Kaskus

Story

neopoAvatar border
TS
neopo
Riding to Jannah


Don't choose the one who is beautiful to the world. But rather, choose the one who makes your world beautiful. Keep her close to Allah. Keep him close to Allah. Together for Jannah. I want love that will say: "Not even death will do us part, because we'll be reunited in jannah, insyaallah”

Welcome to my thread. Dimana disini kalian diperbolehkan untuk mengkritik, memberi saran, share, dan memposting komentar yang sekiranya bermanfaat baik bagi penulis ataupun pembaca. Fiksi atau non fiksi, semoga bukan menjadi masalah bagi pembaca. Karena penulis harap bisa memberikan banyak manfaat kepada orang-orang melalui tulisan yang tidak seberapa ini. Terima kasih.


Tokoh :
  • Ardian - Aku, pria dengan tinggi 176cm yang hobinya main motor
  • Azril Riswan - Sahabat sejak kuliah, beda jurusan tapi masih satu fakultas
  • Elriko - Kenalan saat pertama kali touring, so cool but nice guy
  • Dina Resti - Bagiku dia perfect, tetapi sedikit cerewet
  • Alyssa Erica - Gadis cerdas dan sangat mempedulikan lingkungannya
  • Rofila Afifah - Kakakku yang cantik, cerewet tapi selalu bisa jaga adik-adiknya
  • Nuri Freska - Adikku yang sangat manja, segalanya harus dituruti, tapi ia juga penurut
  • Raden Dimas - Sometime good guy, sometimes bad guy (dalam arti sifat, bukan tindakan menyimpang)



Diubah oleh neopo 16-09-2022 12:17
junti27Avatar border
sukhhoiAvatar border
JabLai cOYAvatar border
JabLai cOY dan 27 lainnya memberi reputasi
28
42.7K
308
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
neopoAvatar border
TS
neopo
#270
Part 43 - Gadis yang Rapuh
Assalamualaikum semua, apakabar? Semoga sehat terus. Udah lama banget ga lanjutin cerita ini. Dulu sempet berhenti karena entah kenapa ga ada mood buat nulis lagi. Ditambah lagi laptop udah ga ada. Sekarang alhamdulillah udah ada komputer pribadi, meskipun dari setahun lalu. Tapi baru ada mood lagi hehe. Selain sibuk di RL juga yaaa lagi seneng-senengnya jalanin hobi main game juga. Jadi kadang saat udah buka file tulisannya, malah ketunda emoticon-Big Grin. Mohon maaf atas keterlambatannya. Happy Reading emoticon-Smilie



Beberapa hari kemudian, saat aku sedang mengerjakan revisiku, aku mendapat telefon dari nomor tak dikenal. Aku angkat telefon itu. Ternyata telefon itu merupakan telefon dari salah seorang yang bekerja di sebuah perusahaan dimana aku pernah melamar kesana. Dan aku diundang untuk interview. Dan aku harus datang pada akhir pekan ini. Ditempat itu, aku melamar di sebuah perusahaan produksi, dan aku melamar dibagian gudang. Dengan antusias aku menerima undangannya.

Pada akhir pekan, aku mendatangi undangan interview. Pada awalnya aku merasa sedikit gugup, tapi pada akhirnya aku jalani interview dengan lancar. Hasilnya akan keluar paling tidak seminggu setelah interview. Jika aku lolos, aku akan ditelefon lagi nanti.

Suasana rumah tiba-tiba menjadi sepi. Biasanya ada suara sekecil apapun, baik itu dari suara televisi ataupun suara dari kamar Nuri. Tetapi kali ini benar-benar tidak ada suara sama sekali. Aku panggil Nuri namun tak ada jawaban. Awalnya aku berfikir mungkin Nuri lagi tidur, tapi saat aku lihat ke arah kamarnya, pintunya dalam keadaan terbuka. Tak seperti biasanya. Aku menghampiri kamarnya, dan sedikit mengintip sambal memanggil Namanya. Saat kubuka pintu kamarnya, aku lihat Nuri dalam keadaan tergeletak di lantai dan tak sadarkan diri.

