Kaskus

Story

bayubiruuuuAvatar border
TS
bayubiruuuu
KKN DI LEMBAH MATAHARI (BASED ON TRUE STORY)

Prakata

Hai horror mania diforum tercinta, saya akan menceritakan salah satu pengalaman hidup yang tidak mungkin dilupakan oleh empunya cerita. Awal dari cerita ini, saya tak sengaja melihat teman-teman digrup SMA Angkatan saya memposting foto keindahan lokasi alam, keangkerannya serta banyakknya keganjilan disaat kegiatan KKN berlangsung. Sekian hari keributan semakin riuh di grup, banyak komen dari anggota grup Whatsapp membuat saya menjadi semakin penasaran, demi mengobati rasa penasaran itu akhirnya saya japri teman saya yang Upload foto-foto tersebut, sekian lama kami telp dan chat akhirnya saya tertarik dan ingin mempublish cerita ini.

Dengan perdebatan yang panjang dan alot akhirnya saya diizinkan tapi dengan berbagai kesepakatan dan sensor, Meski sebelumnya satu sekelompok mahasiswa ini tidak sepakat, padahal setelah kegiatan KKN itu berakhir semua anggota sebenarnya sudah menutup rapat-rapat salah satu kisah kelam mereka. Bahkan mereka tidak menceritakannya kepada teman dekat, keluarga, kelompok lain, dosen pembimbing dan kampus tempat mereka bernaung.

Memang kisah ini kedepan akan saya tulis ulang dengan detail, karena ketidak puasan saya menulis disebelah. Percaya atau tidak percaya tentang kisah ini saya kembalikan lagi pada para pembaca yang Budiman, karena setiap dithread-thread yang sudah saya tuliskan berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman orang-orang dekat saya. Kejadian yang sudah disampaikan teman-teman saya dan di tulis tanpa melebihkan serta mengurangi kejadian yang mereka alami dilapangan.

Sebelum saya tulis kisah ini, saya juga melakukan beberapa perjanjian dengan pemilik cerita. Demi kebaikan bersama nama, tokoh, tempat dan waktu saya samarkan. Jangan terlalu mengahayati cerita, karena mereka yang kalian bayangkan dan kalian perbincangkan dialam lain pasti akan merasakan juga. Yang paling penting ikuti Rules diforum ini. Ambil hikmahnya saja, mulai…

 

 

 

PROLOG

Demi apapun, Jangan pernah sekali-kali membicarakan mereka. Apabila darah berbalut lembaran kelopak bunga sudah tertumpah dilembah, aku takt ahu harus bicara apa? Dan aku sendiri tak tahu apa yang akan terjadi ? hanya tradisi yang bisa menjawab “MATI”

“KKN DI LEMBAH MATAHARI”

 




emoticon-Shakehand2JANGAN LUPA ? DITUNGGU emoticon-Rate 5 Star DIBURJO



KKN DI LEMBAH MATAHARI (BASED ON TRUE STORY)

INDEX


PART. 1

PART. 2

PART. 3

PART. 4

PART. 5

PART. 6

PART. 7

PART. 8

PART. 9

PART. 10. ABAH KANIGORO

PART. 11. BENGGOLO

PART. 12. PERUSUH MAKAM KERAMAT

PART. 13. MEREKA MULAI MENYAPA

PART. 14 MEREKA MULAI MENYAPA 2

Part. 15 KEBUN SAWI

PART. 16. PIPIT

PART. 17 LEDAKAN

PART. 18 DARAH BERBALUT KELOPAK BUNGA

PART. 19. KI BAWONO DAN NYAI RUSMINAH

PART. 20. TRANSPORTASI

PART. 21 MOTOR

PART. 22 PENGOBATAN GRATIS

PART. 23 MATI

PART. 24. Pak Rahmad

PART 25. PTSD

PART 26. HILANG

PART 27. BELATUNG

PART. 28. POSKO BARU

PART 29. ARUNG JERAM

PART 30. RYAN

PART 31. SOSOK DI JEMBATAN

PART 32. AYAM CEMANI

PART 33. KEARIFAN LOKAL
Diubah oleh bayubiruuuu 23-12-2021 10:22
ferist123Avatar border
arieaduhAvatar border
bebyzhaAvatar border
bebyzha dan 80 lainnya memberi reputasi
75
71.3K
513
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
bayubiruuuuAvatar border
TS
bayubiruuuu
#23
PART 9


