- Beranda
- Stories from the Heart
LIMA BELAS MENIT
...
TS
gitartua24
LIMA BELAS MENIT


PROLOG
"Masa SMA adalah masa-masa yang paling ga bisa dilupakan." menurut sebagian orang. Atau paling engga gue anggepnya begitu. Di masa-masa itu gue belajar banyak tentang kehidupan mulai dari persahabatan, bandel-bandel ala remaja, cita-cita, masa depan, sampai menemukan pacar pertama dan terakhir?. Drama? mungkin. pake banget? bisa jadi.
Masa Sma bagi gue adalah tempat dimana gue membentuk jati diri. Terkadang gue bantuin temen yang lagi kena masalah dengan petuah-petuah sok bijak anak umur tujuh belas tahun. Gak jarang juga gue ngerasa labil sama sikap gue sendiri. mau gimana lagi, namanya juga anak muda. Kadang gue suka ketawa-ketawa sendiri dan mengamini betapa bodohnya gue saat itu.
Gue SMA di jaman yang namnya hp B*ackberry lagi booming-boomingnya. Di jaman itu juga yang namanya joget sapel-sapelan lagi hits. Mungkin kalo lo inget pernah masuk atau bahkan bikin squd sendiri terus launching jaket sambil jalan-jalan di mall mungkin lo bakal malu sendiri saat ada temen lo yang ngungkit-ngungkit masa itu. Gue sendiri paling kesel kalo adan orang petantang-petenteng dengan bangganya bilang kalu dia anggota salah satu squad sapel terkenal di ibu kota dan sekitarnya. Secara saat itu gue lebih suka nonton acara metal di Rossi Fatmawati. Playlist lagi gue juga ga jauh-jauh dari aliran metal, punk, hardcore. Mungkin itu yang ngebuat gue ga terlalu suka lagu EDM atau rap yang mumble. Atau bahkan lagu RnB yang sering ada di top 100 Joox dan Spotify. Yaaa meskipun gue sekarang lebih kompromi dengan dengerin lagu apa aja yang gue suka, ga mandang genre.
Oiya, nama gue Atreya xxxxx. Biasa dipanggil Treya, dengan tinggi 182 cm dan berat 75 kg (naik turun tergantung musim). Ganteng dan menawan? relatif. Nama gue mungkin aneh ntuk orang Indonesia. Tapi gue suka dengan nama ini. karena pada dasarnya gue emang gasuka segala sesuatu yang banyak orang lain suka. Gue anak kedua dari dua bersaudara. Gue lahir dan besar di Jakarta, lebih tepatnya Jakarta selatan. Ga tau kenapa ada pride lebih aja Jakarta selatan dibanding bagian Jakarta lainnya, meskipun gue tinggal di Bintaro, hehe. Bokap gue kerja di suatu kantor yang ngurusin seluruh bank yang ada di Indonesia. Meski kerja kantoran tapi bokap gue suka banget yang namanya musik. mungkin darah itu menurun ke gue. Nyokap gue seorang ibu rumah tangga yang ngerangkap jadi pebisnis kecil-kecilah dimana orderan paling ramenya dateng pas bulan puasa. mulai dari makanan kering sampe baju-baju. Kakak gue cewek beda empat tahun. Waktu gue masuk SMA berarti doi baru masuk kuliah. Kakak gue ini orangnya cantik pake banget gan. kembang sekolah gitu dah. Gue bahkan sampe empet kalo ada temen cowoknya yang sok-sok baikin gue.
Lo percaya dengan dunia pararel? Dunia dimana ada diri kita yang lain ngelakuin sesuatu yang beda sama apa yang kita lakuin sekarang. Misalnya lo ada di dua pilihan, dan lo milih pilihan pertama. Untuk beberapa lama setelah lo ngejalanan pilihan lo mungkin lo bakal mukir ""Gue lagi ngapain yaa sekarang kalo milih pilihan yang kedua. mungkin gue lebih bahagi. Atau mungkin lebih sedih." Hal itulah yang ngebuat gue bikin cerita ini.
