- Beranda
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
...
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++

Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 19:54
xue.shan dan 199 lainnya memberi reputasi
190
398.9K
12.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#704
Piknik...
Aku tertidur di sofa depan tv... Niat nonton tv malah ditonton tv.
Aku sedikit tersadar saat ada yang menyelimutiku, mengangkat kepalaku dan menyelipkan bantal di bawah kepalaku.
Bau harum tubuhnya menyeruak masuk dalam hidungku.
Ingin membuka mata, tapi berat banget mata ini untuk dibuka.
Entah siapa yang sedang berada di dekatku saat ini.
Sempat kudengar desah nafas halus di atas wajahku. Aku pengin membuka mata tapi rasanya ga enak hati.
Aku membiarkan saja, dan tetap berpura-pura tidur.
"Ji...Aji, terlalu lama aku menyimpan rasa ini padamu. Sejak kita pertama bertemu, bahkan hingga sampai saat ini aku tak bisa menghapus rasa ini."
Sebuah bisikan terdengar lirih di telingaku.
"Aku sedih Ji... Dulu aku berharap dapat memilikimu, namun kamu memilih Desi. Aku masih berharap hubunganmu dengan Desi berakhir cepat, namun ternyata sampai saat ini masih berlanjut.
Bahkan aku lihat semakin banyak cewe yang suka sama kamu..
Aku semakin terpuruk Ji... Aku ingin menjauh dan menghapus rasa ini, tapi hatiku menolak. Hatiku bersikeras menyimpan namamu. Lalu apa yang bisa aku lakukan Ji?" desisnya.
Lalu terdengar isak tertahan di dekatku...
Aku tetap pura pura tidur... Tapi otakku menganalisa. Dari kata-katanya, aku bisa menebak kalau dia adalah Zizah.
Ternyata, dia masih menyimpan rasa yang dulu pernah ada.
Kupikir dia sudah melupakan rasa itu sejak aku dan dia jarang sekali berjumpa.
Kemudian, kudengar langkah kaki nenjauh dariku...
Zizah sudah berlalu... Aku membuka mata dan termenung, merasa kasihan dan bersalah pada Zizah.
Tiba-tiba kudengar langkah kaki mendekat ke tempatku tidur..
Aku kembali memejamkan mata dan pura-pura tidur.
Langkah kaki itu semakin mendekat...semakin dekat...dan bertambah dekat, lalu brrhenti tepat di sampingku.
"Huft...kenapa sih aku masih suka sama kamu Ji? Padahal sudah banyak yang menembakku, tapi kenapa bayangmu tak hilang dari hatiku?"
Wah..si Zizah balik lagi nih... Kok ga tidur sih dia? Aku khan jadi tersiksa, harus pura-pura tidur...
"Ji...tahukah kamu akan perasaan yang selalu menghimpit jiwaku ini?" keluh Zizah lagi.
"Iya Zizah, aku tahu, dan aku juga merasakan hal yang sama denganmu!"kataku.
Eh...tunggu dulu... Perasaan aku diem aja deh. Kok ada suaraku yang kudengar?
"Benarkah itu Ji?" tanya Zizah.
"Benar Zizah, aku memang merasakan cinta yang sama denganmu!" jawab suaraku.
Ada yang aneh nih... Siapa sih yang suaranya mirip denganku?
"Bagaimana dengan mbak Desi?"
"Aku akan segera memecatnya...!"
What...??? Memecat? Kayak pegawai aja.
"Oh...Ji... Aku begitu bahagia mendengarnya! Berjanjilah padaku untuk memecat Desi...!"
Ini Zizah kok ikutan bicara ga karuan gitu sih? Apa Menik menyamar jadi diriku dan mengelabuhi Zizah? Wah..bisa kacau kalau begitu.
Dengan penuh rasa penasaran,.aku membuka mataku.
Dan apa yang kulihat...?
Mudah ditebak...
Tampak Kurnia dan Menik sedang berperan sebagai aku dan Azizah.
