- Beranda
- Stories from the Heart
KKN DI LEMBAH MATAHARI (BASED ON TRUE STORY)
...
TS
bayubiruuuu
KKN DI LEMBAH MATAHARI (BASED ON TRUE STORY)
Prakata
Hai horror mania diforum tercinta, saya akan menceritakan salah satu pengalaman hidup yang tidak mungkin dilupakan oleh empunya cerita. Awal dari cerita ini, saya tak sengaja melihat teman-teman digrup SMA Angkatan saya memposting foto keindahan lokasi alam, keangkerannya serta banyakknya keganjilan disaat kegiatan KKN berlangsung. Sekian hari keributan semakin riuh di grup, banyak komen dari anggota grup Whatsapp membuat saya menjadi semakin penasaran, demi mengobati rasa penasaran itu akhirnya saya japri teman saya yang Upload foto-foto tersebut, sekian lama kami telp dan chat akhirnya saya tertarik dan ingin mempublish cerita ini.
Dengan perdebatan yang panjang dan alot akhirnya saya diizinkan tapi dengan berbagai kesepakatan dan sensor, Meski sebelumnya satu sekelompok mahasiswa ini tidak sepakat, padahal setelah kegiatan KKN itu berakhir semua anggota sebenarnya sudah menutup rapat-rapat salah satu kisah kelam mereka. Bahkan mereka tidak menceritakannya kepada teman dekat, keluarga, kelompok lain, dosen pembimbing dan kampus tempat mereka bernaung.
Memang kisah ini kedepan akan saya tulis ulang dengan detail, karena ketidak puasan saya menulis disebelah. Percaya atau tidak percaya tentang kisah ini saya kembalikan lagi pada para pembaca yang Budiman, karena setiap dithread-thread yang sudah saya tuliskan berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman orang-orang dekat saya. Kejadian yang sudah disampaikan teman-teman saya dan di tulis tanpa melebihkan serta mengurangi kejadian yang mereka alami dilapangan.
Sebelum saya tulis kisah ini, saya juga melakukan beberapa perjanjian dengan pemilik cerita. Demi kebaikan bersama nama, tokoh, tempat dan waktu saya samarkan. Jangan terlalu mengahayati cerita, karena mereka yang kalian bayangkan dan kalian perbincangkan dialam lain pasti akan merasakan juga. Yang paling penting ikuti Rules diforum ini. Ambil hikmahnya saja, mulai…
PROLOG
Demi apapun, Jangan pernah sekali-kali membicarakan mereka. Apabila darah berbalut lembaran kelopak bunga sudah tertumpah dilembah, aku takt ahu harus bicara apa? Dan aku sendiri tak tahu apa yang akan terjadi ? hanya tradisi yang bisa menjawab “MATI”
“KKN DI LEMBAH MATAHARI”
JANGAN LUPA ? DITUNGGU
DIBURJO
INDEX
PART. 1
PART. 2
PART. 3
PART. 4
PART. 5
PART. 6
PART. 7
PART. 8
PART. 9
PART. 10. ABAH KANIGORO
PART. 11. BENGGOLO
PART. 12. PERUSUH MAKAM KERAMAT
PART. 13. MEREKA MULAI MENYAPA
PART. 14 MEREKA MULAI MENYAPA 2
Part. 15 KEBUN SAWI
PART. 16. PIPIT
PART. 17 LEDAKAN
PART. 18 DARAH BERBALUT KELOPAK BUNGA
PART. 19. KI BAWONO DAN NYAI RUSMINAH
PART. 20. TRANSPORTASI
PART. 21 MOTOR
PART. 22 PENGOBATAN GRATIS
PART. 23 MATI
PART. 24. Pak Rahmad
PART 25. PTSD
PART 26. HILANG
PART 27. BELATUNG
PART. 28. POSKO BARU
PART 29. ARUNG JERAM
PART 30. RYAN
PART 31. SOSOK DI JEMBATAN
PART 32. AYAM CEMANI
PART 33. KEARIFAN LOKAL
Diubah oleh bayubiruuuu 23-12-2021 10:22
bebyzha dan 80 lainnya memberi reputasi
75
71.3K
513
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
bayubiruuuu
#2
PART. 2
Baru saja mata ayub terpejam, suara hentakan kaki mengalun teratur menciptakan sebuah Irama. Terus menerus tak terputus hingga menggangu telinga. Aroma mistis membalut para pemuja kegelapan. Ayub terpaksa membuka mata dan sedikit tergoda dengan irama yang tak henti menendang-nendang gendang telinga.