Ditahun itu gue baru masuk salah satu SMA di Jakarta selatan. Disaat itu juga cerita gue dimulai
INDEX
Part 1 - MOS day
Part 2 - Perkenalan
Part 3 - Peraturan Sekolah
Part 4 - Balik Bareng
Part 5 - Masih MOS Day
part 6 - Terakhir MOS Day
Part 7 - Hujan
Part 8 - Pertemuan
Part 9 - Debat Penting Ga Penting
Part 10 - Atas Nama solidaritas
Part 11 - Rutinitas
Part 12 - Om Galih & Jombang
Part 13 - Gara Gara Cukur Rambut
Part 14 - Rossi Bukan Pembalap
Part 15 - Bertemu Masa Lalu
Part 16 - Menghibur Hati
Part 17 - Ga Makan Ga Minum
Part 18 - SOTR
Part 19 - Tubirmania
Part 20 - Bukber
Part 21 - Masih Bukber
Part 22 - Wakil Ketua Kelas & Wacana
Part 23 - Latihan
Part 24 - The Rock Show
Part 25 - After Show
Part 26 - Anak Kuliahan
Part 27 - Malam Minggu Hacep
Part 28 - Aneh
Part 29 - Kejutan
Part 30 - Dibawah Sinar Warna Warni
Part 31 - Perasaan
Part 32 - Sela & Ramon
Part 33 - HUT
Part 34 - Masuk Angin
part 35 - Kunjungan
Part 36 - Wacana Rico
Part 37 - Atletik
Part 38 - Pengganggu
Part 39 - Nasib jadi Adek
Part 40 - Boys Talk
Part 41 - Taurus
Part 42 - Klise
Part 43 - Eksistensi
Part 44 - Utas VS Aud
Part 45 - Naik Kelas
Part 46 - XI IPA 1
Part 47 - Yang Baru
Part 48 - Lo Pacaran Sama Putri?
Part 49 - Sok Dewasa
Part 50 - Masih Sok Dewasa
Part 51 - Salah Langkah
Part 52 - Penyesalan
Part 53 - Bubur
Part 54 - Bikin Drama
Part 55 - Latihan Drama
Part 56 - Pertunjukan Drama
Part 57 - Coba-Coba
Part 58 - Greet
Part 59 - Sparing
Part 60 - Sedikit Lebih Mengenal
Part 61 - Hal Tidak Terduga
Part 62 - Hal Tidak Terduga Lainnya
Part 63 - Ngedate
Part 64 - Berita Dari Kawan
Part 65 : Second Chance
Part 66 - Maaf Antiklimaks
Part 67 - Bikin Film
Part 68 - Sudden Date
Part 69 - Masih Sudden Date (Lanjut Gak?)
Part 70 - Kok Jadi Gini
Part 71 - Sedikit Penjelasan
Part 72 - Sehari Bersama Manda
Part 73 - Masak Bersama Manda
Part 74 - Malam Bersama Manda
Part 75 - Otw Puncak
Part 76 - Villa & Kebun Teh
Part 77 - Malam Di Puncak
Part 78 - Hari Kedua & Obrolan Malam
Part 79 - Malam Tahun Baru
Part 80 - Shifting
Part 81 - Unclick
Part 82 - Gak Tau Mau Kasih Judul Apa
Part 83 - 17
Part 84 - Hari Yang Aneh
Part 85 - Pertanda Apa
Part 86 - Ups
Part 87 - Menjelang Perpisahan
Part 88 - Cerita Di Bandung
Part 89 - Obrolan Pagi Hari & Pulang
Part 90 - Awal Baru
Part 91 - Agit
Part 92 - Tentang Sahabat
Part 93 - Keberuntungan Atau Kesialan
Part 94 - Memulai Kembali
Part 95 - Belum Ingin Berakhir
Part 96 - Makan Malam
Part 97 - Rutinitas Lama
Part 98 - Sekedar Teman
Part 99 - Bukan Siapa-Siapa
Part 100 - Seperti Dulu
Part 101 - Kue Kering
Part 102 - Perusak Suasana
Part 103 - Cerita Di Warung Pecel
Part 104 - Konfrontasi
Part 105 - Tragedi Puisi
Part 106 - Gak Sengaja Jadian
Part 107 - Day 1
Part 108 - Mengerti
Part 109 - Sisi Lain
Part 110 - Cemburu
Part 111- Cemburu Lagi
Part 112 - Cerita Akhir Tahun
Part 113 - Ketemu Lagi
Part 114 - Malam Panjang
Part 115 - Malam Masih Panjang