Pagi menjelang, dingin udara masih sangat terasa sampai ke dalam rumah. Para mahasiswa dan mahasiswi masih sibuk bergumul dalam hangatnya selimut. Sedang mentari pagi belum menampakkan diri didusun matahari. Kabut putih yang masih pekat seakan tidak mau beranjak pergi meninggalkan posko KKN Ayub dkk. Suasana pagi di dusun matahari memanjakan para mahasiswa terlelap kelelahan berhiaskan mimpi.

Dipagi buta itu, belum terdengar warga berikhtiyar badani mencari rizki, karena memang masih terlalu pagi. Sampai sedikit demi sedikit di dalam posko mulai nampak tanda-tanda kehidupan, diawali bangunnya salah satu mahasiswi. Mahasiswi itu tanpa ke kemar mandi terlebih dahulu setelah bangun, dia berdiri diantara teman-temannya didalamkamar. Ia berdiri melihat semua mahasiswi masih terlelap dalam tidurnya, mahasiswi yang selalu ceria itu tanpa merasa sungkan ia langsung mengusik dengan suara kerasnya.

“Heeeyyyyyyyyyy semua.... Bangun banguuuunn....!!! sudah subuh... Ayok ke Masjid.”
Rosa dengan sura keras berteriak, baru setelahnya ia mondar mandir dari kamarnya, ruang tengah hingga depan kamar peserta pria untuk membangunkan semua anggota KKN.

Meskipun pagi buta itu, kumandang adzan tidak terdengar sama sekali atau mungkin tidak ada masjid di dusun ini, dihari pagi itu mereka semua belum ada informasi tentang hal ini.
Semakin lama rosa semakin jengkel, karena himbauannya tidak digubris. Sampai rosa terus dengan setia mengobrak-abrik seisi posko dengan suara lantangnya, dan suaranya semakin lama semakin menjadi – jadi.

“Apaan si Rosaaa...Pagi-pagi sudah teriak-teriak,” gerutu Indah dari dalam kamarnya.

“Indah, Rerey, Pipit, Agustin ayo bangun. Cepetan sana ke kamar mandi, mandi dulu!” perintah Rosa dengan keras sembari menarik selimut tebal yang membungkus mereka.

“Emmmm... iya... iya Ros. Bawel banget anak ini. Lihat... ini sudah bangun,” jawab Agustin yang langsung berdiri dan berjalan keluar menuju kamar mandi. Kemudian di ikuti Rerey dan Pipit, sedangkan Indah masih membereskan kamar.

Tiga mahasiswi itupun berjalan menuju pintu layaknya zombie dengan mata sedikit sayu dan langkahnya yang gontai. Agustin dan teman-temannya tidak langsung menuju kamar mandi, mereka berhenti dan bergerombol didepan kamar mandi. Mereka Menggerak-gerakkan badan, melemaskan otot-otot dan terpenting membuat mata mereka terbuka kembali. Senam pagi versi ngantuk terpaksa di jalani. Hingga Agustin melihat sosok hitam sedang duduk sendirian di samping rumah, karena hari masih gelap plus kabut putih pekat terlihat hanya bayangan samar.

“Heeyy.... apa itu?” ucap Agustin pelan dibalut ketakutan.

“Ada apa Tin?” tanya Rerey dan Pipit di rundung rasa penasaran.

“Husssh, jangan keras-keras. Lihat ke sana... seperti ada bayangan hitam duduk sendirian.” jelas Agustin sambil menunjuk ke arah sosok hitam tersebut.

