Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 11:27
drewzzzzzzz
ima.the.cat
Yoayoayo
Yoayoayo dan 199 lainnya memberi reputasi
188
2M
5.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#4340
Her Human Part 2
Sudah lebih dari satu jam semenjak Valli keluar dari pintu depan. Sedangkan gw tetap terduduk di sofa ini menghadap ke balkon luar aparment gw. Langit sudah mulai memerah, gw menikmati isapan penghabisan cerutu yang gw apit di tangan kanan gw.

Gw memikirkan apa kesalahan yang gw buat sampai membuat Valli marah. Tentu saja gw tau kalau perkataan gw saat itu mungkin sangat menyinggung perasaannya, namun bukannya itu adalah perkataan yang logis? Biasanya Valli bisa mengerti apa yang gw katakan tanpa memasukkannya ke perasaan dia. Atau mungkin apa yang gw katakan sudah terlalu kelewatan bagi dia? Entahlah. Sebagai pasangan yang baik, gw harus meminta maaf ke Valli.

Gw beranjak dari sofa gw dan bergegas mengambil jaket dan berjalan keluar dari pintu depan. Belum sempat gw menggapai gagang pintu, tiba tiba pintu di depan gw terbuka duluan. Terlihat Sya yang langkahnya terhenti saat meihat gw yang berdiri di depan pintu masuk.

“Mau ke Kak Valli ya Di?” tanya Sya yang sepertinya sudah tau akan pertengkaran kita.

“Yep. Gw mau meredamkan api sebelum terlalu besar. Makanan udah gw taruh di atas meja. Hangatkan terlebih dahulu sebelum dimakan ya.” Ucap gw berjalan melalui Sya.

Sampai di jalan gw berhenti sejenak. Gw berpikir kenaa gw asal aja langsung jalan ke apartment Valli tanpa tau kalo dia ada disana atau engga. Gw langsung mengeluarkan hp gw dan menelepon Valli. Gw mengira dia tidak akan mengangkat telepon gw namun diluar dugaan tidak sampa 10 detik, panggilan gw sudah diangkat olehnya.

“Sore Val.”

“........”

“Aku lagi jalan ke apartment mu, kita harus ngomong ba-“

*TUT* *TUT* *TUT*

Panggilan gw terputus. Valli menutupnya secara sepihak. Orang idiot manapun bakal dapet hint kalo itu tanda kalo dia lagi ga mau ketemu gw. Gw pun membalikkan badan gw untuk kembali ke apartment gw, namun gw tidak melanjutkan langkah gw ini dan langsung membuka hp untuk melihat hari dan tanggal. Hari ini hari senin. Otak gw mencari cari rutinitas yang biasa gw lakukan pada hari senin, dan bingo! Gw dapet satu kegiatan yang bisa gw lakuin untuk ngehabisin waktu.

Gw langsung bergegas ke toko swalayan terdekat dan memborong banyak makanan yang gw masukan ke dalam satu plastik besar. Setelah itu gw menggunakan metro untuk menuju daerah pinggiran pusat mosko bernama Odinsov. Sesampainya di stasiun Odinsov gw berjalan menuju sebuah kompleks apartment yang terlihat sudah terbengkalai, disana ada sebuah jalan kecil yang banyak orang gatau, disitu adalah tempat homeless tinggal, di jalan kecil yang gelap dan tertutup itu. Terlihat banyak orang sedang menghangakan diri di selimut mereka. Seorang kakek kakek homeless melihat sosok gw yang menuju ke arah dia. Kakek tua itu bernama Antonov. Dan sudah menjadi rutinitas gw setiap hari senin pulang kerja untuk hangout bersama para homeless ini selama kurang lebih satu jam an. Orang orang seperti ini sangat enak untuk dijadikan wadah mencari intel dan curhat.

“Lihat siapa yan datang teman-teman. Bos kita! Dia membawa hadiah natal lagi hari ini.” Ucap Anton

“Sudah gw bilang kalo gw ga suka di panggil ‘Bos’ eh, dedushk (pak tua). Dan, natal sudah lama lewat, coba cek kalender mu.” Ucap gw langsung duduk bersandar di dinding gang disamping Anton.

“Sudah kubilang berkali kali. 120 juta orang di negara kita yang indah ini, dan siapa yang memberi makan kita setiap minggunya? Orang yang bukan berasal dari negara kita sendiri.”

“Ahh berhentilah. Kau pikir kenapa gw kesini selalu bawa makanan seperti junk food, dan makanan bergula? Ya untuk ngurangin populasi orang homeless seperti kalian hahaha.”