Part 116 - Malam Berakhir
Part 117 - Mereka Bertemu
Part 118 - rekonsiliasi
Part 119 - Bicara Masa Depan
Part 120 - Langkah
Part 121 - UN
Part 122 - Pilox & Spidol
Part 123 - Menjelang Prom
Part 124 - Malam Perpisahan
Part 125 - Sebuah Akhir Untuk Awal Baru (TAMAT)
Epilog - Untuk Perempuan Yang Sempat Singgah Di Hati
Terima Kasih, Maaf, & Pengumuman
Special Part : Gadis Manis & Bocah Laki-Laki Di Kursi Depan
MULUSTRASI
Diubah oleh gitartua24 25-04-2022 01:17
JabLai cOY dan 122 lainnya memberi reputasi
119
197.8K
1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gitartua24
#784
Part 107 - Day 1
Ketika gue bangun, matahari udah berada di ambang langit. Gue bisa ngeliat langit yang bercampur antara warna biru dan oranye. Pasti nyokap yang buka hordeng jendela. Jelas, soalnya gue juga dibangunin. Kalo engga mungkin gue bisa bablas tidur sampe siang.
Semalem gue ga bisa tidur. Perasaan gue terlalu campur aduk dan ngebuat gue susah tidur. Seneng, takut, waswas, bercampur jadi satu. Hasilnya sekarang gue ngantuk banget. Ada secuil harapan di hati gue kalau kejadian kemaren cuman sekedar mimpi. Bukannya nyesel atau kecewa, gue cuman takut sama sesuatu yang bakal gue hadapi kedepannya, sayangnya hal yang gue takutin tersebut juga gue belom tau.
Tapi disisi lain gue juga berharap kalau kejadian kemarin juga bukan mimpi. Kalau ternyata kejadian kemarin cuman mimpi, pasti rasanya kaya namatin game jauh-jauh tapi lupa di-save. Iya, kaya main game lupa di save. Mau namatin lagi males mau ga ngelanjutin juga sayang. Jadi akhirnya gue memutuskan buat membuka hp yang selalu terletak di sebelah bantal saat gue tidur.
Saat membuka hp, gue bisa melihat banyak notifikasi dari banyak orang. Jelas kebanyakan dari temen-temen gue. Sebelum membaca satu persatu pesan yang masuk di bbm, gue terlebih dahulu membuka recent update. Ngebuka recent update bbm udah kaya sebuah kewajiban bagi gue, atau mungkin kita semua pada saat itu. Ibaratnya sekarang setiap bangun tidur kita langsung buka instagram.
Ada satu updatean yang membuat gue berhenti sesaat saat melihatnya. Oke, gue berhenti cukup lama cuman buat ngeliat updatean tersebut. Di sana terdapat sebuah update dari seseorang, yang sepertinya bisa gue anggap spesial sekarang. Dari dulu sih udah, cuman sekarang tambah spesial lagi. Gue melihat Putri memasang status huruf T besar kemudian disebelahnya terdapat emoticon hati. Seketika gue langsung senyum-senyum sendiri ngeliat updatean tersebut. Gue bersyukur karena kemarin bukan sekedar mimpi.
Gue sendiri sekarang belom masang status apa-apa di bbm gue. Gue tau kalau gue emang pantes atau boleh melakukan hal tersebut. Maksudnya masang nama Putri di status gue terus di sebelahnya ada emoticon peluk atau apa lah. Atau gue bisa ngikutin cara Putri dengan hanya memasang inisial nama dan logo hati. Ya, kayaknya gue bakalan ngelakuin hal itu nanti.
