Mohon maaf baru post lagi, kemarin habis sakit tipes kambuh lagi...jadinya bedrest deh.
Mungkin cerita ini sedikit panjang, tapi nanti ada hubungannya dengan cerita selanjutnya.
Selamat membaca curhatku.
Quote:
Part 9 - Sayonara Emak
Sebagai background cerita ini ya agan sista, ini cerita tentang nenek atau emak dari papa.
Emak bon kita biasa panggil, emak punya bakat juga kayak aku tapi dia nggak pernah ngaku ke semua orang. Aku taunya waktu aku sd kelas 2 aku tanya emak itu siapa (nunjuk orang yang lagi jongkok di lantai depan rumah), tapi emak bilang itu bukan apa-apa sambil ngibas tangannya ke arah itu. Trus pernah juga emak tau kalau aku waktu kecil ilang pasti gak di cariin karena di sembunyikan dari pandangan manusia sama jin & setan, toh selalu balik sih ujung-ujungnya (tapi itu nanti ya bakal aku ceritain next hehe)
Cerita ini bermula sejak aku masuk SMP kelas 1, emak di vonis kanker perut (stadiumnya kurang tau, karna d anggap masih kecil jadi nggak di kasih tau sama orang-orang rumah).
Meski masih kecil, aku tau dari film bahwa kanker itu berbahaya….Berarti umur emak bon nggak lama lagi, menurut firasatku saat itu.
Selama setahun itu emak bon menjalani kemoterapi, meski kesakitan emak nggak pernah mengeluh dan menyusahkan orang rumah. Dan waktu masuk kelas 2, kami dapat kabar gembira bahwa kemo nya berhasil dan waktu itu bertepatan aku pindah rumah baru.
Beberapa bulan kemudian kami dapet kabar kalau emak di rawat di rumah adek papa, dan nggak berapa lama kondisi emak kritis di sana. Otomatis aku yang waktu itu masih SMP di suruh pulang sama orang rumah, trus bersama-sama kami ke rumah adek papa.
Kami sampai jam 1 siang, lalu beberapa saat kemudian om dan tante sudah sampai.
Pas jam 6 malam sudah banyak orang yang datang, ada om tante & pasangan mereka serta anak-anak mereka. Semua berkumpul di kamar utama, tempat emak berbaring.
Aku melihat wajah anak-anak emak begitu cemas, dokter & suster di sebelah emak pun mengatakan bahwa kondisi emak kritis. Kemungkinan buruk emak bisa meninggal hari itu, karena kondisinya terus menurun.
Pas jam 8 malam emak tiba-tiba menggerakan tangannya meraba pinggiran kasur, mama yang melihat hal itu langsung kaget dan mengangkat tangan emak trus di pegangi tangannya.
Om tante yang melihat hal itu pada bertanya, kenapa mama memegangi tangan emak.
Mama pun menajawab “ada kepercayaan bahwa kalau orang meraba pinggiran kasur atau bantal atau guling artinya mereka akan melepaskan jiwa mereka (meninggal).
Jujur aku udah mulai merasa ngantuk, pengen pulang.
“Ma, nggak pulang ta?” aku bertanya dengan suara lemas karna mengantuk
“kamu itu yang sopan, ini semua masih kondisi kalut kamu minta pulang. Istirahat aja di kamar koko sana sama yang lainnya.” Ujar mama sambil berbisik di telingaku
Oh ia fyi, di kamar itu anak kecilnya cuma aku sementara sepupuku ada yang bermain di ruang tamu, ada yang tidur di kamar sepupuku (si koko).
Tapi jujur aku malas beranjak, jadinya aku duduk di kursi dekat kaki emak (menghadap emak) sambil main game jadul nokia (snake).
“nik...nik…”
Aku mendongak karena merasa seperti ada yang manggil namaku.
“nik ajaken papamu pulang aja, emak nggak apa-apa kok. Emak masih belum pergi hari ini.
Kasihan papamu besok masih kerja, ntar malah sakit. Bilang o mamamu ya suruh pulang.”