“Hahahahahaha. Betul juga, coba kita lihat, hmmm diabetes, kolesterol, stroke, semua makanan yang kau berikan akan menyebabkan itu semua. Kau benar benar ingin membersihkan polusi seperti kami hm?”

“Yep. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Semua ada tujuan dan maksud di belakangnya.” Ucap gw sambil mengambil segelas kopi yang ditawarkan oleh orang homeless yang lain.

“Tapi kau tau apa yang berbeda? Setidaknya kita mati dengan perut yang kenyang, kita mati mengetahui kalau kita tidak sendirian, ada orang yang mempedulikan kita.”

“Pada akhirnya, kalian tetap mati. Jadi apa bedanya?” balas gw.

“Lebih ke bagaimana kita mati lah bagian terpetingnya. Apakah dalam penyesalan atau tidak? Apakah terlupakan, atau tidak? Kau seharusnya orang yang mengetahui hal ini paling dekat.”

“Ahh. Lo ada benarnya juga Dedushka.”

“Apa yang menggangumu di malam yang indah seperti ini? Hm? Masalah dengan pasanganmu?”

“Uh huh. Salah ucap, perbedaan perspektif, dan lain lain.”

“Kalau ngomong cobalah yang jelas. Kami punya waktu yang tidak terbatas untuk mendengar semua cerita yang kau punya.” Ucap Anton sambil nyeruput kopi panasnya.

Gw pun menceritakan kronologis kejadian kemarin. Gw ceritakan semuanya, samai hal tidak pentingpun gw ceritakan ke dedushka satu ini. Bicara dengan orang orang seperti mereka, entah kenapa lebih lepas dan tanpa beban, diluar karena mereka tidak mengena gw secara pribadi, namun karena gw sedikit respect sama mereka dalam soal penderitaan yang mereka alami.

“Bodoh. Kau bodoh sekali.” Ucap Anton

“Gw tau. Katakan sesuatu yang gw gak tau hey dedushka”

“Dengar. Kalau kau bicara seperti itu ke saya, jujur, saya akan merinding, takut, dan sedih.”

“Iyuh. Contohnya jangan lo bisa ga, ghey bener.”

“Anak muda jaman sekarang kalau dibilangin ya ckckckck. Gini.. kata-kata kau itu sangatlah sepihak.”

“Sepihak? Sepertinya aapa yang gw katakan malah lebih memihak dia daripada gw.” Bela gw.

“Itu kau jawab sendiri pertanyaannya. Ya. Perkataanmu itu sangatlah memihak pasanganmu, sampai saya yang mendengarnya pun akan menyangka kalau pasanganmu itulah yang sangat diuntungkan didalam hubungan yang kau jalani. Dan hal itu, bagi seseorang yang benar-benar mencintai kau, sangatlah menyakitkan. Dia sadar, bahwa selama ini, dia tidak berkontribusi apa apa dalam hubungan ini untuk kau. Mengerti?”

“Kenapa dia harus kecewa? Dia tidak pernah melakukan hal yang salah. Gw hanya memberikan dia kebebasan untuk keluar ketika dia sudah ga nyaman. Simple kan?”

“Kau ini.. Oh tuhan.. coba kasih jawaban untuk pertanyaan pak tua seperti saya ini.. Apakah kau cinta dengan dia?”

“Cinta.”

“Apakah kau mengerti apa cinta itu?”

“Rasa suka, rasa peduli, rasa nyaman, rasa terikat, rasa nafsu, terlalu abstrak untuk dijelaskan.”

“Siapa dia untukmu?”

“Seorang partner, seorang pacar, seorang yang membuatku yakin hidup dengannya tidak akan bosan.... seseorang yang bersinar terang di mata gw.”

“Dan jika, dalam sirkumstansi yang lain, hubunganmu berakhir dengan dia, apakah kau akan akan tetap merasa seperti itu?”

“Kau gila? Tentu saja tidak, jika dia bukan pacar gw, kenapa gw harus merasa cinta ke dia? Tidak ada ikatan, tidak ada urusan, tidak ada perasaan. Dia adalah orang asing.”

“Kau memperlakukan hubunganmu sama seperti kau melakukan sebuah pekerjaan, dan bisnis. Kau melakukan dan merasakan semua hal yang kau sebutkan ke pasanganmu karena sebuah obligasi sebagai sebuah pacar.”

“Apakah itu salah?”

“Tidak. Namun jika pasanganmu benar benar mencintaimu, ia akan merasa dihina. Dia akan merasa apa yang kau lakukan itu palsu. Atau lebih parah lagi, dia akan merasa dia tidak menjadi pasangan yang baik.”