Berbeda dengan isi chat yang kebanyakan berasal dari temen-temen gue, isi recent update di bbm gue lebih banyak dipenuhi sama temen-temennya Putri yang kebetulan gue juga punya kontaknya. Kebanyakan dari mereka, atau hampir semuanya mengucapkan selamat yang dipasang di status mereka. Jangan tanya gue kenapa ngasih selamat aja sampe harus masang di status, kan bisa kasih selamat langsung ke orangnya lewat chat. Mungkin itu tipikal cewek.
Sementara itu gue mulai membuka pesan-pesan yang dikirimkan oleh temen-temen gue. Ga ada satu pun dari mereka yang ngasih selamat, kebanyakan isinya mencak-mencak sambil nanya nanya ‘KOK BISA?’ dengan semua huruf di caps lock. Gue mulai membalas satu persatu pesan tersebut, terutama pesan dari temen-temen deket gue. Semuanya gue bales dengan satu kata yang singkat, padat, dan sangat menggambarkan apa yang sedang terjadi. ‘Berak!’
Setelah ngebalesin chat temen gue satu persatu, gue mulai mencari kontak seseorang yang menyebabkan segala keributan yang terjadi di hp gue pagi hari ini. Gue buka kolom chat orang tersebut dan mengetik sebuah pertanyaan yang sangat ingin gue ketahui sebagai orang yang baru pertama kali pacaran.
“Put, setiap pagi harus ngechat ’morning’ gitu gak sih?” Tanya gue. Pertanyaan tolol emang, tapi gue sama sekali ga tau harus gimana. Soalnya itu yang selalu gue lakukan waktu dulu deket sama cewe gara-gara greet bbm ketika jaman SMP. Gila, referensi gue berenti pas di SMP.
Belum ada tanda-tanda kalau pesen gue bakalan dibales cepet sama Putri, jadi gue memutuskan untuk meninggalkannya terlebih dahulu buat mandi pagi. Setelah mandi pagi selesai buru-buru gue balik ke kamar gue buat ngeliat apakah udah ada pesan balesan dari Putri atau belum, dan ternyata udah ada notifikasi masuk di sana.
Ketika melihat pesan tersebut dari Putri gue langsung membukanya, “Hahahaha, santai aja kali Tre….” Kata Putri melalui BBM. “Jangan berubah yaaa….” Katanya lagi.
Ngebaca pesan yang dikirimkan Putri gue malah jadi senyum-senyum sendiri. “Kalem Put.” Bales gue.
“Kamu jalan jam berapa?”
Wait, wait, wait, wait, tadi Putri sendiri yang bilang buat jangan berubah, tapi malah dia yang ngerubah cara ngomongnya. Soalnya kemaren banget masih ngomong gue elo, bahkan waktu gue jemput Putri dari tempat bimbelnya dan nganterin dia ke rumahnya masih ngomong gue elo. Tapi sekarang dia malah menggunakan ‘kamu’ ketika chat.
Bukannya gue ga suka dengan panggilan ‘aku kamu’ yang Putri lakukan, gue malah seneng ngeliatnya. Tapi gue ngerasa aneh aja kalau gue yang ngelakuinnya. Ditambah gue jadi makin baper. Waktu ngeliat Putri ngechat pake kamu, otang gue udah membayangkan nikahan pake adat apa, di gedung mana, dan ngundang berapa orang, wkwkwk.
Oke oke, emang agak berlebihan gue mikirnya. Yang mau gue bilang adalah gue seneng ketika Putri memulai panggilan ‘aku kamu’ ketika ngechat atau nantinya berbicara langsung sama gue, dan gue ga akan menanyakan alasan dia manggil ‘aku kamu’, takutnya malah jadi berhenti. Tapi gue ngerasa belum bisa melakukan panggilan tersebut.