“Aduh.... suara apa ini?” Kedua tangan mendekap erat daun telinga berharap tak sedikitpun suara bisa menerobos masuk ke telinga. Namun apa daya, suara itu masih saja nyaring terngiang-ngiang dan merobek ketentraman tidurnya. Semakin keras tangan ayub menutup daun telinganya, semakin terasa keras suara itu menghujam telinga seperti ombak menerjang karang dengan keras.
Sampai akhirnya ayub bisa kembali tidur, sekian detik ayub memasuki alam bawah sadarnya. Saat mata terbuka, hamparan indah kehijauan di lembah entah dimana terpampang jelas didepan mata. Dari kejahuan terlihat bayangan sekelompok orang berjubah hitam dengan ritual aneh yang tidak bisa diterima oleh akal dan fikiran manusia. Ritual pemujaan kepada sang junjungan penguasa alam dengan menghadap ke dua arah berbeda. Bau wewangin sesajen menyeruak dan menambah aroma mistis pemujaan.
Kabut terus menyelimuti area pemujaan seakan menyamarkan jati diri karena tidak rela ritual pemujaan tersakiti. Para penganut ritual pemujaan mengangkat kedua tangan dan menyembah kepada sesuatu yang tidak ada. Tubuh berjubah memancarkan aura hitam disekekelingnya seiring asap hitam pekat keluar dari sela-sela jubah kebesaran, membumbung tinggi dan meliuk-liuk mencari sesembahan. Bau anyir khas darah manusia mengiringi kehadiran makhluk halus bertampang seram dan bertanduk tajam. Lidah panjangnya keluar dari mulut sampai menyentuh kaki, sosok itu juga memiliki dua tangan besar dan Panjang hingga menjuntai ke tanah, sedang kuku-kukunya yang tajam dan runcing menghiasi jari-jarinya seakan siap menerkam dan mengambil tumbal demi kedigdayaan. Dialah sang sesembahan.
“Brak...Brak...Brak...”
Para Penganut ritual pemujaan menghentakkan kembali kaki dan bersimpuh sujud dihadapan junjungannya. Ayub tidak bisa berbuat apa-apa hanya mematung diantara mereka untuk melihat. Dia seakan terpaku dan menjadi patung penunggu ritual pemujaan itu. Sampai makhluk yang bersosok menyeramkan itu menoleh ke arahnya dengan bola mata yang melotot kearahnya berlumuran darah seperti akan terlepas dari kelopaknya, Ayub tak kuasa menahan tatapan penuh amarahnya dan mulai lemas tak berdaya. Hingga menjelang subuh ia terbangun dengan cucuran keringat dingin, dan nafas yang terengah-engah. Mimpi ini menjadi bayang-banyang Ayub yang terus menghantuinya disetiap malam, membuntuti dan meneror jiwanya.
Diakhir malam menjelang hari keberangatan, lagi-lagi ayub terbangun “Ada apa dengan diriku?” Ayub menutup wajah dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan dirirnya. Bibirpun peluh, keringat sudah penuh dan jiwapun rapuh.
Di tempat lain sesuatu yang berbeda terjadi kepada temannya, Bahdim. Keberuntungan ternyata lebih memihak kepada teman dekatnya. Dia sungguh menikmati malam demi malam dengan istirahat cukup tanpa ada gangguan. Ketika ayub harus berjibaku melepaskan bayang-bayang seram, sebaliknya Bahdim menikmati setiap tidurnya dengan cumbuan banyang-bayang indah sejuta pesona bagai surga dunia.
Saat jasad mulai terlelap dan penat seakan lenyap, Bahdim baru bisa menatap dan terus berharap. Surga di depan mata, pemandangan indah menakjubkan, pohon-pohon nampak kehijauan, bunga-bunga bermekaran dan hewan-hewan saling berkejaran. Orang-orang riuh lalu-lalang dengan sejuta senyuman dan saling bersalam-salaman. Lembah yang sangat indah dan tak pernah bosan untuk terus memandang.
Bahdim tak henti-hentinya terpesona saat melihat banyangan itu. Mungkin suasana lokasi KKN nanti akan seperti ini, batin Bahdim. 3 bulan kedepan berada di tempat yang sangat nyaman, sejuk dan bersahabat akan menjadi penyemangat selama melaksakan KKN nanti.
