- Beranda
- Stories from the Heart
REUNI
...
TS
papahmuda099
REUNI

Prolog
Quote:
Daftar isi :
Quote:
Tamat
*
Diubah oleh papahmuda099 17-10-2021 22:28
slametgudel dan 75 lainnya memberi reputasi
70
51.1K
889
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
papahmuda099
#176
Tombak Sakti
Rangkuman chapter sebelumnya
Disaat rombonganku sudah memasuki villa, ternyata kami harus menahan rasa kecewa. Karena ternyata, kami tidak bisa menemukan keberadaan Yusuf.
Karena jengkel dengan penjelasan pak ustadz, aku memutuskan untuk masuk kedalam kamar Yusuf. Disana aku hanya rebahan sambil melamun.
Dan tak disangka, sukmaku terpisah dari raga, dan menembus atap villa. Disini, aku bertemu dengan sosok siluman harimau milik bapak. Olehnya, aku kalau dibawa kesebuah tempat yang mirip dengan sebuah aula kerajaan tempo dulu.
Dan, disini aku bertemu dengan bapak...
*
"Bapak...,"Kataku heran dengan keberadaannya ditempat ini.

Aku lalu berjalan cepat kearahnya.
"Hahahaha...,"
Bapak tertawa melihatku.
Setelah mendekat, aku segera mencium tangannya.
"Kamu pasti heran, kenapa bapak ada disini, ya?" Tanya bapak.
Aku mengangguk.
"Hmm...," Bapak mendengus sebelum ia melanjutkan perkataannya.
"Oya, Reksodono gimana kabarnya? Dia baik-baik sama kamukan?" Tanya bapak.
Aku hanya bisa tersenyum. Bingung mau jawab apa. Aku lalu melirik kearah kyai Rekso yang hanya duduk diam diatas sebuah tiang yang rubuh.

"Udah gak usah diladenin. Nanti juga kamu terbiasa, Nang," kata bapak sambil menepuk-nepuk pundakku.
Aku hanya bisa mengangkat bahu.
Aku lalu kembali bertanya kepada bapak, "Oya, pap. Kenapa bapak bisa berada disini? Terus sekarang kita ada dimana?"
"Sekarang kita ada di villa tempat teman kamu berulah, Nang," jawab bapak.
"Hah?" Tanyaku kaget.

Bapak mengangguk.
Beliau kembali berkata sambil mengajakku berjalan. Akupun segera mengikuti langkah kakinya.
"Saat kamu telpon, bapak langsung meditasi. Meminta petunjuk kepada Allah. Terus, gak tau kenapa, bapak merasa kalau bapak harus datang ketempat kamu berada. Karena mustahil buat bapak datang secara fisik, maka bapak melakukan apa yang disebut Maraga Sukma. Dan alhamdulillahnya, antara bapak dengan kamu, punya hubungan yang khusus akibat bapak memakan ari-ari kamu pas kecil itu," kata bapak memulai penjelasannya.
Aku yang berjalan disampingnya hanya bisa mendengarkan dengan seksama. Sambil sesekali melompati batu-batu yang berserakan didepan kami.
"Berantakan banget," kataku dalam hati.
Sambil terus berjalan mengikuti bapak, mataku masih sempat jelalatan melihat-lihat keadaan villa yang kata bapak didekat dengan villa yang kami sewa.
Aku merasa ada yang janggal dengan keadaan ini. Kalau ini memang villa diwilayah itu, kenapa kok bisa luas dan juga lebar. Bahkan mungkin, besarnya ruangan ini sebesar gedung perkantoran!
mulustrasi

sumber mbah google
"Aneh...,"Gumamku pelan.
"Apa, jangan-jangan ini bukan bapak?" Tanyaku dalam hati sambil melirik kearahnya.
"Tapi tampangnya memang tampang bapak," kataku ragu.
"Kamu kenapa?" Tanya bapak yang melihatku sedang gelisah.
"Emm...," Aku sedikit ragu.
"Apa?" Desak bapak.
Aku menoleh dulu kearahnya. Sambil memastikan bahwa yang saat ini tengah berdiri di sampingku adalah benar bapak.
"Saya heran, kan tadi kata bapak ini adalah villa tempat teman saya berulah. Tapi yang saya lihat, kayaknya ini bukan didalam villa itu deh. Soalnya ini luas banget," kataku.
Bapak sontak tertawa mendengar pertanyaanku.