Tapi kan intinya bukan dari kata yang kita ucapkan, melainkan perasaan yang terkandung di dalamnya. Cie gitu, wkwkwk.
“Bentar lagi, ini gue lagi siap-siap dulu.” Balas gue menjelaskan keadaan gue saat ini.
“Kalau mau jalan kabarin yaaa….”
“Sipp.”
Gue melemparkan hp ke atas kasur dan segera bersiap-siap mengenakan seragam gue. Setelah rapih gue segera cabut dari rumah untuk menjemput pujaan hati gue. Asik, udah bisa ngomong begitu sekarang gue, wkwkwk.
Selama di perjalanan, gue ga bisa berhenti senyum-senyum sendiri. Gue yang biasanya kalau kejebak macet bakal teriak-teriak gak jelas, tapi sekarang gue menanggapinya dengan santai dan perlahan. Di sisi lain gue juga rada cemas nanti pas ketemu sama Putri. Gue harus kaya gimana? Peluk? Cium tangan? Apa cipika-cipiki? Belom lagi nanti reaksi temen-temen gue pas di kelas.
Ketika gue sadar ternyata gue udah berada di depan rumah Putri. Saat ini menunggu jadi waktu yang mendebarkan, apa lagi kalau bukan karena status gue dengan Putri yang berbeda sekarang. Gue ngerasa waktu gue menunggu seolah menjadi lebih lama.
Waktu gue ngeliat Putri keluar dari dalem rumahnya dan berjalan menghampiri gue, entah kenapa gue jadi tambah deg-degan. Entah berapa kali gue membuang pandangan terus ngeliatin Putri lagi berjalan menghampiri gue.
“Hai Tre.” Sapa Putri ketika tiba di hadapan gue. Hari ini dia lebih ceria dari biasanya. Gue hanya membalasnya dengan anggukan kepala. “Yuk.” Lanjur Putri lagi seraya naik ke kursi penumpang.
Ga ada percakapan yang terjadi selama kita di jalan. Harusnya ini menjadi hal yang biasa, meskipun kadang sesekali kita membahas sesuatu yang berkaitan dengan sekolah. Tapi sekarang ketika kita diem-dieman gue seolah harus membuka suatu pembicaraan. Tapi lagi-lagi, ga ada yang terjadi.
Kita berdua sampe sekolah seperti biasa, Putri nungguin gue benerin motor dan siap-siap. Kita jalan berdua menuju kelas masing-masing yang satu arah. Bedanya hari ini gue ngerasa lebih banyak pasang mata yang memandang ke arah kami berdua. Masa iya beritanya udah nyebar secepet itu, pikir gue.
“Duluan yaaa Tre.” Kata Putri waktu kita udah berada di depan kelasnya. Lagi-lagi gue cuman bisa menjawabnya dengan anggukan.
Gue sempet memperhatikan ketika Putri masuk ke dalam kelas, beberapa temen kelasnya langsung menghampiri dia dengan senyuman penuh arti. Buru-buru gue lanjutin jalan menuju kelas sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Saat di dalam kelas, gue bisa melihat teman-teman gue udah pada ngumpul di pojok kelas. Bukan temen-temen kelasan gue sekarang aja, tapi ada temen kelasan dulu pas kelas sebelas kaya Anda dan Sam, yaaa yang biasa ngumpul di rumah Bobby lah. Suasana kelas yang sebelumnya rada sepi seketika berubah jadi riuh ketika gue masuk ke dalam kelas.
“Anjiiiiing! ini dia yang ditunggu-tunggu dateng.”
“Woy, Tre, sini lah.”
“baik, akhirnya dateng juga.” Bahkan Sam sampe repot-repot nyamperin gue buat narik gue ke kerumunan.
Setelah itu baru lah sesi pertanyaan menghebohkan pagi itu dimulai. Pertanyaan-pertanyaan kayak gimana jadiannya, jam berapa jadiannya, dan berbagai hal perting dan cenderung mendeskriditkan gue kaya pertanyaan 'kira-kira kapan lo diputusin Putri Tre' harus gue ladenin. Sesi pertanyaan terpaksa di tutup karena bel masuk keburu bunyi dan dilanjutkan pas istirahat, tapi gue udah lebih bisa menguasai keadaan sekarang.
