ya dalam waktu 3 jam ini. Hahaha”

“Yep. Aku penasaran aja, di kantor heboh katanya untuk pertama kalinya Adi keliatan ngegandeng cewe ke kantor.” Ujar Yvette

“Dan terima kasih kepada Yvette, udah nemenin aku sampai Adi selesai.” Balas Valli.

“Thanks ya Yv udah nemenin Valli. Dan sorry, gw mau ngomong sama Valli secara private.”

“Huu huuu. Aku diusir Vall.” Ujar Yvette pura pura merengek.

“Adiii!” tegur Valli

“Ya ya ya. Maaf. Out!” tegas gw sambil senyum

“Ampuun. Hahahaha.”

Gw pun mengikuti Yvette sampai ia keluar dari ruangan gw. Terlihat anggota tim gw menatap Yvette yang berlari kecil keluar ruangan ini lalu kembali menatap gw dengan iri. Gw memasang gestur telunjuk didepan bibir, menandakan diam, lalu gw pasang gestur jempol memotong leher, menandakan kalo berisik bakal gw gebuk satu satu nanti. Mereka pun bergeming. Gw tutup pintu ruangan pribadi gw ini lalu gw duduk tepat di tempat Yvette duduk tadi, menghadap ke Valli.

“Aku mau ngomong se-“

“Kamu kemana aja 5 hari ini?! Kenapa kamu gabisa kuhubungin?!” potong Valli dengan menggebu gebu.

“Kemana? Hmm sehabis kamu nutup telfonku, aku agak ke distract sama kegiatan bareng temenku. Untuk HP? Well aku lupa charge hp selama 5 hari ini hahaha.”

“Gak lucu! Kamu tau betapa khawatirnya aku? Ga ada kabar, ga bisa dihubungi. Kamu kaya *poof* hilang dari hidupku tau ga sih?”

“Kamu lagi butuh waktu sendiri bukan? Buktinya kamu langsung menutup telfonku kemarin marin?” bela gw.

“Ya aku butuh waktu sendiri! Tapi bukan berarti kamu bisa ngelakuin hal yang sama ke aku!” cecar Valli

“Hey wanita, logikamu, apa kamu denger perkataan yang barusan kamu katakan?”

“KAMU HILANG HAMPIR 5 HARI DI!! Aku hanya mengabaikanmu sekali. SEKALI!! Logika mana yang mau kamu pakai?” ucap Valli dengan keras. Gw pun terdiam, lebih tepatnya kalah argumen, dan gw gak bisa membalikkan ucapannya. Gw gak mikirin gimana perasaan dia saat gw ngilang, main main sama orang homeless itu, gw hanya memikirkan diri gw sendiri dan apa yang gw rasakan saat itu. Tidak fair. Apapun itu, sepertinya hal yang harus gw minta maaf ke Valli bertambah satu.

“Kamu benar. Aku kayaknya kelewatan. Aku minta ma-“

“Adi! Hidungmu!” ucap Valli histeris memotong omongan gw.

Gw refleks langsung mengussap bagian bawah hidung gw, dan benar, ternyata ada darah mengalir keluar dari hidung gw. Rasa kaget gw disusul dengan rasa ngilu di badan gw, ritme dan fokus gw buyar menyebabkan badan gw yang belum sembuh total bergejolak. Gw pun bergegas mengembaliken ritme nafas dan foku gw untuk menormalkan tubuh gw kembali.

Valli pun beranjak dari duduknya dan berlari ke arah gw. Ia mengeluarkan tisu yang ada ditasnya dan mengusap darah yang menetes dari hidung gw ini. Setelah gw berhasil menormalkan tubuh gw, gw bisa melihat betapa khawatirnya tatapan mata Valli. Matanya mulai memerah, saat gw pegang lengannya untuk mengehentikan usapannya, gw bisa merasakan betapa cepat detak jantungnya. Gw tuntun badannya untuk duduk dikursi tamu samping yang gw dudukin.

“Gak apa apa. Ini Cuma kecapean.” Ujar gw berbohong

“Kamu bohong. Kamu sakit, ayok kita pulang!” ucap Valli menolak penjelasan gw.

“Well ok, aku sakit, sedikit. Lupakan itu. Aku ingin meminta maaf dulu ke kamu, untuk yang kemarin, dan kemarinnya lagi dikamarku.”

“Aku maafin, aku maafin, Adi!! Please ayo kita pulang, please!!” pinta Valli memohon, air matanya mengalir deras. Apakah dia takut dengan darah? Reaksi yang berlebihan menurut gw.

“Kamu belum denger perminta maa-“

“AKU MAAFIN! Kamu ga perlu ngomong apapun, aku maafin. Please ayo pulang ya. Please.”

“Ah. Baiklah. Oke.” Jawab gw.

Valli pun berdiri mengusap air matanya, lalu ia menggenggam tangan gw dan membuat gw berdiri. Gw bisa merasakan kerasnya genggaman Valli, sekeras tatapan anggota tim gw saat mereka melihat gw pulang duluan dan bergandengan tangan denga cewek gw sendiri. Gw belum nge brief hasil rapat tadi ke mereka, ah itu bisa dilakuin lain kali. Saat kita turun di lift Valli tiba tiba berkata.

“Kamu kedokter ya. Mau ya.” Pintanya

“Ga. Gausah. Aku istirahat dikamar kamu aja udah cukup.”

“...... yaudah. Janji ya istirahat.”

“Ya.” Ucap gw singkat lalu menatap Valli. Untuk kesekian kalinya gw terkagum kagum dengan kecantikan dan parasnya. Dan gw sadar akan sesuatu yang penting.
“Valli.” Ucap gw

“Ya?”

“Maafin aku ya?”

“Selalu, sayangku.”
bonita71
g.gowang
sormin180
sormin180 dan 39 lainnya memberi reputasi
40
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.