Menik sebagai aku, sementara Kurnia sebagai Azizah.
Hanya suara mereka yang dibuat mirip, tapi wujud mereka tetap wujud Menik dan Kurnia.
Diampuuttt.... Kena aku dikerjain dua abg centil ini...
Keterlaluan isengnya dua bocah ini deh...
Membuatku sport jantung karena menduga yang bukan-bukan.
Aku bangkit dan duduk di sofa...
"Kalian ini ngapain sih? Pakai niru-niru Azizah segala?"
"Hihihi...abisnya, tadi waktu Azizah kesini, mas Aji pura-pura tidur. Makanya kami berdua berniat ngerjain mas Aji...!"
"Duh...kalian ini, bercandanya jelek tahu? Bikin aku mikir yang enggak-enggak. Aku pikir kamu pura-pura jadi aku dan memberi harapan palsu pada Zizah."
"Ya ga mungkin lah mas... Kita juga tahu batas kok. Kalau emang mau gitu, tadi waktu Azizah ke sini, aku bakal nyamar jadi mas Aji!" sahut Menik.
"Huft...syukurlah.. Aku udah takut aja tadi. Apalagi waktu kamu bilang ke Zizah kalau aku bakal memecat Desi...!"
"Hahaha...!" mereka ketawa tergelak.
"Untung saja bukan Zizah beneran... Jadi aku ga bakalan ditagih janjiku...!"
'Hihi...paling enggak kita sukses ngerjain mas Aji ya Kur?"
"Aden Aji... Aku cuma nurutin maunya putri Menik lho. Aku ga tahu apa-apa!" kata Kurnia membela diri.
"Sudahlah... Yang penting ga ada yang dirugikan, sekarang aku mau tidur lagi...!" kataku sambil berbaring lagi.
Esoknya aku terbangun oleh suara adzan subuh. Segera aku bangun dan ke kamar mandi.
Setelah berwudhu, langsung sholat subuh.
Selesai sholat subuh, sudah tersedia kopi panas beserta gorengan yang menarik hati. Disertai senyum manis 3 gadis cantik yang tampak segar pagi itu.
"Gimana tidurnya semalam? Nyenyak?" tanya Rania.
"Alhamdulillah, enak banget tidurku. Ga tahu siapa yang nyelimutin aku!" kataku
"Tuh...!" kata Rania sambil menunjuk Azizah.
"Kenapa tidur di sofa? Khan sudah disediakan kamar tamu?" lanjut Rania.
"Hehe...ketiduran waktu lihat TV...!" jawabku.
"Lo emang pelor kok Ji... Begitu nempel langsung molor...!" kata Zizah.
Aku hanya bisa nyengir sambil garuk-garuk kepala.
Sementara tiga gadis itu ketawa ngakak....
"Kita mau pulang jam berapa?" tanyaku pada Azizah.
"Ntar sore... Abis ashar...!" jawabnya.
"Kok ga pagi ini aja sih?" tanyaku.
"Ga boleh.... Pagi ini kita mau ajak kamu bertamasya di tempat wisata di kota ini...!" sahut Rania.
'Iya mas .. Sekalian kita jalan-jalan... Dah lama aku ga jalan2 ke tempat wisata!" sambung Laras.
Wah...naga-naganya bakal disuruh jadi kuli angkut barang lagi nih...
Tapi mana bisa 1 orang melawan 3 orang... Jelas kalah telak, alias ga bisa nolak.... Haddeeehhhh...
Maka pagi itu, sehabis mandi dan sarapan, dengan diantar pak sopir, aku dan Zizah diajak kakak beradik itu menuju sebuah tempat wisata.
Jalan menuju tempat ito banyak tanjakan dan berkelok-kelok.
Iseng aku bertanya pada dua kakak beradik itu.
"Kalian sudah sering ke tempat yang kita tuju sekarang ini?"
"Lumayan sering mas... Biasanya sama ayah dan ibu!" Laras yang menyahut.
"Kalau begitu... Kalian tahu dong, ada berapa belokan sampai ke tempat tujuan?" tanyaku.