Waktu temen-temen gue udah ga ada yang nanya lagi, mereka pun menodong gue dengan pajak jadian, sebuah pajak yang harganya jauh lebih mahal dan ga masuk akal dibanding pajak pemerintah. Kampretnya lagi mereka ga mau di traktir di kantin sekolah soalnya udah pada bosen. Akhirnya salah satu harga yang harus gue bayar untuk jadian dengan Putri adalah beberapa loyang pizza.
Ketika gue bangun, matahari udah berada di ambang langit. Gue bisa ngeliat langit yang bercampur antara warna biru dan oranye. Pasti nyokap yang buka hordeng jendela. Jelas, soalnya gue juga dibangunin. Kalo engga mungkin gue bisa bablas tidur sampe siang.
Semalem gue ga bisa tidur. Perasaan gue terlalu campur aduk dan ngebuat gue susah tidur. Seneng, takut, waswas, bercampur jadi satu. Hasilnya sekarang gue ngantuk banget. Ada secuil harapan di hati gue kalau kejadian kemaren cuman sekedar mimpi. Bukannya nyesel atau kecewa, gue cuman takut sama sesuatu yang bakal gue hadapi kedepannya, sayangnya hal yang gue takutin tersebut juga gue belom tau.
Tapi disisi lain gue juga berharap kalau kejadian kemarin juga bukan mimpi. Kalau ternyata kejadian kemarin cuman mimpi, pasti rasanya kaya namatin game jauh-jauh tapi lupa di-save. Iya, kaya main game lupa di save. Mau namatin lagi males mau ga ngelanjutin juga sayang. Jadi akhirnya gue memutuskan buat membuka hp yang selalu terletak di sebelah bantal saat gue tidur.
Saat membuka hp, gue bisa melihat banyak notifikasi dari banyak orang. Jelas kebanyakan dari temen-temen gue. Sebelum membaca satu persatu pesan yang masuk di bbm, gue terlebih dahulu membuka recent update. Ngebuka recent update bbm udah kaya sebuah kewajiban bagi gue, atau mungkin kita semua pada saat itu. Ibaratnya sekarang setiap bangun tidur kita langsung buka instagram.
Ada satu updatean yang membuat gue berhenti sesaat saat melihatnya. Oke, gue berhenti cukup lama cuman buat ngeliat updatean tersebut. Di sana terdapat sebuah update dari seseorang, yang sepertinya bisa gue anggap spesial sekarang. Dari dulu sih udah, cuman sekarang tambah spesial lagi. Gue melihat Putri memasang status huruf T besar kemudian disebelahnya terdapat emoticon hati. Seketika gue langsung senyum-senyum sendiri ngeliat updatean tersebut. Gue bersyukur karena kemarin bukan sekedar mimpi.
Gue sendiri sekarang belom masang status apa-apa di bbm gue. Gue tau kalau gue emang pantes atau boleh melakukan hal tersebut. Maksudnya masang nama Putri di status gue terus di sebelahnya ada emoticon peluk atau apa lah. Atau gue bisa ngikutin cara Putri dengan hanya memasang inisial nama dan logo hati. Ya, kayaknya gue bakalan ngelakuin hal itu nanti.
Berbeda dengan isi chat yang kebanyakan berasal dari temen-temen gue, isi recent update di bbm gue lebih banyak dipenuhi sama temen-temennya Putri yang kebetulan gue juga punya kontaknya. Kebanyakan dari mereka, atau hampir semuanya mengucapkan selamat yang dipasang di status mereka. Jangan tanya gue kenapa ngasih selamat aja sampe harus masang di status, kan bisa kasih selamat langsung ke orangnya lewat chat. Mungkin itu tipikal cewek.
