Kaskus

Story

open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 18:27
andristyle20Avatar border
vargubo86498Avatar border
nuryadiariAvatar border
nuryadiari dan 210 lainnya memberi reputasi
199
2M
5.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#4346
Her Human Part 3
Sudah 3 hari gw hidup dengan para orang homeless ini. Dan apa yang gw lakuin dalam 3 hari ini? Beragam. Dari bikin konser dadakan berbekal gitar yang sudah dibuang ditempat sampah di dekat sebuah tempat perbelanjaan, lalu menggunakan hasilnya untuk membeli barang dari supplier kenalan gw dan menjualnya di pinggir jalan dan mendapatkan margin yang besar dari hasil penjualan ini. Ada 37 orang homeless, dan gw menyebarkan mereka ke 15 tempat berbeda untuk berjualan. Di hari ke 3, masing masing orang homeless dapat mengantongi sekitar 500k ruble (95 jtan). Pada akhirnya, mencari duit itu tidak susah susah amat, sama seperti sebuah game, kalau sudah tau alurnya, its easy as fuck, tentunya ditambah dedikasi dan grit yang besar, rata rata mereka gw paksa bekerja 18 jam sehari. Hasilnya mereka bisa menjadi setengah jutawan dalam 3 hari ini.

Untuk merayakan kerja keras mereka selama 3 hari yang menurut mereka bagaikan neraka ini, gw berinisiaif mengajak mereka, ke brothel yang sering gw kunjungi untuk nge treat tim gw, tentu saja brothel pilihan gw ceweknya bukan kaleng kaleng, mid-to-high tier lah levelnya. Gw bisa melihat wajah wajah madesu para homeless ini mulai cerah, antara senang, atau horny gw ga tau, dan juga ga peduli.

“Selamat datang, selamat datang oh Mr.Bruce Grayson.” Sapa sang germo ke gw.

“Stop it. Panggil aja Bruce, gausah nama lengkap.” Protes gw karena malu setiap kesini nama samaran gw selalu disebut lengkap seperti tadi.

“Hahaha. Saya lihat anda tidak membawa tim yang anda biasa bawa kesini hm?”

“Yea. 37 orang, kasih mereka wanita yang top, oh, dan beri diskon pelanggan pertama ke mereka.” Ucap gw

“Hm? Anda bercanda? Kami tidak menerima uang yang keluar dari kantong anda. Semua servis terbuka untuk anda, dan kawan kawan anda, gratis. Sebuah perintah dari tuan Recht.”

“Ahh. Yasudah lakukan semau lo.” Jawab gw sambil memberi isyarat kepada 37 orang homeless ini untuk mengikuti sang germo.

Gw melihat sekitar gw, banyak wanita berlalu lalang telnjang dada, namun yang bikin gw ga tahan di tempat ini bukan gunung kembar yang terlihat dimana manam melainkan musik yang disetel teramat keras. Gw langsung bergegas keluar dan mencari minimarket untuk membeli sebotol minuman sambil menghabisi waktu menunggu para manusia horny yang lagi menikmati surga dunia didalam sana. Gw sangat mengenali daerah ini, ini adalah tempat dimana gw menemukan Anastasya yang sedang menjajakan tubuhnya, walaupun pada akhirnya gw tau kalu dia hanya di manfaatkan untuk mengundang korban yang akan di jambret nantinya. Nostalgia mulai menyerang gw.

Namun tidak lama kemudian gw dapat mendengar suara mobil kencang melaju mendekati gw. Gw reflek memposisikan diri gw untuk keluar dari jalur jalanan agar mobil itu dapat lewat. Namun perkiraan gw salah, tiba tiba badan gw terasa ditabrak oleh tembok besi, gw bisa merasakan badan gw melayang kesamping dan jatuh terjungkir balik di aspal jalan ini, pada akhirnya badan gw terhenti ketika tertahan olleh sebuah tembok apartment di pinggir jalan ini.

Pandangan gw ngeblink seperti sebuah tv rusak, gw langsung berusaha merasakan keseluruhan badan gw, setidak nya tulang rusuk gw retak, begitu juga tangan kanan dan kaki kiri gw. Gw bisa merasakan darah mengalir dari mulut ini. Mata gw langsung mencari mobil yang menabrak gw tadi, terlihat disana sebuah mobil Lada berhenti, bagian depan kirinya penyok, gw langsung tau kalau itu mobil yang menabrak gw tadi. Lima orang mengenakan hoodie terlihat keluar dari mobil itu, mereka semua memegang sebilah pisau yang ga usah gw tebak akan digunakan untuk apa.

Gw berusaha untuk bangkit, namun rasa sakit di tangan, punggung dan kaki membuat gw kehilangan kendali atas badan gw. Gw langsung mengatur nafas, dan memfokuskan pikiran, berusaha mematikan rasa sakit yang gw rasakan ini. Perlahan lahan, rasa sakit yang gw rasakan menghilang, dan gw bisa berdiri tegap dan mengendalikan tangan, postur dan kaki seakan tidak ada luka apapun. Gw langsung berjalan cepat ke arah lima orang yang menghampiri gw dengan pisau itu.

