- Beranda
- Stories from the Heart
KKN DI LEMBAH MATAHARI (BASED ON TRUE STORY)
...
TS
bayubiruuuu
KKN DI LEMBAH MATAHARI (BASED ON TRUE STORY)
Prakata
Hai horror mania diforum tercinta, saya akan menceritakan salah satu pengalaman hidup yang tidak mungkin dilupakan oleh empunya cerita. Awal dari cerita ini, saya tak sengaja melihat teman-teman digrup SMA Angkatan saya memposting foto keindahan lokasi alam, keangkerannya serta banyakknya keganjilan disaat kegiatan KKN berlangsung. Sekian hari keributan semakin riuh di grup, banyak komen dari anggota grup Whatsapp membuat saya menjadi semakin penasaran, demi mengobati rasa penasaran itu akhirnya saya japri teman saya yang Upload foto-foto tersebut, sekian lama kami telp dan chat akhirnya saya tertarik dan ingin mempublish cerita ini.
Dengan perdebatan yang panjang dan alot akhirnya saya diizinkan tapi dengan berbagai kesepakatan dan sensor, Meski sebelumnya satu sekelompok mahasiswa ini tidak sepakat, padahal setelah kegiatan KKN itu berakhir semua anggota sebenarnya sudah menutup rapat-rapat salah satu kisah kelam mereka. Bahkan mereka tidak menceritakannya kepada teman dekat, keluarga, kelompok lain, dosen pembimbing dan kampus tempat mereka bernaung.
Memang kisah ini kedepan akan saya tulis ulang dengan detail, karena ketidak puasan saya menulis disebelah. Percaya atau tidak percaya tentang kisah ini saya kembalikan lagi pada para pembaca yang Budiman, karena setiap dithread-thread yang sudah saya tuliskan berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman orang-orang dekat saya. Kejadian yang sudah disampaikan teman-teman saya dan di tulis tanpa melebihkan serta mengurangi kejadian yang mereka alami dilapangan.
Sebelum saya tulis kisah ini, saya juga melakukan beberapa perjanjian dengan pemilik cerita. Demi kebaikan bersama nama, tokoh, tempat dan waktu saya samarkan. Jangan terlalu mengahayati cerita, karena mereka yang kalian bayangkan dan kalian perbincangkan dialam lain pasti akan merasakan juga. Yang paling penting ikuti Rules diforum ini. Ambil hikmahnya saja, mulai…
PROLOG
Demi apapun, Jangan pernah sekali-kali membicarakan mereka. Apabila darah berbalut lembaran kelopak bunga sudah tertumpah dilembah, aku takt ahu harus bicara apa? Dan aku sendiri tak tahu apa yang akan terjadi ? hanya tradisi yang bisa menjawab “MATI”
“KKN DI LEMBAH MATAHARI”
JANGAN LUPA ? DITUNGGU
DIBURJO
INDEX
PART. 1
PART. 2
PART. 3
PART. 4
PART. 5
PART. 6
PART. 7
PART. 8
PART. 9
PART. 10. ABAH KANIGORO
PART. 11. BENGGOLO
PART. 12. PERUSUH MAKAM KERAMAT
PART. 13. MEREKA MULAI MENYAPA
PART. 14 MEREKA MULAI MENYAPA 2
Part. 15 KEBUN SAWI
PART. 16. PIPIT
PART. 17 LEDAKAN
PART. 18 DARAH BERBALUT KELOPAK BUNGA
PART. 19. KI BAWONO DAN NYAI RUSMINAH
PART. 20. TRANSPORTASI
PART. 21 MOTOR
PART. 22 PENGOBATAN GRATIS
PART. 23 MATI
PART. 24. Pak Rahmad
PART 25. PTSD
PART 26. HILANG
PART 27. BELATUNG
PART. 28. POSKO BARU
PART 29. ARUNG JERAM
PART 30. RYAN
PART 31. SOSOK DI JEMBATAN
PART 32. AYAM CEMANI
PART 33. KEARIFAN LOKAL
Diubah oleh bayubiruuuu 23-12-2021 10:22
bebyzha dan 80 lainnya memberi reputasi
75
71.3K
513
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
bayubiruuuu
#3
PART 3
Selasa pagi sesuai perjanjian dengan anggota kelompok KKN lainnya, Ayub dan teman-teman bertemu di depan gedung serbaguna kampus untuk persipan mengikuti kegiatan pelepasan KKN. Wajib berpakaian rapi dan memakai jas almamater kebanggaan, para mahasiswa peserta KKN berdatangan ke tempat acara. Ayub dan peserta KKN lainnya masuk ke gedung serba guna dan menempati tempat sesuai dengan nomor kelompoknya.