Jum’at pagi sekali, Ayub dan Bahdim sudah janjian untuk ketemu ditempat ‘Bersih Kampus’. Bahdim sudah tiba duluan dan menunggu Ayub di bawah pohon besar depan gedung Rektorat bersama seorang cewek. Mahasiswi dari jurusan lain dan kebetulan satu kelompok dengan Bahdim. Bahdim terlibat obrolan manis dengan cewek itu, hingga tidak perduli dengan kehadiran Ayub.
“Hai... Bahdim. Serius amat ngrobrolnya,” sapa Ayub mengagetkan Bahdim.
“Eh... kamu Yub. Sama sapa tu, cewek baru nich?” Bahdim menyahut sambil menoleh ke arah Ayub.
“Oooh ini... Kenalin yub, Indah anak Ekonomi. Tadi kebetulan temenku kenal sama dia trus dikenalin ke aku. Laah... cewek itu siapa?” tanya Ayub sambil memperkenalkan tema barunya ke Bahdim dan cewek disampingnya.
“Kenalin Pipit, temen kita satu kelompok. Aku juga baru kenal.” Bahdim mengenalkan pipit dan mempersilahkan berjabat tangan dengan Ayub dan Indah.
Kebetulan Indah dan Pipit sudah tahu beberapa nomor WA dari teman anggota lain, sehingga tinggal memberi tahu dimana harus bertemu. Tak lama, satu persatu anggota kelompok mulai berdatangan. Sekitar hampir 30 menit menunggu, seluruh anggota sudah berkumpul semua. Mereka saling berkenelan satu dengan lainnya dan tidak lupa bertukar nomor HP. Untuk memudahkan koordinasi dan mungkin tujuan terselubung lain demi rekatnya hubungan antar anggota kelompok. Jam 7.00 acara bersih kampus dimulai dan panitia membagi lokasi untuk setiap kelompok KKN.
Seluruh peserta Bersih Kampus membersihkan hampir seluruh halaman kampus. Beberapa cowok merapikan ranting pohon dengan menggunakan gergaji, golok dan sabit. Sebagian besar cewek menyapu halaman, jalan berjalan didalam area kampus untuk mengumpulkan sampah-sampah yang berserakan. Hampir 2 jam lebih para mahasiswa bergotong-royong, halaman kampus nampak bersih dan tertata rapi.
Hari mulai beranjak siang, panas sudah terasa di atas kepala dan keringatpun membasahi sebagaian baju para peserta. Sang mentari sudah terlihat meninggi dan cahaya panasnya mulai menyengat sampai ke hati. Tegukan demi tegukan air mineral terus mengalir saluran cerna, lalu air masuk melalui pembuluh kapiler ke dalam darah yang akan dialirkan ke seluruh tubuh mereka.
Tidak terasa waktu di HP Ayub sudah menunjukkan pukul 9.45, pertanda kegiatan bersih kampus bisa di akhiri. Satu-persatu perserta bersih kampus berjalan menuju tempat teduh dan bergerombol sesuai dengan kelompok mereka untuk sekedar istirahat dan menghilangkan penat. Kelompok Ayub kembali ke tempat semula mereka bertemu, dibawah pohon besar depan gedung rektorat. Merekapun istirahat dan ngobrol santai sambil mengcicipi kue ala kadarnya yang dibawa oleh para wanita. Lumayan bisa menghilangkan dahaga dan sedikit mengganjal perut keroncongan.
“OK... temen-temen. Kita ketemu lagi Selasa depan saat pelepasan peserta KKN, sekalian dilanjutkan pengarahan dari DPL kita. Jangan telat ya... sebelum jam 8 kita kumpul di depan gedung serba guna kampus!” jelas Ayub kepada seluruh teman satu kelompoknya.
“OK pak ketua,” celoteh Bahdim.
“Dim... ngawur aja. Belum ada ketua kelompok,” sahut Ayub sambil menujukkan wajah masam.
Kelompok Ayub dan para peserta lain mulai bubar meninggalkan tempat kegiatan. Ayub dan Bahdim masih tetap duduk santai menikmati hembusan semilir angin.
“Akhir-akhir ini kamu mimpi apaan, Dim?” tanya Ayub serius.
“waah... Alhamdulillah menyenangkan. Mungkin itu menjadi pertanda kita akan mendapatkan lokasi KKN yang TOP banget, amin. Emangnya ada apa? Kalau kamu gimana?” jawab Bahdim sambil bergurau.