“Aku kekamar mandi dulu ah” ucap Rerey pergi masuk kedalam kamar mandi dan meninggalkan kedua temannya.

Sosok tersebut sedang duduk menghadap barat di atas bangku terbuat dari bambu. Sosok hitam itu berada tepat disamping halaman belakang rumah, terlihat seperti manusia dari kejauan namun mereka tidak berani memastikan tentang apa yang ada didepannya. Suara mendengung terdengar samar-samar dari tempat sosok itu berada. Agustin dan pipit itu terdiam sejenak dengan diselimuti rasa takut dan penasaran, lalu mereka berjalan pelan mendekat sambil memandangi terus sosok itu dan siap melempar kerikil ke arahnya. Jantung mereka berdebar lebih cepat dari biasanya, dan mereka juga bersiap lari setelah melempar batu kerikil itu. Semakin dekat posisi mereka hingga sosok tersebut sadar dan menoleh ke arah mereka....

“Eh Agustin, sudah bangun?” sapa sosok hitam itu.

“Huuuhhh! Ternyata kamu Yub. Bikin kaget aja,” jawab Agustin sambil menghela nafas dan mengelus dada. Saat itu juga, kecepatan detak jantungnya mulai menurun.

“Ngapain kamu disitu?” tanya Agustin menaruh curiga.

“Istirahat, Teman teman yang lain kemana? Tadi sudah aku isi penuh bak mandinya,” jawab Ayub.

“Oooh...kirain. Lain kali pak ketua, kalau mau istirahat cari tempat yang agak terang. Jangan seperti itu, bikin takut saja.” sahut Pipit sedikit berapi-api.

Rerey yang baru dari kamar mandi berlari kecil ke arah pipit dan Agustinyang sudah berdiri bersama Ayub.

“Tapi...tadi yang ngisi bak mandi siapa ya? Kok sudah penuh semua?” tanya Rerey

“Hehehe…Aku Rey” jawab Ayub

“Terima kasih banyak pak ketua, sudah diisi penuh bak kamar mandinya,” ucap Rerey.

“Sama-sama,” jawab Ayub singkat. Kemudian dia bergegas masuk kedalam rumah.

Ketiga perempuan itu sedikit lega dan kembali ceria meneruskan senam pagi bersama. Selesai senam atau bisa dikatakan hanya peregangan, selesai itu satu-persatu bergantian mandi dan mengambil air wudhu. Selesai sholat dilanjut para mahasiswi ini sedikit merias diri. Kemudian mereka menuju dapur untuk memasak dan sekedar membuat kopi. Suasana dapur yang lama tak terpakai kini menggeliat hidup kembali.

“Indah... kita masak apa pagi ini? kalau bisa yang gampang-gampang saja ya” tanya Rosa

“Iya... masak mie saja biar bisa cepat sarapan …hehehe. Aku buat kopi dulu untuk teman-teman,” jawab Indah dengan senyuman manis di bibirnya.

Kelima mahasiswi mulai menyibukkan diri dengan memasak untuk sarapan pagi. Untungnya mereka membawa peralatan masak dan perbekalan sendiri. Rosa dan Rerey menyiapkan nasi, sedangkan Pipit dan Agustin menyiapkan lauk mie instan dengan sedikit variasi. Indah sebagai gadis asala parahyangan dengan cekatan memasak air dan membuat minuman untuk semua, kopi panas dan teh hangat.

Disaat bersamaan, kamar mandipun masih terus ramai. Dipakai mandi bergiliran oleh para mahasiswa. Tidak lupa juga mereka bergantian mengisi bak mandi menggunakan timba manual seperti olahraga pagi. Menaik-turunkan timba dengan seutas tali tambang yang sudah mengelupas hingga berkali-kali. Sehabis mandi, mereka langsung menuju ke ruang tamu untuk duduk dan berbincang-bincang menyusun strategi. Mereka mengobrol kesana kemari tanpa topik yang tersusun rapi, sedikit silang pendapat juga terus menghiasi. Diselipi ejekan menggoda Ayub tentang pandangan indah terhadap dirinya. Ditengah perbincangan itu, Indah menghampiri dan menyuguhkan beberapa gelas kopi.