Jam 9 tepat acara akan dimulai, namun sayang molor 15 menit dari jadwal semula. Satu persatu pimpinan kampus memberikan sambutan dan pengarahan tentang pelaksanaan KKN. Intinya seluruh peserta KKN harus bisa menjaga nama baik almamater dan menjadi agent of change ditempat mereka mengabdi nantinya. Mengabdi kepada masyarakat secara langsung untuk mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai kehidupan di masyarakat dan tentu saja tidak bisa didapatkan di kampus.
Belum sampai jam 10, acara pelepasan KKN diselipi sedikit pembekalan formalitas ditutup dengan kata simbolis dari pimpinan kampus. Salah satu panita maju ke panggung dan memberi pengumuman. “Mohon perhatian! Para peserta KKN silahkan membentuk pengurus kelompok masing-masing. Setelah itu, diharap langsung menghubungi DPL untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut. Terima Kasih”.
Para peserta KKN masih belum beranjak dari tempatnya, karena mereka harus memilih pengurus kelompok. Mulai dari ketua, sekretaris dan bendahara demi kelancaran pelaksanaan KKN di lapangan. Begitu juga dengan kelompoknya Ayub dan Bahdim. Mereka sudah duduk membentuk formasi lingkaran kecil, sehingga ada banyak lingkaran dalam gedung serba guna kampus pagi itu.
Mereka saling bertatap mata dan bahkan memalingkan muka hanya untuk menghindari jabatan sebagai pengurus. Para mahasiswa yang sudah melingkar ini rata – rata enggan menjadi ketua, karena jiwa mereka lebih memilih sikap oportunis, padahal kegiatan ini bertujuan untuk membangun jiwa primodialsme mereka. Satu alasan bagi kemompok ini, mereka tidak mau terjerembab dalam tanggung jawab besar dan yang terkadang menuntut mereka selalu menjadi pintar. Saling tunjuk agar bersedia diangkat menjadi ketua terus berlarut-larut hingga tidak ada kata sepakat. Indah menundukkan kepalanya dan memberanikan diri bersuara dengan keras. “Ayub saja ketuanya”.
Sosok Ayyub selama ini terkenal Mahasiswa egois, misterius, cerdas, cuek tapi bertanggung jawab dari fakultas psikologi banyak dilirik dan di berbincangkan dalam kelompok ini. Pertimbangan yang paling menonjol adalah kecerdasan yang ia punya, apalagi kebiasaannya yang suka berbagi ini akhirnya membuat dia dijadikan kandidat terkuat sebagai ketua kelompok KKN. Padahal sebelumnya berkali-kali ia menolak, tapi apa daya semua teman baru dikelompoknya menyudutkannya hingga dia pun terpaksa bersedia.
“Iya, saya setuju...” Suara lantang Bahdim memecah kesunyian.
“Setuju!” sahut semua anggota kelompok dengan serentak.
Kesepakatan pun didapat hari itu, ayub sah menjadi ketua kelompok KKN untuk tiga bulan kedepan. Kini beban berat harus diemban untuk bertanggung jawab atas semua anggotanya. Mulai saat itu kebiasan Ayub yang suka menyendiri terpaksa harus dikurangi.