“Astaghfirullah... kebalikannya Dim. Mimpiku jelek terus, serem, hampir tiap malam. Susah tidur dan kepikiran terus. Mudah-mudahan tempat KKN kita nanti ndak seperti itu, Amin” ungkap Ayub dengan suara perlahan.
Ayub mengeluarkan smartphone dari saku celana dan melirik tampilan jam analog yang terpampang di layar hpnya. “Sudah jam 10.15 Dim, ayo kita cepat-cepat pulang!” Mereka berdua bergegas menuju ke kosan masing-masing biar tidak telat berangkat ke masjid untuk sholat jum’at.
Hari mulai beranjak malam, di kosan Ayub nampak sepi dan lengang. Para penghuni kos sudah masuk semua dan kadang samar-samar terdengar suara lantunan musik penghantar tidur berkumandang. Kamarnya masih nampak terang namun tidak ada suara apapun dari dalam. Sang penghuni kamar tergeletak lemas di atas tempat tidur, rasa capek dan kantuk berbaur menjadi satu.
Tubuh Ayub ingin segara tidur tapi mata sulit terpejam. Pikiran terus melayang dan hati semakin tak karuan. Ketakutan akan bayang-bayang gelap sulit untuk dilupakan. Suasana hati semakin mencekam. Akhirnya, rasa kantuk tidak tertahan lagi dan kesadaranpun terenggut berbuah mimpi.
Baru saja terlelap, ayub Kembali memasuki alam bawah sadarnya.
Suara hentakan kaki muncul kembali. Bertubi-tubi menghujam dan merasuk ke telinga serta hati. Bayang para pemuja berjubah hitam perlahan nampak kembali dengan gondo wangi khas sesaji. Makhluk besar bertanduk menyeramkan kini memakan jasad manusia didepannya, hingga menebar bau anyir darah manusia kesemua penjuru arah. Sampai mahluk itu menatap tajam ke arah Ayub dengan 2 bola mata besar berlendir merah darah melotot dan menebar bahaya kepada siapa saja yang tidak patuh padanya. Ayub sudah tak kuasa menahan gangguan itu, malam itu diapun dipaksa untuk terjaga dari tidurnya walaupun kumandang adzan subuh belum terdengar. Terduduk didalam kamar, dia termenung dan terpaku tak berdaya harus melalui malam-malam penuh siksa.
“Aduh.... suara apa ini?” Kedua tangan mendekap erat daun telinga berharap tak sedikitpun suara bisa menerobos masuk ke telinga. Namun apa daya, suara itu masih saja nyaring terngiang-ngiang dan merobek ketentraman tidurnya. Semakin keras tangan ayub menutup daun telinganya, semakin terasa keras suara itu menghujam telinga seperti ombak menerjang karang dengan keras.
Sampai akhirnya ayub bisa kembali tidur, sekian detik ayub memasuki alam bawah sadarnya. Saat mata terbuka, hamparan indah kehijauan di lembah entah dimana terpampang jelas didepan mata. Dari kejahuan terlihat bayangan sekelompok orang berjubah hitam dengan ritual aneh yang tidak bisa diterima oleh akal dan fikiran manusia. Ritual pemujaan kepada sang junjungan penguasa alam dengan menghadap ke dua arah berbeda. Bau wewangin sesajen menyeruak dan menambah aroma mistis pemujaan.
Kabut terus menyelimuti area pemujaan seakan menyamarkan jati diri karena tidak rela ritual pemujaan tersakiti. Para penganut ritual pemujaan mengangkat kedua tangan dan menyembah kepada sesuatu yang tidak ada. Tubuh berjubah memancarkan aura hitam disekekelingnya seiring asap hitam pekat keluar dari sela-sela jubah kebesaran, membumbung tinggi dan meliuk-liuk mencari sesembahan. Bau anyir khas darah manusia mengiringi kehadiran makhluk halus bertampang seram dan bertanduk tajam. Lidah panjangnya keluar dari mulut sampai menyentuh kaki, sosok itu juga memiliki dua tangan besar dan Panjang hingga menjuntai ke tanah, sedang kuku-kukunya yang tajam dan runcing menghiasi jari-jarinya seakan siap menerkam dan mengambil tumbal demi kedigdayaan. Dialah sang sesembahan.
“Brak...Brak...Brak...”