Setelah ia puas tertawa, beliau lalu menjawab pertanyaanku.
"Jadi gini, Nang. Di alam gaib, semuanya serba aneh dan tidak masuk di akal. Dan kalau bapak lebih jelaskan lagi, kita ini sekarang sedang berada didalam kamar mandi villa itu,"
"Yang bener?!" Tanyaku terkejut.
Bapak menganggukkan kepalanya.
Aku lalu memandangi keseluruhan tempat ini. Rasanya memang tak masuk di akal, bila tempat seluas dan semegah ini, hanyalah sebuah kamar mandi didunia manusia.
Setelah mencerna dan berpikir dengan matang. Aku akhirnya bisa menerima keanehan ini.
"Bahkan sebuah pohon pisang pun bisa menjadi rumah bagi sekelompok mahkluk halus," kataku dalam hati.
"Lalu, apa yang bapak lakukan ditempat ini?" Tanyaku.
Bukannya menjawab, bapak malah mengeluarkan sebuah bungkusan kain hitam dengan corak keemasan dari balik pakaiannya. Bapak lalu menyerahkan bungkusan itu.
Aku menerimanya dengan heran.
"Apalagi ini?" Tanyaku dalam hati.
Aku lalu mengamati bungkusan yang lumayan berat itu. Aku yakin, didalamnya ada sesuatu. Karena aku bisa merasakannya lewat telapak tangan. Panjangnya sekitar satu jengkal tanganku.
"Buka pelan-pelan," perintah bapak.
Aku segera melakukan perintahnya. Karena memang, aku juga penasaran dengan isi didalamnya.
Maka, dengan mengucapkan basmalah, aku perlahan membuka ikatan diujung kain itu.
Saat kubuka, hawa dingin tiba-tiba saja Menyeruak dan langsung masuk kedalam tubuhku lewat tangan yang memegang bungkusan kain itu.
Dalam sekejap, tubuhku langsung kaku tak bisa bergerak. Hawa yang sangat dingin langsung menguasai tubuhku dengan sangat cepat. Sampai-sampai, bibirku tidak sanggup kugerakan untuk meminta tolong kepada bapak.
Meskipun tubuhku tak bisa kugerakan, tetapi semua Indra yang kumiliki masih berfungsi dengan normal. Dengan jelas, terdengar suara bapak yang saat ini sedang tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha...!"

"Sial..., Jangan-jangan ini beneran bukan bapak," sesalku dalam hati sambil merutuki kebodohanku yang dengan mudahnya percaya.
Tapi, setelah puas tertawa. Bapak dengan santainya kembali merapikan bungkusan kain hitam itu dan mengambilnya kembali.
Sontak, hawa dingin yang tadinya menyelimuti seluruh tubuhku langsung menghilang begitu bungkusan kain itu bapak ambil.
Begitu bungkusan itu diambil, tubuhku langsung lemas dan terjungkal kebelakang. Nafasku ngos-ngosan seperti habis lari maraton.
Sambil mengelap keringat yang keluar, aku memandangi bapak yang masih tersenyum-senyum sendiri.
"Edan," kataku kesal karena sadar, bapak barusan mengerjai ku dengan benda tersebut.
"Hehehe...," Bapak tertawa kecil lalu ikut duduk di sampingku yang masih kehabisan tenaga.
"Capek?" Ledeknya.
"Bodo amat," kesalku.
"Hahaha...ngambek," ujarnya masih terus meledekku.
"Dasar orang tua,"
"Sori sori...," Kata bapak pada akhirnya.
"Hufft...," Aku menghela nafas sambil melirik kearah bungkusan kain yang ada ditangan bapak.
"Itu apaan, pap?" Tanyaku pada akhirnya.
"Ini...," Kata bapak sambil mengacungkan bungkusan kain ditangannya.
Aku mengangguk.
"Siluman ular buntung,"
"Hah?!" Tanyaku kaget.
Bapak mengangguk.
"Kok bisa?" Tanyaku lagi.
"Ya bisa, kan udah bapak kalahkan," jawabnya enteng.
"Ediaaannn...," Kataku takjub.

"Jadi, itu wujud asli dari siluman ular buntung yang jadi penguasa disini?" Tanyaku penuh semangat.
"Yoi, dan bapak sudah mengalahkannya," kata bapakku sombong.

Ingin kuambil dan kulihat lagi isi didalamnya. Tapi pengalamanku barusan mengajarkanku agar tidak sembarangan menyentuh barang gaib.
"Wujud aslinya di alam gaib memang siluman ular buntung, tetapi, bila sudah dialam manusia atau sudah ditundukkan. Maka ia akan kembali berubah sesuai dengan fungsinya. Nah, kalau yang ini," kata bapak sambil menunjukkan bungkusan kain hitam yang berisi kepala tombak jelmaan dari siluman ular buntung, "dia memang dialam kita berbentuk kepala tombak."

mulustrasi kepala tombak bree
"Lalu fungsinya?"Tanyaku penasaran.
Sebelum menjawab, bapak menghela nafasnya terlebih dahulu.
"Ini makhluk, bisa membunuh targetnya hanya dengan sekali hajar. Dan itu sangat berbahaya sekali," jawab bapak.
"Menghajar?" Tanyaku tak mengerti.