Selepas pemilihan pengurus kelompok, semua kelompok harus menemui Dosen Pembimbing Lapangan masing-masing. Sebagian dosen menggunakan gedung serba guna dan sebagian lagi, tidak tahu berapa orang, minta bertemu di tempat mereka bekerja. Setiap kelompok harus cepat menemui dosen pembimbing karena kegiatan penyerahan peserta KKN dilaksanakan besuk Rabu jam 10.00 pagi di kecamatan masing-masing didampingi oleh DPL. Kemudian semua mahasiswa membubarkan diri dan mencari DPLnya masing-masing untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut.
Kelompok Ayub bergegas mencari DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) mereka, Bapak Rahmad, M.Si. Setiap DPL biasanya membimbing lebih dari satu kelompok, namun masih dalam satu desa. Selain kelompok Ayub, ada 3 kelompok lagi yang menjadi tanggung jawab pak Rahmad. Lokasi KKN kami di sebuah desa dan terbagi menjadi empat titik lokasi KKN. Pak Rahmad meminta semua mahasiswa bimbinganya, menemui beliau di Fakultas. Empat kelompok bimbingan pak Rahmad langsung menuju fakultas dimana pak Rahmat berada dan sudah ditunggu beliau di ruang pertemuan.
“Ayo... silahkan masuk. Langsung duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing!” ucap pak Rahmad mempersilahkan semua mahasiswa masuk.
“Baik bapak... terima kasih,” jawab kami.
Acara pengarahan langsung dimulai. Pak Rahmad menjelaskan secara detail apa saja yang perlu dipersiapkan, mulai dari proker (program kerja) kelompok dan individu sampai dengan peralatan serta bekal yang harus dibawa, kompor, peralatan masak dan makan, serta bahan makanan untuk bekal 1 bulan. Seluruh mahasiswa sangat serius mengikuti pengarahan tersebut sembari nenulis beberapa hal penting, beberapa menulis diatas selembar kertas dan sebagian lagi di smartphone. Selain itu, persiapan berangkat menuju ke kecamatan dan dan lokasi esok haripun tak lepas dari bahasan.
Kumandang suara adzan dhuhur menggema, pak rahmad langsung mengakhiri sesi pengarahan dan mempersilahkan para mahasiswa untuk melakukan koordinasi sendiri sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Pesan terpenting Pak Rahmad adalah semua mahasiswa harus berkumpul di kampus jam 11 malam, karena sebelum dini hari kontingen KKN berangkat menuju ke tempat tujuan.
“Jangan lupa persiapkan semua dengan baik dan semoga sukses” Pak Rahmad berdiri dan meninggalkan ruangan.
Tepat dini hari, rombongan bis pengantar mahasiswa KKN meninggalkan parkiran kampus menuju ke lokasi tujuan. Ara-arakan kereta besi menyusuri jalanan kota yang sepi. Sesaat setelah meninggalkan batas kota, baru terlihat beberapa kendaraan mengaspal dan lalu lalang. Deru mesin bis menerobos pekatnya kabut pagi di daerah pegunungan arah menuju lokasi KKN. Hawa dingin membabi buta menyelinap kokohnya kereta besi dan terus menembus hingga ke tulang. Para penumpang, mahasiswa peserta KKN, mendekap erat tas di dada sebagai asa mengurangi keganasan dinginnya pagi berselimut kabut. Suara mesin diesel Bis pengangkut mahasiswa meraung-raung memenuhi bentangan jalan beraspal. Menanjak lalu menurun kemudian meliuk-liuk dan menggila diantara lebatnya pohon dipinggir jalan rapi tertata.
“Ciiiiiiiit...”
Ban roda karet hitam dengan kode 11.00R20 berdecit keras dan mencengkeram aspal hitam dengan erat. Kendaraan berpenumpang para pemuda dan pemudi berpendidikan tinggi berhenti dipinggir jalan tepat 50 m dari kantor kecamatan. Angin berdesis lembut menyapa para mahasiswa dan kabut mulai menyibakkan diri. Matahari belum terlihat tapi cahaya gradasinya mulai tersirat dari ufuk timur. Bis–bis milik kampus dan bis sewaan sudah berjajar apik dengan posisi parkir ditepian jalan.