Kudekap sambal memanggil namanya, dan mencoba membangunkannya. Ku angkat ia dan kurebahkan di kasurnya kemudian mencoba menggunakan minyak kayu putih untuk menyadarkannya. Tak lama kemudian ia sadar. Tentu aku sangat khawatir dengan kondisinya yang seperti itu. Karena sebelumnya, hal ini tak pernah terjadi padanya.
Nuri: Kak?
Aku: Kamu kenapa de?
Nuri: Gatau kak, pusing.
Aku: Badan kamu panas de. Kita ke dokter ya
Nuri: Ga usah kak, pusing palingan pusing biasa
Aku: Jangan ngeremehin penyakit gitu ah. Kakak panik liat kamu kaya tadi
Nuri: Yaudah terserah kakak aja
Aku: Kamu kuat pake motor?
Nuri: InsyaAllah.
Aku: Yaudah, kakak siapin motor dulu.

Pada awalnya aku ingin memberitahu ayah dan ibu, tetapi aku malah takut membuat mereka khawatir. Tapi bagaimanapun mereka harus tahu. Jadi kuputuskan untuk menelefon mereka
Aku: Hallo, assalamualaikum bu
Ibu: Waalaikumussalam. Apakabar nak
Aku: Aku baik bu. Cuma . . . Nuri sakit bu
Ibu: Sakit apa? Terus sekarang kondisinya gimana?
Aku: Ini mau Ardi anter ke dokter bu
Ibu: Kamu megang uang?
Aku: Ada kok bu.
Ibu: Yasudah, ibu titip Nuri. Kalian baik-baik disana
Aku: Iya bu. Ardi tutup ya, Ardi berangkat dulu

Setelah siap, aku mengenakan jaket dan membonceng Nuri ke klinik terdekat. Setibanya disaja, kulihat antrian tidak terlalu panjang. Memang seharusnya daftar antrian dulu sebelum datang biar ga nunggu terlalu lama. Selama diruang tunggu, Nuri terus mengeluh tentang sakit di kepalanya. Sampai pada akhirnya nama Nuri dipanggil. Beberapa saat Nuri diperiksa dokter.
Aku: Jadi dia sakit apa dok?
Dokter: Ade nya hanya kecapean aja. Tadi katanya sempet pingsan ya? Bisa karena dehidrasi.
Aku: Tuh, kamu harus banyak minum
Nuri: Iya kak.
Dokter: Tapi ga apa-apa kok. Jaga pola makan, banyak minum, insyaAllah bisa pulih. Nanti biar saya buatkan resep obatnya.
Aku: Iya, terima kasih dok.

Kami langsung pulang setelah membeli obat. Untung saja uang peganganku cukup untuk membeli obat. Selama Nuri sakit, aku gantikan semua tugas-tugasnya. Termasuk tugas kuliah yang ia punya. Sekedar untuk meringankan bebannya. Tapi untuk tugas rumah, yang seharusnya memang menjadi tugas kami berdua. Namun memang lebih banyak Nuri yang handle. Kakak macam apa aku ini.

Satu persatu kukerjakan tugas rumah. Mulai dari menyapu, mengepel, cuci piring, hingga memasak yang sempat beberapa kali gagal. Ada yang keasinan lah, bahkan sempet terlalu lama sampai telurnya jadi gosong. Seharian ini aku benar-benar dirumah menggantikan dan merawat Nuri. Sampai sore hari semua pekerjaan rumah baru selesai. Aku kembali melihat keadaan Nuri di ruang tengah yang sedang menonton TV sambal rebahan di sofa.
Nuri: Cape yah kak
Aku: Lumayan de
Nuri: Kalau aku ngerjain kerjaan rumah, selalu inget ibu. Ternyata itu yang ibu rasain selama jadi IRT. Buatku berat banget
Aku: Betul. Kerjaan rumah ga sesimpel keliatannya. Ditambah kamu lebih sering ngerjain tugas rumah. Ga nyangka secape ini
Nuri: Hehe. Jadi mau bantuin aku ngerjain tugas?
Aku: Yaudah mana sini.

Nuri membuka laptopnya dan mulai mengerjakan tugas kuliahnya. Malam hari saat sedang menikmati makan malam bersama Nuri, ada seseorang yang mengetuk pintu rumah, dan kemudian aku buka dan kulihat.
Afifah: Assalamualaikum
Aku: Waalaikumussalam, mau cari siapa ya?
Afifah: Heh . . .
Aku: Hehe. Kok kesini ga bilang? Tau gitu tadi dijemput
Afifah: Kakak denger dari ibu tadi pagi katanya Nuri sakit. Jadi siangnya kakak langsung kesini.
Aku: Yaah repot banget kak
Afifah: Emang, kamu ngerepotin. Ga bisa jaga Nuri
Aku :Enak aja
Afifah: Bercanda hhe. Nuri mana?
Aku: Lagi makan, sini kopernya biar Ardi yang bawa.