Aku kaget melihat emak berbicara, tapi tunggu dulu mulut emak kok tertutup tapi aku bisa denger suara emak. Melihat ada yang janggal aku bilang ke mama kalau kita semua di suruh emak pulang karna kemalaman dan emak masih baik-baik aja.
Om tante ku heran mendengar omonganku, gimana nggak…. suster dan dokter aja bilang kondisinya menurun & belum stabil tapi aku bilang nggak apa-apa.
“hush...jangan ngomong sembarangan.” mama memarahiku karena aku ngomong gitu.
“loh emak sendiri kok yang bilang, kata e gpp. Kita semua disuruh pulang loh”
Tiba-tiba dokter melihat alat pemantau denyut jantung & tensinya mulai bergerak normal.
“bapak ibu, kondisi pasien mulai stabil. Mungkin bisa pulang dan berisitirahat, kasihan juga anak-anaknya ikut menunggu. Kalau memang ada perubahan nanti akan kita kabari melalui tuan rumah” Ujar si dokter
Tuh kan bener omonganku, mama sih gak percaya.
Akhirnya kita semua pulang ke rumah masing-masing.
Lalu seminggu kemudian, pas di kelas aku di kabari kalau kondisi emak kritis.
Akhirnya aku pun pulang ke rumah, trus berangkat ke rumah om bersama-sama mama dan adek sementara papa masih menutup toko.
Sampai di sana kondisi emak menurun drastis. Nah ada yang aneh, karena kondisi kritis kasur emak di pindah ke ruang tamu karena kata dokter memang sudah tidak ada harapan (kondisi organ sudah rusak semua & pendarahan di dalam).
Waktu aku udah sampai, aku duduk di sofa panjang sebelah kasur emak (papa belum sampai), tiba-tiba aku mendengar emak ngomong lagi kali ini…
“nik papamu mana?” (papa ini memang anak kesayangan emak)
aku kaget masa ia orang yang kondisinya kritis bisa ngomong sejelas itu, apalagi sedang pakai masker oksigen.
Waktu aku menoleh emak senyum ke aku sambil membuka mata. Karena kaget aku bilang ke suster yang sedang mengecek tensi emak.
“Sus emak ngomong, emak sadar” sambil aku teriak
Suster terlihat kebingunggan, “kondisi emak sedang kritis, tidak mungkin bisa berbicara dan matanya terpejam”
Aku kaget, trus tadi yang ngomong siapa?
Papa kemudian datang dan berurutan keluarga lainnya pun datang. Nggak berapa lama kemudian aku merasa ada orang di samping suster deket kepala emak. Kukira itu dokter, tapi pas kulihat aku langsung menunduk.
Yang kulihat waktu itu orang menggunakan jubah hitam, trus kepalanya tertutup jubah tapi wajahnya nggak ada...kosong, cuma hitam di situ tapi aku merasa dia menatap emak.
“nik jangan di lihat, jangan lihat orang itu nanti dia tau kamu” Tiba-tiba aku mendengar emak bilang gitu dan aku otomatis menunduk terus.
Sebenernya ada kaitannya hal ini dengan ceritaku nanti.
Aku menyadari orang berjubah itu pasti malaikat kematian, karena orang itu nggak punya hawa kayak hantu lainnya (udara di sekitarnya kosong gitu). Trus aku denger dari suster kondisi emak menurun, kotoran mulai keluar dari bagian bawah dsb….Aku tau itu pasti tanda-tanda jiwa keluar dari badan, tapi aku tetep nggak berani lihat dan terus menunduk hingga emak bilang dia akan ikut orang itu dan aku baru boleh melihat kalau emak & orang itu udah ilang.
Jujur aku kaget banget dengan kondisi tadi. Tapi aku nggak mendengar emak kesakitan waktu jiwanya keluar dari badan, padahal selama ini aku baca di internet dll katanya sakit.
Nah ada kejadian aneh, setelah beberapa menit emak nggak ada sepupuku yang di kamar si koko pada teriak. Setelah di datangi sama om tante, sepupuku cerita kalau tiba-tiba di dinding dekat ac ada bekas telapak kaki warna hitam. Aku pun melihat ke atas, memang ada bekas telapak kaki menempel dekat ac.
Ntah itu telapak kaki siapa….