Sementara itu gue mulai membuka pesan-pesan yang dikirimkan oleh temen-temen gue. Ga ada satu pun dari mereka yang ngasih selamat, kebanyakan isinya mencak-mencak sambil nanya nanya ‘KOK BISA?’ dengan semua huruf di caps lock. Gue mulai membalas satu persatu pesan tersebut, terutama pesan dari temen-temen deket gue. Semuanya gue bales dengan satu kata yang singkat, padat, dan sangat menggambarkan apa yang sedang terjadi. ‘Berak!’
Setelah ngebalesin chat temen gue satu persatu, gue mulai mencari kontak seseorang yang menyebabkan segala keributan yang terjadi di hp gue pagi hari ini. Gue buka kolom chat orang tersebut dan mengetik sebuah pertanyaan yang sangat ingin gue ketahui sebagai orang yang baru pertama kali pacaran.
“Put, setiap pagi harus ngechat ’morning’ gitu gak sih?” Tanya gue. Pertanyaan tolol emang, tapi gue sama sekali ga tau harus gimana. Soalnya itu yang selalu gue lakukan waktu dulu deket sama cewe gara-gara greet bbm ketika jaman SMP. Gila, referensi gue berenti pas di SMP.
Belum ada tanda-tanda kalau pesen gue bakalan dibales cepet sama Putri, jadi gue memutuskan untuk meninggalkannya terlebih dahulu buat mandi pagi. Setelah mandi pagi selesai buru-buru gue balik ke kamar gue buat ngeliat apakah udah ada pesan balesan dari Putri atau belum, dan ternyata udah ada notifikasi masuk di sana.
Ketika melihat pesan tersebut dari Putri gue langsung membukanya, “Hahahaha, santai aja kali Tre….” Kata Putri melalui BBM. “Jangan berubah yaaa….” Katanya lagi.
Ngebaca pesan yang dikirimkan Putri gue malah jadi senyum-senyum sendiri. “Kalem Put.” Bales gue.
“Kamu jalan jam berapa?”
Wait, wait, wait, wait, tadi Putri sendiri yang bilang buat jangan berubah, tapi malah dia yang ngerubah cara ngomongnya. Soalnya kemaren banget masih ngomong gue elo, bahkan waktu gue jemput Putri dari tempat bimbelnya dan nganterin dia ke rumahnya masih ngomong gue elo. Tapi sekarang dia malah menggunakan ‘kamu’ ketika chat.
Bukannya gue ga suka dengan panggilan ‘aku kamu’ yang Putri lakukan, gue malah seneng ngeliatnya. Tapi gue ngerasa aneh aja kalau gue yang ngelakuinnya. Ditambah gue jadi makin baper. Waktu ngeliat Putri ngechat pake kamu, otang gue udah membayangkan nikahan pake adat apa, di gedung mana, dan ngundang berapa orang, wkwkwk.
Oke oke, emang agak berlebihan gue mikirnya. Yang mau gue bilang adalah gue seneng ketika Putri memulai panggilan ‘aku kamu’ ketika ngechat atau nantinya berbicara langsung sama gue, dan gue ga akan menanyakan alasan dia manggil ‘aku kamu’, takutnya malah jadi berhenti. Tapi gue ngerasa belum bisa melakukan panggilan tersebut.
Tapi kan intinya bukan dari kata yang kita ucapkan, melainkan perasaan yang terkandung di dalamnya. Cie gitu, wkwkwk.
“Bentar lagi, ini gue lagi siap-siap dulu.” Balas gue menjelaskan keadaan gue saat ini.
“Kalau mau jalan kabarin yaaa….”
“Sipp.”
Gue melemparkan hp ke atas kasur dan segera bersiap-siap mengenakan seragam gue. Setelah rapih gue segera cabut dari rumah untuk menjemput pujaan hati gue. Asik, udah bisa ngomong begitu sekarang gue, wkwkwk.