"Ah...pertanyaanmu aneh Ji. Kita mana pernah ngitung jumlah belokan...?" sahut Rania.
"Kan bisa dibayangin dan dihitung...!" kataku.
Dua gadis itu kemudian memejamkan matanya...mungkin sedang membayangkan jalan menuju ke tempat wisata itu dan menghitung jumlah belokannya...
"Ah...aku menyerah. Banyak banget belokannya...!" kata Laras.
"Iya...aku juga menyerah, ga bisa ngitung...!"sambung Rania.
"Ah...masa menyerah. Aku yang belum pernah kesini aja tahu jumlah belokan di sini kok...!" kataku.
"Wah...ga heran sih. Kamu kan orang aneh.... Pasti nanya sama makhluk ghaib ya? Atau lewat penerawangan?"tanya Rania.
"Ga gitu juga kali... Aku cuma pakai logika kok."
"Trus, menurut logika lo, berapa banyak belokan di sini?" Zizah ikut nimbrung. Penasaran juga dia nampaknya.
"Menurut logika yang aku tahu, belokan di sini cuma ada 2 belokan. Belok kanan dan belok kiri....!" kataku sambil nyengir..
"AJJJIIIIIII...........!" mereka semua serentak melotot padaku.
Ahaha....lumayan juga bisa ngerjain cewe2 cantik itu.
Siapa tahu dengan candaan garing yang kupunya, bakal bikin mereka ingat kalau pernah jalan bareng cowo ganteng bernama Aji....
(Reader langsung ambil bata buat dilemparin ke aku....!!!!)
Tak terasa, sampailah kami ke tempat tujuan. Tapi untuk memcapai spot yang dituju, kami harus berjalan kaki selama 30 menit, begitu kata Rania.
"Kamu kuat jalan segitu lama Ran? Kan kamu baru sembuh?"tanya Zizah.
"Tenang aja.. Aku dah sehat kok. Kalau ga kuat, kan ada kalian yang menjagaku...!" sahut Rania.
Hari minggu, jalan setapak yang menuju tempat wisata itu lumayan ramai. Banyak anak muda yang berjalan di sekitar kami.
Tampaknya tempat wisata itu cukup menarik, terbukti banyak pengunjungnya...
Di tengah perjalanan, Rania tampak melemah. Nafasnya ngos-ngosan, dan jalannya terhuyung-huyung.
Tampaknya, fisiknya belum pulih total. Aku mengajak meteka untuk berostirahat sejenak di pinggir jalan setapak itu.
Setelah beristirahat selama 10 menit, kami berniat melanjutkan perjalanan. Tapi Rania tampaknya belum mampu berjalan sendiri.
Sebagai seorang pendekar yang baik....
, aku menawarkan diri untuk menggendong Rania.
Rania berkali-kali menolak, mungkin malu. Tapi setelah didesak oleh Azizah dan Laras, akhirnya mau juga...
Dengan malu-malu Rania naik ke punggungku. Lalu kami mulai berjalan lagi... Jalanan yang sedikit menanjak, membuatku merasakan berat Rania seperti bertambah. Dengan diam-diam, aku menyalurkan tenaga dalam mengitari tubuhku untuk menambah kekuatanku.
Dengan pengerahan tenaga dalam...aku tidak terlalu merasakan berat tubuh Rania di punggungku, sehingga aku bisa berjalan seolah tanpa beban.
Sesampainya di tempat tujuan...aku menganga takjub melihat pemandangan yang sangat indah...
Sangat memikat hati....
Nampak sebuah air terjun yang menjulang tinggi, dengan air yang jatuh di sebuah telaga berbatu lalu membentuk sebuah aliran sungai kecil yang jernih.
Tempat itu dikelilingi oleh aneka flora yang indah dan rimbun, seolah tertata rapi dengan tatanan yang sangat sempurna.
Maha Suci Allah dengan segala kuasanya....
Begitu indah alam ciptaanMU ya Allah...