"Maksudnya gini, Nang. Kalau misalkan kamu ada yang jahatin, dan kamu punya tombak ini. Kamu cukup Sebut nama serta nama bin-nya. Dijamin, orang itu langsung meninggal dengan cepat. Tapi...," Kata bapak menggantung.
"Tapi...?" Ulangku.
"Jasadnya memang mati, tetapi ruhnya akan jadi budak dari siluman ular buntung ini," jawab bapak.
"Sampai kapan?" Tanyaku.
"Sampai ajalnya yang sudah ditentukan datang," kata bapak.
"Tapi...buat si penggunanya juga pasti ada akibatnya kan?" Tanyaku.
"Pasti," jawab bapak tegas, "nantinya, setiap kali tombak ini digunakan, itu akan mengurangi jumlah usianya selama beberapa bulan. Dan bila nantinya meninggal, maka si penggunanya juga akan menjadi budak dialam gaib selama waktu yang diambil."
"Widih...ngeri banget tuh," kataku ngeri.

"Makanya, sebelum ada yang ngambil, lebih baik bapak amanin dulu," kata bapak.
"Jangan disalahgunakan lho, pap," kataku mengingatkan.
"Paling nanti juga ini tombak bapak taruh di Indramayu, ditempat nenek kamu, Nang," kata bapak.
"Berarti barusan bapak berantem lawan siluman itu disini?" Tanyaku.
Bapak mengangguk.
"Sendirian?"
"Ya enggaklah, bapak juga bawa pasukan. Kan siluman ular buntung ini rajanya didaerah sini," jawab bapak.
"Widih...perang besar-besaran dong," kataku.
Bapak mengangguk.
"Tuh, dibagian dalam berantakan," tunjuk bapak kearah depanku.
Dan aku sangat terkejut melihat keadaan yang demikian parahnya. Sebuah aula yang tak kalah besarnya tampak berantakan bagaikan dilintasi oleh angin puting beliung. Semuanya tampak morat marit. Dan semakin kuperhatikan, semakin tampak jelas kerusakan itu.
"Tapi, kok sekarang cuman ada bapak doang disini?" Tanyaku.
"Pada kabur pas rajanya bapak kalahkan," jawab bapak.
"Lalu anak buah bapak?"
"Sebagian ada yang balik, sebagaian berjaga-jaga diluar area villa,"
Kami lalu terdiam.
Aku duduk sambil terus mengamati bungkusan yang bapak bawa. Yang katanya berisi kepala tombak perwujudan dari siluman ular buntung, penguasa wilayah ini.
Tiba-tiba saja, secercah ide muncul di benakku. Dan, ide itu langsung aku utarakan kepada bapak.
Secara singkat, aku menjelaskan bahwa saat ini, aku sedang mencari keberadaan dari temanku, Yusuf, yang ditahan oleh seorang penguasa gaib diwilayah kaki gunung Slamet. Dan tak lupa, aku juga menceritakan kronologis lengkapnya kenapa Yusuf sampai ditahan oleh mereka.
Setelah aku bercerita, bapak kemudian merenung sambil menatap bungkusan yang ia bawa.
"Dari ceritamu, apakah kamu berniat menggunakan siluman yang sudah bapak kalahkan ini untuk mengetahui dimana keberadaan dari temanmu itu?"
Aku mengangguk.
"Hmmm...agak susah sih. Karena biasanya, sesama makhluk gaib itu saling menghormati teritorial satu dengan yang lainnya. Apalagi jika ceritamu itu benar. Kalau si Yusuf, sudah membuat kekacauan disaat mereka melakukan acara Reunian sesama makhluk gaib. Antar kerajaan pula," kata bapak.
Mendengar itu, aku langsung lemas. Apakah memang nasib Yusuf sudah digariskan seperti ini? Entahlah.
Bapak yang melihatku lemas, segera menepuk pundakku kencang. Sampai-sampai aku terdorong dan jatuh.
"Kamu tenang aja, Nang. Kan disini udah ada bapak. Insya Allah, bapak akan bantu kamu," katanya sambil tersenyum.
Aku yang mendengar kalimatnya, langsung bersemangat.
"Ayo bangun, masa penerus bapak lemes gini. Nanti si Reksodono gak bakalan nurut sama kamu, Nang. Hahaha...,"
Akupun ikutan tersenyum.
"Kita siap-siap dulu. Sambil nunggu kedatangan seseorang," kata bapak.
"Siapa?" Tanyaku penasaran.
Dan...sebelum bapak menjawab pertanyaanku. Sebuah suara terdengar beruluk salam.
"Assalamualaikum...,"
***
sulkhan1981 dan 28 lainnya memberi reputasi
29
Tutup