“Eeeh... Indah. Makasih ya,” ucap Ayub sambil melirik paras cantik pembawa kopi.

“ehem…” dehem Roni sambal melirik Indah

“Sama-sama pak ketua, kamu gak papa kan Ron?” jawab Indah sedikit tersipu malu.

“Gak ndah, tenggorokanku cuma gatal kok?” elak Roni yang sebenarnya mengincar untuk mendekati Indah

“Iya gatal, habis keselek monas" celetuk bahdim yang agak jengkel dengan tingkah Roni

" Apaan sih kamu dim" sergah Roni

Keempat mahasiswa yang duduk hanya tersenyum kecut melihat tingkah Roni. begitu juga indah kembali ke dapur dengan senyum menahan malu.

Mereka berlima pun melanjutkan perbincangan dihari yang sempurna itu, ngobrol bersama sangat lengkap dengan didampingi kopi dan rokok. Bersamaan dengan itu asap rokok mulai terlihat melayang kesana-kemari. Sehabis menyeruput kopi, Bahdim beranjak dari duduknya dan pergi meyusul ke dapur. Bahdim sendiri memiliki sedikit keahlian memasak, seperti biasa dia mempraktekkannya saat dia di kost. Belum habis kopi di cangkir, panggilan dari ruang tengah terngiang nyaring ditelinga.

“Ayo... Sarapan sudah siap!” Teriak Rosa dengan kencang

Ayub, Roni, Riyan dan Joko melangkahkan kakinya menuju ke ruang tengah. Sajian makanan sederhana telah siap berjejer rapi di dalam wadah, di atas tikar pandan semua duduk melingkar. Piring mulai di putar dengan nasi hangat yang sudah berada diatasnya. Asap mengepul dari makanan, semakin menambah nafsu makan. Mereka mengambil sayur, lauk mie dan sambal sesuai kesukaan masing-masing untuk menambah selera. Mereka sarapan dengan lahab dan sangat menikmati setiap sendok makanananya. Tetapi ada juga yang tidak pakai sendok, langsung menggunakan jari-jemarinya.

Di tengah asyiknya mereka menikmati sarapan pagi itu, pipit membuka pembicaraan.

“Gimana pak ketua? Setelah ini kita ngapain?”

“Santai dulu Pit, makanannya dinikmati dulu baru setelah itu kita bahas lagi.”

“Ok pak ketua, sorry.”

Mereka melanjutkan makan pagi sampai selesai. Kemudian semua peserta KKN ikut membereskan sisa makanan, piring dan sebagainya untuk dibawa ke dapur bersama. Para mahasiswi menyelesaikan bersih-bersih dapur, sedangkan para mahasiswa menunggu di ruang tengah. Selang beberapa menit, semua mahasiswi sudah bergabung di ruang tengah.

“Ok teman-teman, setelah ini kita ke rumah pak Jatmiko dulu. Untuk sowan dan menanyakan siapa saja yang harus kita kunjungi hari ini. Karena menurutku acara silaturrohmi dan perkenalan diri ini sangat penting untuk mengawali kegiatan KKN disini,” terang Ayub kepada semua temannya.

“Wah ide bagus itu,” sahut Pipit.

“Ayo kita berangkat sekarang!” ajak Roni sambil beranjak dari duduknya.

Sebagian peserta KKN masuk kembali ke kamar masing-masing untuk mengambil buku catatan dan bolpoint, lalu memasukkannya ke dalam tas selempang kecil. Mereka keluar posko KKN dengan semangat baru dan terpenting perut mereka kenyang. Terlihat rona bahagia memancar di wajah mereka. Rasa kebersamaan mulai di bangun bersama dan sungguh terlihat harmonis. Berjalan bersama-sama meniti jalan dusun sambil menikmati pemandangan di dusun lembah dipagi hari. Sasaran pertama, Anak-anak KKN ini tertuju ke rumah pak Jatmiko sesuai rencana. Dari kejauhan sebelum memasuki halaman rumah, terlihat Bu Ratmi sedang menyapu halaman rumah yang luas dan halamannya penuh dengan tanaman bunga dan empon-empon (tanaman obat tradisional) disampingnya. Tak begitu lama, para peserta KKNpun sudah sampai di halaman rumah pak Kasun.