'Ehm...ehm...!" kudengar sebuah deheman di belakangku.
Aku sedikit tersadar saat ada yang menyelimutiku, mengangkat kepalaku dan menyelipkan bantal di bawah kepalaku.
Bau harum tubuhnya menyeruak masuk dalam hidungku.
Ingin membuka mata, tapi berat banget mata ini untuk dibuka.
Entah siapa yang sedang berada di dekatku saat ini.
Sempat kudengar desah nafas halus di atas wajahku. Aku pengin membuka mata tapi rasanya ga enak hati.
Aku membiarkan saja, dan tetap berpura-pura tidur.
"Ji...Aji, terlalu lama aku menyimpan rasa ini padamu. Sejak kita pertama bertemu, bahkan hingga sampai saat ini aku tak bisa menghapus rasa ini."
Sebuah bisikan terdengar lirih di telingaku.
"Aku sedih Ji... Dulu aku berharap dapat memilikimu, namun kamu memilih Desi. Aku masih berharap hubunganmu dengan Desi berakhir cepat, namun ternyata sampai saat ini masih berlanjut.
Bahkan aku lihat semakin banyak cewe yang suka sama kamu..
Aku semakin terpuruk Ji... Aku ingin menjauh dan menghapus rasa ini, tapi hatiku menolak. Hatiku bersikeras menyimpan namamu. Lalu apa yang bisa aku lakukan Ji?" desisnya.
Lalu terdengar isak tertahan di dekatku...
Aku tetap pura pura tidur... Tapi otakku menganalisa. Dari kata-katanya, aku bisa menebak kalau dia adalah Zizah.
Ternyata, dia masih menyimpan rasa yang dulu pernah ada.
Kupikir dia sudah melupakan rasa itu sejak aku dan dia jarang sekali berjumpa.
Kemudian, kudengar langkah kaki nenjauh dariku...
Zizah sudah berlalu... Aku membuka mata dan termenung, merasa kasihan dan bersalah pada Zizah.
Tiba-tiba kudengar langkah kaki mendekat ke tempatku tidur..
Aku kembali memejamkan mata dan pura-pura tidur.
Langkah kaki itu semakin mendekat...semakin dekat...dan bertambah dekat, lalu brrhenti tepat di sampingku.
"Huft...kenapa sih aku masih suka sama kamu Ji? Padahal sudah banyak yang menembakku, tapi kenapa bayangmu tak hilang dari hatiku?"
Wah..si Zizah balik lagi nih... Kok ga tidur sih dia? Aku khan jadi tersiksa, harus pura-pura tidur...

"Ji...tahukah kamu akan perasaan yang selalu menghimpit jiwaku ini?" keluh Zizah lagi.
"Iya Zizah, aku tahu, dan aku juga merasakan hal yang sama denganmu!"kataku.
Eh...tunggu dulu... Perasaan aku diem aja deh. Kok ada suaraku yang kudengar?
"Benarkah itu Ji?" tanya Zizah.
"Benar Zizah, aku memang merasakan cinta yang sama denganmu!" jawab suaraku.
Ada yang aneh nih... Siapa sih yang suaranya mirip denganku?
"Bagaimana dengan mbak Desi?"
"Aku akan segera memecatnya...!"
What...??? Memecat? Kayak pegawai aja.
"Oh...Ji... Aku begitu bahagia mendengarnya! Berjanjilah padaku untuk memecat Desi...!"
Ini Zizah kok ikutan bicara ga karuan gitu sih? Apa Menik menyamar jadi diriku dan mengelabuhi Zizah? Wah..bisa kacau kalau begitu.
Dengan penuh rasa penasaran,.aku membuka mataku.
Dan apa yang kulihat...?
Mudah ditebak...
Tampak Kurnia dan Menik sedang berperan sebagai aku dan Azizah.
Menik sebagai aku, sementara Kurnia sebagai Azizah.
Hanya suara mereka yang dibuat mirip, tapi wujud mereka tetap wujud Menik dan Kurnia.