Koper? Apa kak Afifah bakal lama disini? Aku kembali ke ruang makan untuk melanjutkan makan malamku.
Aku: Kok bawa koper kak? Ga repot emang?
Afifah: Kakak putuskan untuk cari kerja disini.
Nuri: Yeay nambah lagi deh isi rumah ini hehe. Meski ga serame saat ada ayah sama ibu
Aku: Oh iya deh, terus disana ga ada panggilan?
Afifah: Ada sih, tapi ga lolos hehe. Kamu sendiri gimana? Udah ngelamar siapa?
Aku: Hah? Ngelamar kerja lah. Udah kemarin sih abis interview. Terus tinggal nunggu kabar selanjutnya aja.
Afifah: Semoga aja keterima
Aku: Aamiin
Afifah: Kamu sendiri gimana sekarang de?
Nuri: Yah ga sepusing kemarin sih kak
Afifah: Yaudah abis ini kamu langsung istirahat aja, biar ini kakak yang beresin

Masih di malam yang sama setelah selesai makan, aku pergi ke teras depan. Persis seperti ayah dulu. Kadang saat jam-jam setelah isya, ayah selalu duduk di teras sambil menikmati secangkir teh.
Afifah: Kamu bener-bener sama kaya ayah
Aku: Hehe. Kakak sendiri kenapa ga tidur?
Afifah: Bentar lagi ah. Kamu sendiri juga kenapa ga tidur? Ga cape emang seharian ngerjain kerjaan rumah, bantuin tugas Nuri.
Aku: Cape sih, tapi yaaa . . . gapapa lah.
Afifah: Ya harusnya gitu. Jangan cuma Nuri aja dong.
Aku: Iya iyaa ah bawel
Afifah: Heh, gitu yah.
Aku: Bercanda kak ih
Afifah: Lagian kamu bercandanya jelek
Aku: Kapan nikah?
Afifah: Heeeh, kok malah kesitu siiih
Aku: Yaaa kan pengen tau hehe. Ga pernah bahas yang gini juga. Kaya missal kakak lagi deket ga gitu sama seseorang
Afifah: Kamu tuh, ganti pacar mulu.
Aku: Mana ada. Sekarang aja ga punya.
Afifah: Alaah, itu yang kemaren di Jogja?
Aku: Yaaa kan kakak tau itu Dina mantan alm Riko
Afifah: Biasa aja kali de, kok gitu amat reaksinya hahaha
Aku: Ah au ah, aku tidur aja
Afifah: Heh ini gelasnya bawa lagi
Aku: Abisin aja
Afifah: Abisiin apaan, udah habis

Keesokan paginya aku bersiap untuk ke kampus, sementara kak Afifah dirumah menjaga Nuri yang kondisinya masih belum membaik. Aku harus menyerahkan revisiku dan kembali bimbingan dengan dosen. Dikampus, aku bertemu dengan teman sekelasku yang kebetulan dosen akademik kami sama. Dia adalah orang yang dulu pernah bimbingan bareng juga. Dia adalah Hasna. Mahasiswi yang bisa dibilang paling pintar di kelas. Tapi anaknya juga cukup asik. Gampang akrab sama orang lain. Gampang akrab bukan berati cewek nakal, tapi dia emang bisa menyesuaikan diri dengan orang sekitar.

Singkat cerita setelah selesai bimbingan, aku berniat membeli makanan untuk Nuri. Nuri sangat suka surabi yang dijual didekat kampus. Setelah membeli, handphoneku berdering dan itu adalah telefon dari kak Afifah.
Aku: Hallo, assalamualaikum kak.
Afifah: Waalaikumussalam. Jangan pulang, Nuri masuk rumah sakit, nanti kakak kasih alamatnya.
Aku: Nuri kenapa kak?
Afifah: Udah pokonya kamu cepetan kesini.

umamkhoir98
medina12
SiLder
SiLder dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.