Para Penganut ritual pemujaan menghentakkan kembali kaki dan bersimpuh sujud dihadapan junjungannya. Ayub tidak bisa berbuat apa-apa hanya mematung diantara mereka untuk melihat. Dia seakan terpaku dan menjadi patung penunggu ritual pemujaan itu. Sampai makhluk yang bersosok menyeramkan itu menoleh ke arahnya dengan bola mata yang melotot kearahnya berlumuran darah seperti akan terlepas dari kelopaknya, Ayub tak kuasa menahan tatapan penuh amarahnya dan mulai lemas tak berdaya. Hingga menjelang subuh ia terbangun dengan cucuran keringat dingin, dan nafas yang terengah-engah. Mimpi ini menjadi bayang-banyang Ayub yang terus menghantuinya disetiap malam, membuntuti dan meneror jiwanya.
Diakhir malam menjelang hari keberangatan, lagi-lagi ayub terbangun “Ada apa dengan diriku?” Ayub menutup wajah dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan dirirnya. Bibirpun peluh, keringat sudah penuh dan jiwapun rapuh.
Di tempat lain sesuatu yang berbeda terjadi kepada temannya, Bahdim. Keberuntungan ternyata lebih memihak kepada teman dekatnya. Dia sungguh menikmati malam demi malam dengan istirahat cukup tanpa ada gangguan. Ketika ayub harus berjibaku melepaskan bayang-bayang seram, sebaliknya Bahdim menikmati setiap tidurnya dengan cumbuan banyang-bayang indah sejuta pesona bagai surga dunia.
Saat jasad mulai terlelap dan penat seakan lenyap, Bahdim baru bisa menatap dan terus berharap. Surga di depan mata, pemandangan indah menakjubkan, pohon-pohon nampak kehijauan, bunga-bunga bermekaran dan hewan-hewan saling berkejaran. Orang-orang riuh lalu-lalang dengan sejuta senyuman dan saling bersalam-salaman. Lembah yang sangat indah dan tak pernah bosan untuk terus memandang.
Bahdim tak henti-hentinya terpesona saat melihat banyangan itu. Mungkin suasana lokasi KKN nanti akan seperti ini, batin Bahdim. 3 bulan kedepan berada di tempat yang sangat nyaman, sejuk dan bersahabat akan menjadi penyemangat selama melaksakan KKN nanti.
Jum’at pagi sekali, Ayub dan Bahdim sudah janjian untuk ketemu ditempat ‘Bersih Kampus’. Bahdim sudah tiba duluan dan menunggu Ayub di bawah pohon besar depan gedung Rektorat bersama seorang cewek. Mahasiswi dari jurusan lain dan kebetulan satu kelompok dengan Bahdim. Bahdim terlibat obrolan manis dengan cewek itu, hingga tidak perduli dengan kehadiran Ayub.
“Hai... Bahdim. Serius amat ngrobrolnya,” sapa Ayub mengagetkan Bahdim.
“Eh... kamu Yub. Sama sapa tu, cewek baru nich?” Bahdim menyahut sambil menoleh ke arah Ayub.
“Oooh ini... Kenalin yub, Indah anak Ekonomi. Tadi kebetulan temenku kenal sama dia trus dikenalin ke aku. Laah... cewek itu siapa?” tanya Ayub sambil memperkenalkan tema barunya ke Bahdim dan cewek disampingnya.
“Kenalin Pipit, temen kita satu kelompok. Aku juga baru kenal.” Bahdim mengenalkan pipit dan mempersilahkan berjabat tangan dengan Ayub dan Indah.
Kebetulan Indah dan Pipit sudah tahu beberapa nomor WA dari teman anggota lain, sehingga tinggal memberi tahu dimana harus bertemu. Tak lama, satu persatu anggota kelompok mulai berdatangan. Sekitar hampir 30 menit menunggu, seluruh anggota sudah berkumpul semua. Mereka saling berkenelan satu dengan lainnya dan tidak lupa bertukar nomor HP. Untuk memudahkan koordinasi dan mungkin tujuan terselubung lain demi rekatnya hubungan antar anggota kelompok. Jam 7.00 acara bersih kampus dimulai dan panitia membagi lokasi untuk setiap kelompok KKN.
Seluruh peserta Bersih Kampus membersihkan hampir seluruh halaman kampus. Beberapa cowok merapikan ranting pohon dengan menggunakan gergaji, golok dan sabit. Sebagian besar cewek menyapu halaman, jalan berjalan didalam area kampus untuk mengumpulkan sampah-sampah yang berserakan. Hampir 2 jam lebih para mahasiswa bergotong-royong, halaman kampus nampak bersih dan tertata rapi.