Diampuuttt.... Kena aku dikerjain dua abg centil ini...
Keterlaluan isengnya dua bocah ini deh...
Membuatku sport jantung karena menduga yang bukan-bukan.
Aku bangkit dan duduk di sofa...
"Kalian ini ngapain sih? Pakai niru-niru Azizah segala?"
"Hihihi...abisnya, tadi waktu Azizah kesini, mas Aji pura-pura tidur. Makanya kami berdua berniat ngerjain mas Aji...!"
"Duh...kalian ini, bercandanya jelek tahu? Bikin aku mikir yang enggak-enggak. Aku pikir kamu pura-pura jadi aku dan memberi harapan palsu pada Zizah."
"Ya ga mungkin lah mas... Kita juga tahu batas kok. Kalau emang mau gitu, tadi waktu Azizah ke sini, aku bakal nyamar jadi mas Aji!" sahut Menik.
"Huft...syukurlah.. Aku udah takut aja tadi. Apalagi waktu kamu bilang ke Zizah kalau aku bakal memecat Desi...!"
"Hahaha...!" mereka ketawa tergelak.
"Untung saja bukan Zizah beneran... Jadi aku ga bakalan ditagih janjiku...!"
'Hihi...paling enggak kita sukses ngerjain mas Aji ya Kur?"
"Aden Aji... Aku cuma nurutin maunya putri Menik lho. Aku ga tahu apa-apa!" kata Kurnia membela diri.
"Sudahlah... Yang penting ga ada yang dirugikan, sekarang aku mau tidur lagi...!" kataku sambil berbaring lagi.
Esoknya aku terbangun oleh suara adzan subuh. Segera aku bangun dan ke kamar mandi.
Setelah berwudhu, langsung sholat subuh.
Selesai sholat subuh, sudah tersedia kopi panas beserta gorengan yang menarik hati. Disertai senyum manis 3 gadis cantik yang tampak segar pagi itu.
"Gimana tidurnya semalam? Nyenyak?" tanya Rania.
"Alhamdulillah, enak banget tidurku. Ga tahu siapa yang nyelimutin aku!" kataku
"Tuh...!" kata Rania sambil menunjuk Azizah.
"Kenapa tidur di sofa? Khan sudah disediakan kamar tamu?" lanjut Rania.
"Hehe...ketiduran waktu lihat TV...!" jawabku.
"Lo emang pelor kok Ji... Begitu nempel langsung molor...!" kata Zizah.
Aku hanya bisa nyengir sambil garuk-garuk kepala.
Sementara tiga gadis itu ketawa ngakak....
"Kita mau pulang jam berapa?" tanyaku pada Azizah.
"Ntar sore... Abis ashar...!" jawabnya.
"Kok ga pagi ini aja sih?" tanyaku.
"Ga boleh.... Pagi ini kita mau ajak kamu bertamasya di tempat wisata di kota ini...!" sahut Rania.
'Iya mas .. Sekalian kita jalan-jalan... Dah lama aku ga jalan2 ke tempat wisata!" sambung Laras.
Wah...naga-naganya bakal disuruh jadi kuli angkut barang lagi nih...

Tapi mana bisa 1 orang melawan 3 orang... Jelas kalah telak, alias ga bisa nolak.... Haddeeehhhh...
Maka pagi itu, sehabis mandi dan sarapan, dengan diantar pak sopir, aku dan Zizah diajak kakak beradik itu menuju sebuah tempat wisata.
Jalan menuju tempat ito banyak tanjakan dan berkelok-kelok.
Iseng aku bertanya pada dua kakak beradik itu.
"Kalian sudah sering ke tempat yang kita tuju sekarang ini?"
"Lumayan sering mas... Biasanya sama ayah dan ibu!" Laras yang menyahut.
"Kalau begitu... Kalian tahu dong, ada berapa belokan sampai ke tempat tujuan?" tanyaku.
"Ah...pertanyaanmu aneh Ji. Kita mana pernah ngitung jumlah belokan...?" sahut Rania.