Pintu pegas bis paling depan terbuka. Diikuti juga pintu-pintu pegas dari bis dibelakangnya. Kelopak mata masih terasa berat bagai tertindih gajah sumatra, memerah bergaris abstrak menghiasi raut muka. Rasa kantuk sedikit begelayut, kepala dan tangan bergerak bebas merelaksasikan otot tegang dan kaki kesemutan. Sesekali mulut mereka menguap lepas dan menyebarkan bau yang kurang sedap.
Kernet berjalan menuruni pintu bis dan melompat ke jalan beraspal telebih dahulu. Sosok pria berdiri tegap di deretan bangku paling depan menatap selidik kepada seluruh mahasiswa dibelakangnay. Beliau adalah seorang dosen muda dan biasa dipanggil Pak Rahmad. Beliau memandang mahasiswa dengan penuh wibawa meskipun kantuk sulit untuk disembunyikan dari matanya. “Alhamdulillah, kita sudah sampai. Mohon teman-teman sekalian segera turun dan bersiap-siap. Acara dimulai jam delapan.”
“Siap pak.” Suara gemuruh dari penumpang seisi bis menjawab pertanyaan pak dosen, tak terkecuali Ayub dan kelompoknya.
Pintu bis sudah terbuka semua, Pak Rahmad segera turun pelan dengan melangkahkan kaki kiri dulu dan tetap berpegang erat di gagang pintu. Selanjutnya, lompatan demi lompatan kaki mahasiswa turun bergantian dan tidak sedikit yang langsung berlarian. Barang bawaan masih banyak tertumpuk dan sengaja ditinggal di lorong dan bagasi bis, mereka rata-rata hanya membawa tas kecil membawa barang receh tapi penting. Sedangkan…
Tidak terlalu jauh dari parkir bis, nampak kantor kecamatan sudah bersolek menyambut kedatangan para pemuda pemudi pembawa pembaharuan. Di depan gapura kecamatan terpampang jelas banner selamat datang dan tertancap umbul-umbul merahputih berkibaran disebelah sisi kiri dan kanan. Masuk ke halaman kecamatan telah berjejer tenda semi permanen berselambu putih dan kuning dengan riasan bunga kekuningan kokoh berdiri memutar kantor kecamatan. Menambah daya tampung pendopo utama kecamatan dan tentu saja otomatis menyediakan tempat yang lebih luas agar bisa ditempati untuk acara pembukaan atau penyerahan KKN.
Mahasiswa dan mahasiswi berhamburan tak tentu arah, sesuai dengan keinginan hati semata. Ada yang kekamar mandi, ada yang kewarung kopi dan ada yang hanya duduk-duduk selonjoran disekitaran kantor kecamatan. Mereka saling bergerombol dua, tiga orang dan bahkan lebih untuk santai dan sekedar meluruskan kaki. Mereka terlihat asyik mengobrol, bercengkerama, bersenda gurau dan tidak sedikit pemuda pemudi yang hanya termenung menahan kantuk.
Ayub dan kelompoknya mulai bergerombol mengambil salah satu tempat di sisi kanan kecamatan. Mereka nampak berseri-seri setelah selesai membersihkan diri, dengan cuci muka dan kaki, serta melampiaskan hasrat kencing yang tertahan selama perjalanan ini. Tapi masih ada beberapa anggota kelompok yang sibuk dengan diri sendiri.
Ayub, Bahdim, Roni, Joko dan Ryan berjalan keluar lokasi, mereka berlima mencari sarapan diluar sambil ngopi. Padahal dikecamatan sendiri sudah disediakan makanan nasi kotak untuk para peserta KKN ini. Tetapi mereka tidak mau ambil peduli, bahkan anggota lainpun tak sempat dicari. Apa daya mereka sebagai manusia tak ingin membuat rasa lapar lama menunggu. Sedangkan acara pembagian makan secara formalitas masih lama dan perut tak mau berkompromi lagi. Nyanyian keroncong dalam perut mereka semakin mengeras, badanpun mulai agak lemas.
