- Beranda
- Stories from the Heart
REUNI
...
TS
papahmuda099
REUNI

Prolog
Quote:
Daftar isi :
Quote:
Tamat
*
Diubah oleh papahmuda099 17-10-2021 22:28
slametgudel dan 75 lainnya memberi reputasi
70
51.1K
889
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
papahmuda099
#168
Maraga Sukma
Sebelumnya di reuni...
Pak ustad membagi Tim menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama yang dipimpin oleh Yadi, ditugaskan untuk mencari sofi dan wulan. Sedangkan kelompok kedua yang dipimpin oleh pak ustad, bertugas untuk mencari keberadaan Yusuf.
Di perjalanan mencari Yusuf, kami dihadang oleh salah satu anggota blekpink. Tapi oleh ustad, makhluk gaib itu berhasil dimusnahkan.
Dan kini, pencarian pun dilanjutkan...
*
Pak Ustad masih memimpin berjalan di depan. Sedangkan Yahya, anaknya, berjalan di paling belakang. Mungkin untuk menjaga agar aku tidak melihat hal-hal yang aneh lagi.

Jantungku semakin berdegup keras saat kami mulai mendekat ke arah Villa. Aku memikirkan apakah hal yang sempat terjadi padaku, akan terjadi kembali.
Yaitu kejadian-kejadian aneh, saat aku masuk ke dalam area Villa. Di mana munculnya sebuah perasaan seperti tertekan, dan perasaan seperti dikelilingi oleh banyak makhluk tak kasat mata.

Dan kini, kami berempat akhirnya sampai di depan pagar masuk.
"Jangan lupa baca bismillah dan usahakan kaki kanan kalian yang lebih dahulu masuk ke halaman ini,"kata pak ustad mengingatkan.
Kami pun lalu mengikuti perkataan dari pak ustad.
"Bismillah...,"
Dan hup.
Kaki kanan kulangkahkan dan menginjak halaman villa.
Sriiiinnnngg...
Tak terjadi apapun.
Juga tidak ada perasaan yang aneh muncul saat aku masuk kedalam halaman Villa ini.
"Alhamdulillah...," Gumamku dalam hati.
"Kamu kenapa, mas?" Tanya Yahya yang kebetulan berada di samping kananku.
"Ah enggak papa. Hanya nervous aja," kataku sambil tersenyum.
"Oh,"
Lalu, dengan dipimpin oleh pak ustad kami pun akhirnya sampai di depan pintu utama Villa.
Posisinya saat itu adalah, ustad yang berdiri paling depan tepat di depan pintu masuk. Sedangkan aku, pak Rahmat dan Yahya, berada tepat di belakang beliau.
Pak ustad tampak membaca beberapa doa seraya memejamkan kedua matanya. Aku melihat kesamping kananku, ternyata Yahya juga melakukan hal yang sama. Aku menoleh ke samping kiri di mana pak Rahmat berdiri. Ia kulihat tampak biasa saja. Wajahnya tidak mencerminkan rasa takut ataupun tegang.
Mungkin karena ia sudah terbiasa dengan situasi di sini. Entahlah