"Kan bisa dibayangin dan dihitung...!" kataku.
Dua gadis itu kemudian memejamkan matanya...mungkin sedang membayangkan jalan menuju ke tempat wisata itu dan menghitung jumlah belokannya...
"Ah...aku menyerah. Banyak banget belokannya...!" kata Laras.
"Iya...aku juga menyerah, ga bisa ngitung...!"sambung Rania.
"Ah...masa menyerah. Aku yang belum pernah kesini aja tahu jumlah belokan di sini kok...!" kataku.
"Wah...ga heran sih. Kamu kan orang aneh.... Pasti nanya sama makhluk ghaib ya? Atau lewat penerawangan?"tanya Rania.
"Ga gitu juga kali... Aku cuma pakai logika kok."
"Trus, menurut logika lo, berapa banyak belokan di sini?" Zizah ikut nimbrung. Penasaran juga dia nampaknya.
"Menurut logika yang aku tahu, belokan di sini cuma ada 2 belokan. Belok kanan dan belok kiri....!" kataku sambil nyengir..
"AJJJIIIIIII...........!" mereka semua serentak melotot padaku.
Ahaha....lumayan juga bisa ngerjain cewe2 cantik itu.
Siapa tahu dengan candaan garing yang kupunya, bakal bikin mereka ingat kalau pernah jalan bareng cowo ganteng bernama Aji....

(Reader langsung ambil bata buat dilemparin ke aku....!!!!)

Tak terasa, sampailah kami ke tempat tujuan. Tapi untuk memcapai spot yang dituju, kami harus berjalan kaki selama 30 menit, begitu kata Rania.
"Kamu kuat jalan segitu lama Ran? Kan kamu baru sembuh?"tanya Zizah.
"Tenang aja.. Aku dah sehat kok. Kalau ga kuat, kan ada kalian yang menjagaku...!" sahut Rania.
Hari minggu, jalan setapak yang menuju tempat wisata itu lumayan ramai. Banyak anak muda yang berjalan di sekitar kami.
Tampaknya tempat wisata itu cukup menarik, terbukti banyak pengunjungnya...
Di tengah perjalanan, Rania tampak melemah. Nafasnya ngos-ngosan, dan jalannya terhuyung-huyung.
Tampaknya, fisiknya belum pulih total. Aku mengajak meteka untuk berostirahat sejenak di pinggir jalan setapak itu.
Setelah beristirahat selama 10 menit, kami berniat melanjutkan perjalanan. Tapi Rania tampaknya belum mampu berjalan sendiri.
Sebagai seorang pendekar yang baik....
, aku menawarkan diri untuk menggendong Rania.Rania berkali-kali menolak, mungkin malu. Tapi setelah didesak oleh Azizah dan Laras, akhirnya mau juga...
Dengan malu-malu Rania naik ke punggungku. Lalu kami mulai berjalan lagi... Jalanan yang sedikit menanjak, membuatku merasakan berat Rania seperti bertambah. Dengan diam-diam, aku menyalurkan tenaga dalam mengitari tubuhku untuk menambah kekuatanku.
Dengan pengerahan tenaga dalam...aku tidak terlalu merasakan berat tubuh Rania di punggungku, sehingga aku bisa berjalan seolah tanpa beban.
Sesampainya di tempat tujuan...aku menganga takjub melihat pemandangan yang sangat indah...
Sangat memikat hati....
Nampak sebuah air terjun yang menjulang tinggi, dengan air yang jatuh di sebuah telaga berbatu lalu membentuk sebuah aliran sungai kecil yang jernih.
Tempat itu dikelilingi oleh aneka flora yang indah dan rimbun, seolah tertata rapi dengan tatanan yang sangat sempurna.
Maha Suci Allah dengan segala kuasanya....
Begitu indah alam ciptaanMU ya Allah...
'Ehm...ehm...!" kudengar sebuah deheman di belakangku.
arinu dan 65 lainnya memberi reputasi
66
Tutup