Jam 9 tepat acara akan dimulai, namun sayang molor 15 menit dari jadwal semula. Satu persatu pimpinan kampus memberikan sambutan dan pengarahan tentang pelaksanaan KKN. Intinya seluruh peserta KKN harus bisa menjaga nama baik almamater dan menjadi agent of change ditempat mereka mengabdi nantinya. Mengabdi kepada masyarakat secara langsung untuk mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai kehidupan di masyarakat dan tentu saja tidak bisa didapatkan di kampus.
Belum sampai jam 10, acara pelepasan KKN diselipi sedikit pembekalan formalitas ditutup dengan kata simbolis dari pimpinan kampus. Salah satu panita maju ke panggung dan memberi pengumuman. “Mohon perhatian! Para peserta KKN silahkan membentuk pengurus kelompok masing-masing. Setelah itu, diharap langsung menghubungi DPL untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut. Terima Kasih”.
Para peserta KKN masih belum beranjak dari tempatnya, karena mereka harus memilih pengurus kelompok. Mulai dari ketua, sekretaris dan bendahara demi kelancaran pelaksanaan KKN di lapangan. Begitu juga dengan kelompoknya Ayub dan Bahdim. Mereka sudah duduk membentuk formasi lingkaran kecil, sehingga ada banyak lingkaran dalam gedung serba guna kampus pagi itu.
Mereka saling bertatap mata dan bahkan memalingkan muka hanya untuk menghindari jabatan sebagai pengurus. Para mahasiswa yang sudah melingkar ini rata – rata enggan menjadi ketua, karena jiwa mereka lebih memilih sikap oportunis, padahal kegiatan ini bertujuan untuk membangun jiwa primodialsme mereka. Satu alasan bagi kemompok ini, mereka tidak mau terjerembab dalam tanggung jawab besar dan yang terkadang menuntut mereka selalu menjadi pintar. Saling tunjuk agar bersedia diangkat menjadi ketua terus berlarut-larut hingga tidak ada kata sepakat. Indah menundukkan kepalanya dan memberanikan diri bersuara dengan keras. “Ayub saja ketuanya”.
Sosok Ayyub selama ini terkenal Mahasiswa egois, misterius, cerdas, cuek tapi bertanggung jawab dari fakultas psikologi banyak dilirik dan di berbincangkan dalam kelompok ini. Pertimbangan yang paling menonjol adalah kecerdasan yang ia punya, apalagi kebiasaannya yang suka berbagi ini akhirnya membuat dia dijadikan kandidat terkuat sebagai ketua kelompok KKN. Padahal sebelumnya berkali-kali ia menolak, tapi apa daya semua teman baru dikelompoknya menyudutkannya hingga dia pun terpaksa bersedia.
“Iya, saya setuju...” Suara lantang Bahdim memecah kesunyian.
“Setuju!” sahut semua anggota kelompok dengan serentak.
Kesepakatan pun didapat hari itu, ayub sah menjadi ketua kelompok KKN untuk tiga bulan kedepan. Kini beban berat harus diemban untuk bertanggung jawab atas semua anggotanya. Mulai saat itu kebiasan Ayub yang suka menyendiri terpaksa harus dikurangi.
Selepas pemilihan pengurus kelompok, semua kelompok harus menemui Dosen Pembimbing Lapangan masing-masing. Sebagian dosen menggunakan gedung serba guna dan sebagian lagi, tidak tahu berapa orang, minta bertemu di tempat mereka bekerja. Setiap kelompok harus cepat menemui dosen pembimbing karena kegiatan penyerahan peserta KKN dilaksanakan besuk Rabu jam 10.00 pagi di kecamatan masing-masing didampingi oleh DPL. Kemudian semua mahasiswa membubarkan diri dan mencari DPLnya masing-masing untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut.