Aku yang bingung mau berbuat apa, akhirnya secara tidak sengaja membalikan badan ke belakang. Karena kenapa aku penasaran, dengan apa yang ada di belakang kami. Tepatnya di halaman Villa. Seolah ada sesuatu yang membuatku membalikkan badan.
Sepi.
Tidak ada apapun yang terlihat di sana. Hanya ada kegelapan dan bayang-bayang dari pepohonan saja.
Bukannya kembali menghadap ke pak ustad, aku malah penasaran. Kok bisa yang tadinya ramai dengan sosok sosok gaib, kini menjadi sepi. Seolah tidak ada apapun yang pernah terjadi disini.
Tapi, ternyata aku menemukan sesuatu. Ada sebuah sosok putih yang hampir tidak terlihat karena sosoknya yang seperti bersembunyi dibalik sebuah pohon yang berada diluar halaman villa.
Aku sedikit menyipitkan mataku. Berusaha fokus untuk melihat sosok putih kumal itu.
"Salah satu anggota blekpink kah? Eh tapi kayaknya bukan ding. Soalnya yang ini ukurannya kayaknya normal. Gak tinggi kaya mereka," pikirku.
Aku mengedipkan mata karena ada angin nakal yang menyerempet mata.
Dan saat aku kembali membuka mata lalu melihat ke tempat yang kuduga sosok gaib itu berada. Ternyata sosok itu sudah hilang.
"Aneh," kataku dalam hati.
"Perasaan pas aku ke sini suasananya horor banget, kok sekarang biasa aja ya?" Aku bertanya-tanya dalam hati.
Lalu aku pun berinisiatif untuk bertanya kepada kyai Rekso.
"Kyai, apakah kyai bisa membantuku?"
"....,"
Tidak ada jawaban.
"Sial...," Gusar ku dalam hati.
Pada saat aku ingin mencoba untuk kedua kalinya, bundaku tiba-tiba saja disentuh oleh Yahya.
"Ayo mas, kita masuk," katanya.
Aku pun hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Kesal dengan tingkah laku kyai Rekso, macan sombong titipan bapak.

Maka, aku pun akhirnya mengikuti Yahya dan pak Rahmat yang terlebih dahulu berjalan menyusul pak ustad yang sudah masuk ke dalam.
Setibanya di dalam rumah, lagi-lagi aku tidak merasakan satupun keanehan. Rasanya seperti Villa ini baik-baik saja.
"Ah...mungkin saja semua ini terjadi karena Yusuf, si biang kerok itu sudah mereka tangkap. Jadinya mereka semua sudah tidak mengganggu lagi," kataku dalam hati mengambil kesimpulan.
"Tapi, kenapa pas aku tadi mau masuk masih diganggu oleh salah satu anggota dari blekping? Lalu, sosok apa yang kulihat tadi?"
Sambil terus bertanya-tanya, aku terus mengikuti langkah pak ustad yang memeriksa kamar satu demi satu. Kalau lupa semua lampu di vila ini telah kami dihidupkan.
Dan lagi-lagi, tidak ada keanehan di sini. Semuanya benar-benar seperti normal saja. Seperti tidak pernah terjadi hal horor di sini.
Setelah puas mengecek kamar satu demi satu, pak ustad akhirnya mengumpulkan kami di teras belakang villa.
Berdiri disini, mengingatkanku akan sebuah wajah yang sempat kami lihat di jendela belakang Villa.

Dengan sedikit ragu-ragu, aku menoleh kearah jendela itu.
Kosong.
Aku menarik nafas lega.
"Jadi bagaimana ini, pak ustad?" Tanyaku kepada beliau.
Pak ustad kulihat sedikit merenung sebelum menjawab pertanyaanku. Kemudian beliau menjawab.
"Saya juga merasa heran, begitu kita masuk ke Villa ini kok sama sekali tidak ada tanda-tanda gaib gitu lho. Sepi, ampleng," katanya.
"Lalu bagaimana dengan temanku, pak ustad?"
"Akan saya terus cari, nak. Terus saja berdoa agar kita diberikan petunjuk oleh-Nya,"
Jujur aku masih kurang puas dengan jawaban dari pak ustad itu. Tapi, aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Karena kyai Rekso, siluman harimau yang bapak titipkan kepadaku, sama sekali tidak mau membantu dengan hal ini.
Karena aku bingung mau berbuat apa, aku akhirnya berinisiatif untuk mencari jejak jejak yang mungkin bisa menjadi sebuah petunjuk bagi kami untuk mencari keberadaan Yusuf.
Tanpa meminta izin kepada pak ustad, karena kecewa, aku kembali masuk ke dalam villa.
Seperti ada yang membimbing langkah kakiku, aku tiba-tiba saja berjalan lurus kearah kamar Yusuf.
Aku lalu memasuki kamar itu. Lalu dengan perasaan penuh kecewa, aku merebahkan diriku di atas kasur.
"Hufft...,"
Aku menghabiskan nafasku panjang, sambil menatap ke arah plafon kamar.
Aku memandangi plafon putih itu dengan tatapan mata kosong. Semakin lama, mataku semakin merasa kalau atap plafon itu semakin mendekat ke arahku.
Dan...lep.
Gelap.
*
Aku merasa tubuhku melayang, lalu perlahan-lahan, tubuhku ini bergerak ke atas dan menembus atap plafon hingga akhirnya aku berada persis di atas villa.
"Grrr...!"
Aku terkejut.
Aku menoleh kearah suara itu.
Antara takjub dan juga takut, aku melihat sesosok harimau besar, hampir sebesar kerbau, duduk di atas atap Villa sambil matanya tajam terus menatapku.