Salah satu orang itu langsung beerlari ke arah gw sambil menunjukan mata pisau itu ke arah gw. Gw langsung menepis tangan dia yang menggenggam pisau, menngambil alih pisau yang ia pegang, sementara tangan kiri langsung melayangkan sebuah dorongan keras ke lehernya. Orang itu langsung jatuh, tidak sadarkan diri. Pisau yang gw ambil pun gw genggam dengan erat dan memasang postur untuk menyambut 4 orang kawannya. Melihat teman mereka tidak sadarkan diri karena satu tinjuan membuat mereka berhenti melakukan serangan mereka. Gw yang melihat gelagat seperti itu tidak menyia-nyiakan kesempatan, gw langsung melihat ke arah orang yang pingsan, gw angkat kaki gw, dan menginjakkan kaki gw dengan keras ke arah dengkul oran yang pingsan ini, sesaat kemudian terdengarlah suara teriakan kesakitan yang mungkin dapat membuat orang nyeri mendengarnya.

Disaat yaang bersamaan gw merasakan sebuah sensasi yang udah lama ga gw rasain, sensasi senang, sensasi berdebar seperti ini, yang sudah lama hilang dan ga gw rasain di hidup gw. Gw langsung mempererat genggaman pisau di tangan kanan gw dan langsung berlari ke arah 4 orang yang terpaku didepan gw. Sontak 4 orang itu langsung lari ke arah apartment di kiri gw. Gw langsung mengerjar mereka kedalam apartment itu. Terbukti berlari didalam apartment yang sempit sangatlah susah untuk 4 orang yang berlari dari gw. Mobilitas mereka sangatlah terganggu, terbukti dengan tertangkapnya hoodie orang yang paling belakang oleh tangan kiri gw. Tanpa menyia nyiakan waktu, gw langsung meninju ulu hatinya, membuat dia teriak kencang, dan saat itulah gw menangkap lidahnya lalu memotongnya. Gw masukan potongan lidahnya itu ke mulutnya yang masih menganga.

Gw langsung mengejar 3 orang yang tersisa selanjutnya. Gw berusaha menyusul mereka yang terus menaiki tangga ke atas, untungnya salah satu orang yang berlari di tengah tersandung oleh anak tangga yang ia lalui, temannya yang takut dengan kedatangan gw sontak meninggalkannya. Gw menghampiri orang yang terjatuh itu dengan cepat, gw bisa mendengar perkataan minta ampun keluar dari mulutnya. Tidak peduli dengan apa yang dia katakan. Gw langsung menendang selangkangannya. Sialnya tindakan gw membuat gw ngilu sendiri, teriakan keras keluar dari orang yang gw tendang ini, gw langsung menjepit hidungnya, lalu motong hidungnya dari muka dia, menyisakan lubang pernapasan saja. Sama seperti tadi, gw masukan potongan hidung nya kemulut dia.

Gw berlari mengejar orang ke 4 yang berlari ke atas, sepertinya mereka berpencar. Yang satu mengumat karena gw tidak bisa mendengar langkah kakinya, yang satu masih berlari menyusuri lorong tepat 3 lantai di atas gw, langsung gw gerakan kaki gw mengejar orang itu. 3 lantai kemudian gw bisa melihat orang ke 4 yang gw kejar, gw langsung berniat membalap lari dia, namun tiba tiba gw bisa merasakan kaki gw mulai kehilangan kendali, sepertinya retak yang dialami kaki gw mulai parah sehingga mengganggu kekuatan lari gw. Tch, gw kesal, teknik yang gw pakai hanya untuk mematikan rasa sakit, bukan menyembuhkan secara instan. Terpaksa gw lambatkan lari gw, sekarang mata pisau ada diapitan antara jempol dan telunjuk, postur melempar yang solid, lalu gw lemparkan pisau ini ke arah orang itu. JLEB. Terdengar tangisan kesakitan dari dia, disusul dengan rubuhnya badan dia ke lantai. Gw hampiri orang ke 4 itu, lalu gw injak ulu hati dia, lalu gw tarik kuping kanan dia sampai robek dan putus, dan seperti biasa gw masukan kuping yang putus itu ke mulutnya.

Gw berjalan dengan pincang, walaupun tidak terasa sakit, namun kaki sudah tidak bisa bergerak dengan leluasa. Gw terus berjalan sampai ke lantai teratas. Pisau yang tertancap dipunggung orang tadi gw tinggal dengan sengaja. Untuk yang terakhir, tangan kosong pun cukup. Gw bisa melihat jejak lumpur sedikit mengarah ke sebuah gudang. Gw mau tertawa, betapa bodohnya orang yang gw kejar ini, mengumpat tapi meninggalkan jejak. Gw langsung membuka pintu gudang itu dengan cepat, dan dengan sendirinya gw refleks menundukan badan gw. Terdengar tiga buah tembakan.