Kelompok Ayub bergegas mencari DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) mereka, Bapak Rahmad, M.Si. Setiap DPL biasanya membimbing lebih dari satu kelompok, namun masih dalam satu desa. Selain kelompok Ayub, ada 3 kelompok lagi yang menjadi tanggung jawab pak Rahmad. Lokasi KKN kami di sebuah desa dan terbagi menjadi empat titik lokasi KKN. Pak Rahmad meminta semua mahasiswa bimbinganya, menemui beliau di Fakultas. Empat kelompok bimbingan pak Rahmad langsung menuju fakultas dimana pak Rahmat berada dan sudah ditunggu beliau di ruang pertemuan.
“Ayo... silahkan masuk. Langsung duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing!” ucap pak Rahmad mempersilahkan semua mahasiswa masuk.
“Baik bapak... terima kasih,” jawab kami.
Acara pengarahan langsung dimulai. Pak Rahmad menjelaskan secara detail apa saja yang perlu dipersiapkan, mulai dari proker (program kerja) kelompok dan individu sampai dengan peralatan serta bekal yang harus dibawa, kompor, peralatan masak dan makan, serta bahan makanan untuk bekal 1 bulan. Seluruh mahasiswa sangat serius mengikuti pengarahan tersebut sembari nenulis beberapa hal penting, beberapa menulis diatas selembar kertas dan sebagian lagi di smartphone. Selain itu, persiapan berangkat menuju ke kecamatan dan dan lokasi esok haripun tak lepas dari bahasan.
Kumandang suara adzan dhuhur menggema, pak rahmad langsung mengakhiri sesi pengarahan dan mempersilahkan para mahasiswa untuk melakukan koordinasi sendiri sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Pesan terpenting Pak Rahmad adalah semua mahasiswa harus berkumpul di kampus jam 11 malam, karena sebelum dini hari kontingen KKN berangkat menuju ke tempat tujuan.
“Jangan lupa persiapkan semua dengan baik dan semoga sukses” Pak Rahmad berdiri dan meninggalkan ruangan.
Tepat dini hari, rombongan bis pengantar mahasiswa KKN meninggalkan parkiran kampus menuju ke lokasi tujuan. Ara-arakan kereta besi menyusuri jalanan kota yang sepi. Sesaat setelah meninggalkan batas kota, baru terlihat beberapa kendaraan mengaspal dan lalu lalang. Deru mesin bis menerobos pekatnya kabut pagi di daerah pegunungan arah menuju lokasi KKN. Hawa dingin membabi buta menyelinap kokohnya kereta besi dan terus menembus hingga ke tulang. Para penumpang, mahasiswa peserta KKN, mendekap erat tas di dada sebagai asa mengurangi keganasan dinginnya pagi berselimut kabut. Suara mesin diesel Bis pengangkut mahasiswa meraung-raung memenuhi bentangan jalan beraspal. Menanjak lalu menurun kemudian meliuk-liuk dan menggila diantara lebatnya pohon dipinggir jalan rapi tertata.
“Ciiiiiiiit...”
Ban roda karet hitam dengan kode 11.00R20 berdecit keras dan mencengkeram aspal hitam dengan erat. Kendaraan berpenumpang para pemuda dan pemudi berpendidikan tinggi berhenti dipinggir jalan tepat 50 m dari kantor kecamatan. Angin berdesis lembut menyapa para mahasiswa dan kabut mulai menyibakkan diri. Matahari belum terlihat tapi cahaya gradasinya mulai tersirat dari ufuk timur. Bis–bis milik kampus dan bis sewaan sudah berjajar apik dengan posisi parkir ditepian jalan.