Mungkin aku akan berteriak ketakutan, apabila aku tidak mengingat bahwa harimau ini mungkin saja penjelmaan atau kau sosok nyata dari kyai Rekso.
"A...apakah kau ini kyai Rekso?"Tanyaku sedikit takut.
"Hmm...,"
"Alhamdulillah... Aku pikir kamu ini makhluk lain. Ternyata kamu adalah kyai Rekso," kataku mulai tenang.
"Oh iya, apakah ini perbuatanmu?" Tanyaku sambil menuju ke arah tubuhku yang saat ini melayang.
"Aku hanya disuruh," jawabnya.
"Oleh?"
"Nanti kau akan tahu sendiri?" Jawabnya.
"Tapi tolong jawab dulu, apakah ini adalah sukmaku?"
"Iya. Aku menarik sukmamu saat kau bengong kaya orang gila itu,"
Antara kesal dan juga takjub, aku memandangi keadaan tubuhku sekarang.
"Woah...jadi gini nih, perasaan kalau meraga Sukma, kereeen...,"
"Sudah sekarang kau ikuti aku," kata kyai Rekso.
Ia lalu bangkit sambil menggeliatkan tubuh besarnya. Tingkahnya sama persis seperti kucing saat mereka baru bangun dari tidurnya.
"Eh tunggu dulu," cegahku saat kulihat ia hendak bangkit dan bergerak.
"Apa?" Tanyanya ketus.
"Bagaimana caranya aku bergerak? Ini kan pertama kali bagiku mengalami hal seperti ini," tanyaku sambil menahan rasa jengkel. Aku lupa, bahwa aku juga pernah mengalami hal ini saat sukmaku diambil oleh jin suruhan Sukirman.
"Hmm... menyusahkan saja," katanya.
Tubuh besar besar kyai Rekso perlahan mendekatiku. Aku merasa ngeri juga, karena tubuhnya yang besar dan panjang itu.
"Ayo, pegang kaki depanku," katanya sambil mengangkat kaki depannya yang sebelah kanan.
Akupun menuruti perkataannya.
Lalu...
"Wusss,"
Kami terbang melesat entah kemana. Karena gerakannya yang sangat cepat. Aku hanya bisa memejamkan mata. Takut.
Tak lama kemudian, aku merasa kakiku menyentuh tempat untuk berpijak.
"Sudah sampai, sekarang kamu bisa melepaskan kakiku," ujarnya pelan.
Aku pun melepaskan genggaman tanganku dari kaki depannya dengan perasaan heran.
"Tumben amat nada bicaranya pelan biasanya ketus,"
Aku lalu meluruskan punggungku. Seraya berpikir bahwa kini aku sudah tidak melayang lagi. Tubuhku memiliki berat seperti biasanya.
Aku memandang berkeliling, untuk mengetahui di mana saat ini aku berada.
"Kayak sebuah istana," ku mampu demi melihat keadaan di sekelilingku sekarang.
Ya, aku melihat diriku kini berada di tengah-tengah sebuah tempat yang mirip seperti sebuahaula besar yang aku lihat di TV saat sinetron kerajaan. Maka dari itu aku berasumsi bahwa aku ada di sebuah istana.
"Nang...,"
Tiba-tiba sebuah suara yang sangat familiar menyapaku.
Aku menoleh kaget kearah sumber suara.
"Bapak!"
***
sulkhan1981 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
Tutup