“Gw.. Gw.. Gw ga ngerti dengan penjelasanmu hey dedushki. Tidak masuk logika lebih tepatnya, tapi gw tetep mengerti dengan penjelasan lo.” Balas gw ke penjelasan Anton tersebut.

Gw pun kembali menyandarkan punggung gw ke dinding gang sempit ini. Otak gw begejolak memproses banyak pikiran dalam waktu yang sama, kepala mulai terasa mengembang dan mengempis membuat pusing. Entah berapa lama gw merenung, tiba tiba Anton membuyarkan lamunan gw.

“Hal yang sangat simpel untuk semua orang, tapi kau terlihat seperti orang yang sedang memikirkan bagaimana untuk menyelamatkan negara dari serangan napoleon.” Ucapnya.

“Melawan Napoleon adalah tugas yang besar, maka beban pikiran yang dihasilkan pun akan menjadi besar juga. Namun masalah ini, adalah masalah simpel, tapi berhasil memakan banyak ruang pikiran dalam otak gw. Gw akan meminta maaf dan bicara baik baik dengan dia, jika memang masalah akan menjadi semakin rumit, maka mungkin hubungan yang kita jalani sudah saatnya untuk berakhir.”

“Kau sedang lelah, banyak pikiran, dan stress. Cobalah tidur sejenak disini dan lupakan semua hal yang kau pikirkan. Tidak ada tempat tidur yang lebih aman didunia ini,selain disekitar orang yang kau tolong.”

Gw diam sejenak lalu melihat ke keadaan disekitar gw, ada selimut, ada kasur tipis, dan kedua barang itu mempunyai aroma yang harum. Gw langsung melihat ke arah Anton dengan ekspresi tidak percaya gw, mana mungkin orang homeless punya waktu dan kepikiran untuk nyuci barang beginian? Anton pun tersenyum.

“Kau pikir kemana duit yang kau kasih perginya kemana hm? Satu kata. Laundry.” Ucap Anton sambil cengengesan

“Ahh Dedushka, tidak heran kenapa lo tetap miskin disini.” Balas gw.

“Keadaan seperti ini sudah cukup untuk saya. Diumur yang sudah tua ini, yang kutunggu hanyalah kematian. Lebih baik kuberi kesempatan lebih untuk yang mudan dan tidak beruntung.”

“Hmmm. Memang sepertinya jumlah orang di gang kecil ini lumayan berkurang. Jadi ini adalah ulahmu?”

“Apa yang saya lakukan itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah kau untuk istirahat.”

Gw melihat HP gw untuk mennghubungi Valli aai, namun sayang, HP gw sudah mati habi batrenya. Sya sudah biasa kalau gw tidak pulang tanpa kabar seperti ini, dia pasti bisa mengurus dirinya sendiri. Kerjaan? Tim gw sudah gw didik untuk mandiri, dan sigap untuk menangani berbagai macam masalah yang akan mereka hadapi, mr.Bushido bisa mengarahkan tim atas nama gw. Sedangkan Valli? Kalau melihat kondisi, mungkin dia akan tetap menutup dirinya sampai 2 hari kedepan. Gw simpulkan bahwa aman untuk gw menghilang dari radar untuk sementara waktu. Gw bisa merasakan kepala gw yang mau pecah dari berbagai pikiran yang bergejolak. Kehadiran mamah, berhasil membuat pikiran gw tidak berfungsi.

Gw merebahkan badan gw di alas tipis yang diletakkan di atas aspal gang kecil ini. Gw ambil salah satu batu besar seukuran batako ke arah kepala gw untuk menjadi sebuh sandaran kepala gw dan selimut menutupi setengah badan ke bawah gw. Terlihat di atas, langit dengan cahaya bintang yang samar menghiasi penghlihatan gw. Tanpa sadar gw berbicara ke Anton yang masih menyeruput segelas kopi hangat nya.

“Lo tau ga Dedushka? Gw ga pernah ngasih tau ini ke siapapun. Bahkan ke keluarga gw.” Lindur gw.

“hm?.”

“Gw harap, kematian cepat menghampiri gw. Dunia ini... sangat membosankan.”

“....”

Dan kesadaran gw perlahan meredup.

Hidup disamping para manusia homeless seperti mereka ini sangatlah menyenangkan, bisa dibilang lebih efektif refreshin dengan mereka dibanding liburan mahal ke tempat lain. Maka dari itu gw lupa diri sampai 3 hari ‘menghilang’ dengan manusia homeless ini.
wakazsurya77
bonita71
sormin180
sormin180 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.