*DOR*

*DOR*

*DOR*

Gw langsung berlari ke arah orang itu demi menghentikan tembakan dia. Gw dapat melihat betapa takutnya ekspresi dia saat melihat gw langsung berlari ke arah dia, sebelum dia bisa menembakan tembakan ke empat, gw langsung nge bodi badan dia sehingga membentur tembok. Gw meletakkan kaki kiri gw tepat di atas selangkangannya, kalau dia macem macem, gw bisa mecahin biji dia kapan aja. Gw langsung memerika badan gw, karena jujur, gw tidak merasakan apa apa saat ini, jadi gw gk tau kalo gw kea tembakan atau ga. Dan benar saja, gw bisa melhat sebuah dua buah bolongan di baju gw, satu di bahu kanan, dan satu tepat dipinggang gw, untungnya gw bisa pastikan, tembakan ini tidak parah dan fatal, sehingga gw bisa bernafas lega. Gw alihan pandangan dari badan ke orang ke 5 ini. Gw bisa ngelihat muka dia dengan jelas. Gw tau dia, dia yang waktu itu mau meras gw dengan menggunakan Anastasya.

“Monster, kau Monster!!” teriak dia.

“......” Gw memeriksa keseluruhan badan dia sambil memikirkan apa yang mau gw ambil dari dia.

“A... Ampun.. Maafkan gw! A.. Ampun.”

“Ha? Ampun? Lo nabrak gw, tangan dan kaki kanan gw retak, dan ada dua peluru bersarang di badan gw sekarang, dan lo minta ampun?” ucap gw tenang.

“Ampun. Tolong. Ampun. Kita hanya membalas apa yang lo perbuat setahun yang lalu.” Ucap dia sambil menangis sekarang

“Ugh jangan cengeng. Mau gw buat jadi cewek lo hm?” ucap gw sambil menekan injakan gw diselangkangan dia.

“Ampunn.” Ucap dia sambil menahan tangis.

Bingo. Gw dah dapet incaran yang mau gw ambil dari dia. Gw langsung menginjakkan kaki kiri gw dengan keras di atas selangkangannya. Rasa sakit yang luar biasa langsung menyerang orang ke 5 ini, terlihat dari ekspresinya yang tidak bisa teriak, hanya melotot lebar, sambil mengeluarkan lidah. Gw langsung mengarahkan tangan kanan gw ke mata kiri dia, gw tekankan jari telunjuk dan jari tengah di atas bola matanya, dan jempol gw di bawah bola matanya. Perlahan, perlahan, dan perlahan, dan PLOP. Bola mata kirinya berhasil gw cabut. Dan seperti biasa, gw masukan bola matanya ke mulut dia yang masih menganga lebar.

Gw langsung menuruni apartment ini meninggalkan 5 orang yang sudah gw buat cacat ditempatnya masing masing. Gw berjalan menuju ke arah brothel untuk melakukan pertolongan pertama kepada diri sendiri. Gw prediksi tulang yang retak retak ini akan sembuh dalam waktu 3 hari. 1 hari sudah bisa digunakan, 2 hari untuk pemulihan lebih lanjut. Konsentrasi gw mulai pudar, rasa sakit mulai menyerang sekujur tubuh gw, darah mulai kembali keluar dari lubang peluru di badan gw, dan juuga mulut dan hidung gw. Yang gw tau, gw merasakan sebuah sensasi yang sangat membuat gw senang, bergairah, dan semangat.

Gw memasuki brothel yang ramain ini, orang orang langsung menujukan perhatiaan mereka ke arah gw. Pegawai yang mengenal gw langsung memanggil sang Germo yang mengepalai operasi di brothel ini. Tanpa bertanya apapun, dia langsung memberi gw kamar yang paling bagus, beserta air hangat, alkohol, dan pinset yang sudah disterilkan. Gw langsung ngambil pinset itu dan mencabut dua peluru yang bersarang di badan gw, untung letaknya tidak terlalu dalam, alau gak, prosesnya bakal lama dan baka menyakitkan. Setelah peluru tercabut gw langsung menyiramkan luka yang gw alami dengan air panas bersih, perih membuat gw sedikit ngeden kesakitan. Dan step selanjutnya adalah mengoleskan lotion ke luka tembakan di badan gw ini. Dengan itu semua luka tembakan sudah teratasi, sekarang tinggal recovery untuk tulang retak disekujur tubuh gw. Sang Germo yang terus memonitor pun datang kembali. Gw memberi dia beberapa kata dan instruksi.

“Biarin gw stay disini at most 3 hari, untuk reovery, gw akan ganti kerugian yang lo alamin” ucap gw minta izin

“Kamar ini adalah milk mr.Bruce selama 3 hari. Tidak ada kompensasi apapun yang harus ditebus.”

“Kasih tau teman teman gw yang 37 orang itu, kalau gw sudah pulang duluan dan ada urusan, jangan bikin mereka khawatir tidak jelas.”

“Baik.”

“Dan yang terakhir, jangan hubungi Recht selama 3 hari gw stay disini.”

Untuk perkataan terakhir sang Germo tidak menjawab apa apa, hanya ada ekspresi bersalah terpampang di wajahnya. Gw sudah tidak punya energy untuk merespons, yang gw tau adalah gw sudah tidak sadarkan diri.
wakazsurya77
bonita71
sormin180
sormin180 dan 39 lainnya memberi reputasi
40
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.