Selama di perjalanan, gue ga bisa berhenti senyum-senyum sendiri. Gue yang biasanya kalau kejebak macet bakal teriak-teriak gak jelas, tapi sekarang gue menanggapinya dengan santai dan perlahan. Di sisi lain gue juga rada cemas nanti pas ketemu sama Putri. Gue harus kaya gimana? Peluk? Cium tangan? Apa cipika-cipiki? Belom lagi nanti reaksi temen-temen gue pas di kelas.
Ketika gue sadar ternyata gue udah berada di depan rumah Putri. Saat ini menunggu jadi waktu yang mendebarkan, apa lagi kalau bukan karena status gue dengan Putri yang berbeda sekarang. Gue ngerasa waktu gue menunggu seolah menjadi lebih lama.
Waktu gue ngeliat Putri keluar dari dalem rumahnya dan berjalan menghampiri gue, entah kenapa gue jadi tambah deg-degan. Entah berapa kali gue membuang pandangan terus ngeliatin Putri lagi berjalan menghampiri gue.
“Hai Tre.” Sapa Putri ketika tiba di hadapan gue. Hari ini dia lebih ceria dari biasanya. Gue hanya membalasnya dengan anggukan kepala. “Yuk.” Lanjur Putri lagi seraya naik ke kursi penumpang.
Ga ada percakapan yang terjadi selama kita di jalan. Harusnya ini menjadi hal yang biasa, meskipun kadang sesekali kita membahas sesuatu yang berkaitan dengan sekolah. Tapi sekarang ketika kita diem-dieman gue seolah harus membuka suatu pembicaraan. Tapi lagi-lagi, ga ada yang terjadi.
Kita berdua sampe sekolah seperti biasa, Putri nungguin gue benerin motor dan siap-siap. Kita jalan berdua menuju kelas masing-masing yang satu arah. Bedanya hari ini gue ngerasa lebih banyak pasang mata yang memandang ke arah kami berdua. Masa iya beritanya udah nyebar secepet itu, pikir gue.
“Duluan yaaa Tre.” Kata Putri waktu kita udah berada di depan kelasnya. Lagi-lagi gue cuman bisa menjawabnya dengan anggukan.
Gue sempet memperhatikan ketika Putri masuk ke dalam kelas, beberapa temen kelasnya langsung menghampiri dia dengan senyuman penuh arti. Buru-buru gue lanjutin jalan menuju kelas sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Saat di dalam kelas, gue bisa melihat teman-teman gue udah pada ngumpul di pojok kelas. Bukan temen-temen kelasan gue sekarang aja, tapi ada temen kelasan dulu pas kelas sebelas kaya Anda dan Sam, yaaa yang biasa ngumpul di rumah Bobby lah. Suasana kelas yang sebelumnya rada sepi seketika berubah jadi riuh ketika gue masuk ke dalam kelas.
“Anjiiiiing! ini dia yang ditunggu-tunggu dateng.”
“Woy, Tre, sini lah.”
“baik, akhirnya dateng juga.” Bahkan Sam sampe repot-repot nyamperin gue buat narik gue ke kerumunan.
Setelah itu baru lah sesi pertanyaan menghebohkan pagi itu dimulai. Pertanyaan-pertanyaan kayak gimana jadiannya, jam berapa jadiannya, dan berbagai hal perting dan cenderung mendeskriditkan gue kaya pertanyaan 'kira-kira kapan lo diputusin Putri Tre' harus gue ladenin. Sesi pertanyaan terpaksa di tutup karena bel masuk keburu bunyi dan dilanjutkan pas istirahat, tapi gue udah lebih bisa menguasai keadaan sekarang.
Waktu temen-temen gue udah ga ada yang nanya lagi, mereka pun menodong gue dengan pajak jadian, sebuah pajak yang harganya jauh lebih mahal dan ga masuk akal dibanding pajak pemerintah. Kampretnya lagi mereka ga mau di traktir di kantin sekolah soalnya udah pada bosen. Akhirnya salah satu harga yang harus gue bayar untuk jadian dengan Putri adalah beberapa loyang pizza.
japraha47 dan 18 lainnya memberi reputasi
19