“Selamat pagi bu Ratmi,” sapa Rosa dengan lantang tapi sopan.

“Eh pagi Mbak, Mas. Pripun-pripun? monggo mlebet?” (Eh pagi Mbak, Mas. Gimana – gimana? Mari masuk.) pinta Bu Ratmi untuk mempersilahkan peserta KKN untuk masuk ke dalam rumahnya.

“Enggeh bu, maturnuwun” (Iya bu, terima kasih) jawab Ayub singat.
Merekapun berjalan pelan dibelakang bu Ratmi, mengikuti beliau hingga masuk kedalam rumah. Bu Ratmi mempersilahkan mereka untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu, lalu disusul bu Ratmi ikut duduk disamping mereka.

“Pak Kasun wonten ten ndalem bu?” (Pak kepala dusun ada dirumah bu) tanya Ayub.

“Bapak’e sampun bidal ten sabin Mas,” (Bapak sudah berangkat ke sawah mas) jawab Bu Ratmi dengan sopan.

“Pripun... Kulo damelaken anget-angetan riyen nggeh?” (Bagimana... Saya buatkan yang hangat-hangat dulu ya?) tanya bu Ratmi yang baik hati, menawarkan minuman hangat kepada semua tamunya.

“Mboten usah repot-repot bu. Niki wau nembeh mawon sarapan, matur nuwun,” (Tidak usah repot-repot bu. Tadi baru saja sarapan, terima kasih) jawab seluruh peserta KKN kompak.

“Ngeten bu. Kulo kalian rencang-rencang bade nyuwun saran mawon. Niki kan kulo kalean rencang-rencang bade silaturrohim, kinten-kinten ingkang dipuruki riyen sinten mawon?” (Begini bu. Saya dan teman-teman mau minta saran mawon. Sekarang saya dan teman-tema mau silaturrohmi, kira-kira yang didatangi dulu siapa saja) tanya Ayub.

“Oh ngonten, Nggih. Wau injing engast, sak derenge berangkat bapak’e pesen. Sampean sedanten dikengken sowan teng griyane Abah rumiyen. Amergi Abah niku, tiang ingkang paling disepuhaken ten dusun ngriki. Coro ngoten, Abah Kanigoro ten ngriki dados panutane tiang-tiang. Griyane Abah niku celak kok mas, sak mantune nglintangi lepen sebelah niku. Griyo panggung ingkang ageng piambak. Mantun niku sak kerso sampean mas, ten panggenane tanggi, nopo warga lintune pun mboten nopo-nopo.”(Oh begitu ya. Tadi pagi, sebelum berangkat bapak memberikan pesan. Kalian semua disuruh berkunjug ke rumahnya Abah dulu. Karena Abah itu, orang palih dituakan di dusun sini. Maksudnya, Abah Kanigoro menjadi panutan orang-orang. Rumahnya dekat mas, setelah melewati sungai sebelah itu. Rumah panggung yang besar sendiri, habis itu terserah anda mas, ke tempat tetangga, warga yang lain sudah tidak apa-apa)

“Oohh... Enggeh-enggeh buk. Matur sembah nuwun, kulo kalian rencang-rencang tak langsung ten griyane Abah riyen mawon nek ngoten.”( Ohh…iya bu. Terima kasih, saya sama teman-teman tak langsung ke rumah abah dulu kalua begitu).

“Sami-sami mas, monggo.” (Sama-sama mas, silahkan)

***

Araka
symoel08
sulkhan1981
sulkhan1981 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.