Hari mulai beranjak siang, panas sudah terasa di atas kepala dan keringatpun membasahi sebagaian baju para peserta. Sang mentari sudah terlihat meninggi dan cahaya panasnya mulai menyengat sampai ke hati. Tegukan demi tegukan air mineral terus mengalir saluran cerna, lalu air masuk melalui pembuluh kapiler ke dalam darah yang akan dialirkan ke seluruh tubuh mereka.
Tidak terasa waktu di HP Ayub sudah menunjukkan pukul 9.45, pertanda kegiatan bersih kampus bisa di akhiri. Satu-persatu perserta bersih kampus berjalan menuju tempat teduh dan bergerombol sesuai dengan kelompok mereka untuk sekedar istirahat dan menghilangkan penat. Kelompok Ayub kembali ke tempat semula mereka bertemu, dibawah pohon besar depan gedung rektorat. Merekapun istirahat dan ngobrol santai sambil mengcicipi kue ala kadarnya yang dibawa oleh para wanita. Lumayan bisa menghilangkan dahaga dan sedikit mengganjal perut keroncongan.
“OK... temen-temen. Kita ketemu lagi Selasa depan saat pelepasan peserta KKN, sekalian dilanjutkan pengarahan dari DPL kita. Jangan telat ya... sebelum jam 8 kita kumpul di depan gedung serba guna kampus!” jelas Ayub kepada seluruh teman satu kelompoknya.
“OK pak ketua,” celoteh Bahdim.
“Dim... ngawur aja. Belum ada ketua kelompok,” sahut Ayub sambil menujukkan wajah masam.
Kelompok Ayub dan para peserta lain mulai bubar meninggalkan tempat kegiatan. Ayub dan Bahdim masih tetap duduk santai menikmati hembusan semilir angin.
“Akhir-akhir ini kamu mimpi apaan, Dim?” tanya Ayub serius.
“waah... Alhamdulillah menyenangkan. Mungkin itu menjadi pertanda kita akan mendapatkan lokasi KKN yang TOP banget, amin. Emangnya ada apa? Kalau kamu gimana?” jawab Bahdim sambil bergurau.
“Astaghfirullah... kebalikannya Dim. Mimpiku jelek terus, serem, hampir tiap malam. Susah tidur dan kepikiran terus. Mudah-mudahan tempat KKN kita nanti ndak seperti itu, Amin” ungkap Ayub dengan suara perlahan.
Ayub mengeluarkan smartphone dari saku celana dan melirik tampilan jam analog yang terpampang di layar hpnya. “Sudah jam 10.15 Dim, ayo kita cepat-cepat pulang!” Mereka berdua bergegas menuju ke kosan masing-masing biar tidak telat berangkat ke masjid untuk sholat jum’at.
Hari mulai beranjak malam, di kosan Ayub nampak sepi dan lengang. Para penghuni kos sudah masuk semua dan kadang samar-samar terdengar suara lantunan musik penghantar tidur berkumandang. Kamarnya masih nampak terang namun tidak ada suara apapun dari dalam. Sang penghuni kamar tergeletak lemas di atas tempat tidur, rasa capek dan kantuk berbaur menjadi satu.
Tubuh Ayub ingin segara tidur tapi mata sulit terpejam. Pikiran terus melayang dan hati semakin tak karuan. Ketakutan akan bayang-bayang gelap sulit untuk dilupakan. Suasana hati semakin mencekam. Akhirnya, rasa kantuk tidak tertahan lagi dan kesadaranpun terenggut berbuah mimpi.
Baru saja terlelap, ayub Kembali memasuki alam bawah sadarnya.
Suara hentakan kaki muncul kembali. Bertubi-tubi menghujam dan merasuk ke telinga serta hati. Bayang para pemuja berjubah hitam perlahan nampak kembali dengan gondo wangi khas sesaji. Makhluk besar bertanduk menyeramkan kini memakan jasad manusia didepannya, hingga menebar bau anyir darah manusia kesemua penjuru arah. Sampai mahluk itu menatap tajam ke arah Ayub dengan 2 bola mata besar berlendir merah darah melotot dan menebar bahaya kepada siapa saja yang tidak patuh padanya. Ayub sudah tak kuasa menahan gangguan itu, malam itu diapun dipaksa untuk terjaga dari tidurnya walaupun kumandang adzan subuh belum terdengar. Terduduk didalam kamar, dia termenung dan terpaku tak berdaya harus melalui malam-malam penuh siksa.
***
Diubah oleh bayubiruuuu 26-06-2021 07:36
rotten7070 dan 37 lainnya memberi reputasi
38
Tutup