Pintu pegas bis paling depan terbuka. Diikuti juga pintu-pintu pegas dari bis dibelakangnya. Kelopak mata masih terasa berat bagai tertindih gajah sumatra, memerah bergaris abstrak menghiasi raut muka. Rasa kantuk sedikit begelayut, kepala dan tangan bergerak bebas merelaksasikan otot tegang dan kaki kesemutan. Sesekali mulut mereka menguap lepas dan menyebarkan bau yang kurang sedap.
Kernet berjalan menuruni pintu bis dan melompat ke jalan beraspal telebih dahulu. Sosok pria berdiri tegap di deretan bangku paling depan menatap selidik kepada seluruh mahasiswa dibelakangnay. Beliau adalah seorang dosen muda dan biasa dipanggil Pak Rahmad. Beliau memandang mahasiswa dengan penuh wibawa meskipun kantuk sulit untuk disembunyikan dari matanya. “Alhamdulillah, kita sudah sampai. Mohon teman-teman sekalian segera turun dan bersiap-siap. Acara dimulai jam delapan.”
“Siap pak.” Suara gemuruh dari penumpang seisi bis menjawab pertanyaan pak dosen, tak terkecuali Ayub dan kelompoknya.
Pintu bis sudah terbuka semua, Pak Rahmad segera turun pelan dengan melangkahkan kaki kiri dulu dan tetap berpegang erat di gagang pintu. Selanjutnya, lompatan demi lompatan kaki mahasiswa turun bergantian dan tidak sedikit yang langsung berlarian. Barang bawaan masih banyak tertumpuk dan sengaja ditinggal di lorong dan bagasi bis, mereka rata-rata hanya membawa tas kecil membawa barang receh tapi penting. Sedangkan…
Tidak terlalu jauh dari parkir bis, nampak kantor kecamatan sudah bersolek menyambut kedatangan para pemuda pemudi pembawa pembaharuan. Di depan gapura kecamatan terpampang jelas banner selamat datang dan tertancap umbul-umbul merahputih berkibaran disebelah sisi kiri dan kanan. Masuk ke halaman kecamatan telah berjejer tenda semi permanen berselambu putih dan kuning dengan riasan bunga kekuningan kokoh berdiri memutar kantor kecamatan. Menambah daya tampung pendopo utama kecamatan dan tentu saja otomatis menyediakan tempat yang lebih luas agar bisa ditempati untuk acara pembukaan atau penyerahan KKN.
Mahasiswa dan mahasiswi berhamburan tak tentu arah, sesuai dengan keinginan hati semata. Ada yang kekamar mandi, ada yang kewarung kopi dan ada yang hanya duduk-duduk selonjoran disekitaran kantor kecamatan. Mereka saling bergerombol dua, tiga orang dan bahkan lebih untuk santai dan sekedar meluruskan kaki. Mereka terlihat asyik mengobrol, bercengkerama, bersenda gurau dan tidak sedikit pemuda pemudi yang hanya termenung menahan kantuk.
Ayub dan kelompoknya mulai bergerombol mengambil salah satu tempat di sisi kanan kecamatan. Mereka nampak berseri-seri setelah selesai membersihkan diri, dengan cuci muka dan kaki, serta melampiaskan hasrat kencing yang tertahan selama perjalanan ini. Tapi masih ada beberapa anggota kelompok yang sibuk dengan diri sendiri.
Ayub, Bahdim, Roni, Joko dan Ryan berjalan keluar lokasi, mereka berlima mencari sarapan diluar sambil ngopi. Padahal dikecamatan sendiri sudah disediakan makanan nasi kotak untuk para peserta KKN ini. Tetapi mereka tidak mau ambil peduli, bahkan anggota lainpun tak sempat dicari. Apa daya mereka sebagai manusia tak ingin membuat rasa lapar lama menunggu. Sedangkan acara pembagian makan secara formalitas masih lama dan perut tak mau berkompromi lagi. Nyanyian keroncong dalam perut mereka semakin mengeras, badanpun mulai agak lemas.
Diubah oleh bayubiruuuu 26-06-2021 07:40
rotten7070 dan 34 lainnya memberi reputasi
35