- Beranda
- Stories from the Heart
Dendam Cinta Dari Masa Silam
...
TS
beqichot
Dendam Cinta Dari Masa Silam
WARNING!!!!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, semua hanyalah kebetulan belaka.
Khusus untuk usia 17++

Prolog
Hai...namaku Aji, lengkapnya Bayu Satriaji.
Aku baru saja pulang dari PETUALANG MASA LALU
Terakhir yang kuingat, aku beserta Zulaikha dan Menik, dua jin cantik.yang selalu mendampingiku selain dari Sang Pamomong, baru saja keluar dari portal yang membawa kami pulang dari masa lalu ratusan tahun silam.
Aku memgerjapkan mataku yang silau oleh cahaya yang menyorot di atas mataku.
Ah...rupanya cahaya lampu.
Perlahan, pandangan mataku menjadi semakin jelas. Kulihat langit-langit kamar yang putih dengan lampu yang menyilaukan mataku tadi.
Di mana aku gerangan? Bukankah aku baru saja keluar dari portal yang menghubungkan masa kini dan masa lalu?
"Mas Aji.... Kau sudah sadar?" sebuah suara menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara yang menyapaku itu. Seraut wajah cantik dengan mata yang berair, menatapku.
"Desi...?"
"Iya mas... Ini aku!" jawabnya.
"Mas Aji...!" sebuah suara lain menyapaku.
Aku menoleh ke asal suara itu..
"Anin...? Kamu kok di sini? Aku di mana?" tanyaku.
"Sebentar mas, biar aku kasih tahu bapak dan dokter.kalau kamu sudah sadar!" katanya sambil beranjak pergi.
Bapak? Dokter?
Kok bapak juga ada di sini? Dokter? Berarti aku di rumah sakit...
Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di rumah sakit?
"Des...ini di rumah sakit?"
"Iya Mas...!"
"Kok aku bisa disini?"
"Ssttt...mas istirahat saja dulu. Kita tunggu dokter dulu!" sahutnya sambil mengelus-elus tanganku.
Saat itulah pintu terbuka, dan dua wanita dengan pakaian serba putih menghampiriku. Seorang diantaranya memeriksa nadiku, menyenteri mataku, dan menempelkan stetoskop di dadaku.
"Bagaimana dokter?" sebuah suara yang berat terdengar beetanya.
"Keadaannya normal pak! Mungkin butuh pemulihan sebentar, dan 2 atau 3 hari kemudian sudah bisa pulang!" kata bu dokter.
'Syukurlah...!" kata Bapak.
"Bapak.....!" panggilku.
"Hai..cah bagus... Bikin panik orang tua saja kamu!" kata bapak sambil mengacak-acak rambutku.
"Maaf pak... Sudah bikin khawatir bapak..!" ucapku.
"Sudahlah. Yang penting kamu sudah ga papa sekarang!" ujar bapak.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak?" tanyaku.
"Kamu ditemukan orang terbaring di jalanan setelah hujan. Lalu dibawa ke rumah sakit ini. Lalu orang itu membuka kontak hpmu dan menghubungi bapak. Bapak dsn Anin segera kemari. Dan kamu baru sadar setelah 3 hari pingsan!" kata bapak.
Hah.3 hari? Padahal aku ada di masa lalu selama 35 hari.
Jadi apakah kejadian di masa lalu itu hanyalah mimpi di saat aku tak sadar?
Kalau memang hanya mimpi, syukurlah...
Dan aku berharap itu semua memang hanya mimpi.
Aku menoleh pada Zulaikha dan Menik yang sedari tadi berdiri di samping ranjangku.
Mereka cuma mengangkat bahu dan menggeleng. .
Yah...semoga saja semua itu hanya mimpi belaka. Kembang tidur di saat aku pingsan. .
Semoga....
Aku masih dirawat selama 2 hari, dan Desi setia memungguku jika sudah pulang kuliah.
Sementara, bapak dan Anin jika malam istirahat di kostku.
Setelah dirasa sehat, aku diperbolehkan pulang.
Bersama bapak dan Anin, kami nakk taksi menuju kostan.
Zulaikha dan Menik melayang di samping mobil.
Di kostan sudah ada pacar tersayang dan adiknya yang menunggu kedatangan kami....
Yah...aku kembali berada di jamanku. Pengalaman di masa lalu itu, entah nyata ataukah sekedar mimpi belaka?
Only time will tell.....
INDEX:
Prolog
The Begining
Naning
The Truth
Lanjutan
Naning Lagi....
Melati's Pov
Godaan Nenek Bohai
Menik's Pov
Tukang Ojek
Masalah Cewe Dino
Di Rumah Firda
Menolong Naning....
One By One
Pulang....
Di Madrasah 1
Di Madrasah 2
It's Begin...
Bingung
Masih Di Rumah Naning
Menik's Pov
Pengakuan Firda
Desi Cemburu
Pertempuran
Bendera Perang Sudah Dikibarkan
Masalah mulai bertambah
Firda's Pov
Liburan Semester
Kejadian Di Kamar Kost.....
Di Gazebo..
Tekad Naning
Pov nya Kunyil
Balada Lontong Opor
Kunyil Ember
Ditinggal.....
Pengusiran
Pulang....
Nenek Tua
Mimpi
RSJ
Pertempuran Seru
Serangan Susulan
Menuju Sumber....
Lanjutannya..
Kurnia
Sebuah Pengakuan
Interogasi
Menepati Janji
Malam Minggu
Piknik....
Di Curug
Ki Sarpa
Berlatih
Ketiduran
Kejadian Aneh
Kyai Punggel
Pagi Absurd
Pov: Naning
Latihan Di Gunung
Wejangan
Aku Dipelet?
Lebih Hebat Dari Pelet
Terusan Kemarin
Tante Fitri Yang....
She's Back
Bros
Makhluk Paling Absurd
Makhluk Absurd 2
Part Kesekian
Cowo Tajir
Jangan Buat Naning Menangis
Surprise
Kejadian Aneh
Quote:
Menghentikan Perang
Ahaha ..
Jatuh Bangun
Selaras
Mulai Dari Awal
Kembali
Rencana Bapak
Gadis Galak
Pengobatan
Sang Dukun
Sandra
A Little Bonus: Sandra's Pov
Pulang Ke Kost
Nenek Tukang Pijat
Upgrade
Si Galak Sakit
Fight....
Proyek Besar
Kesurupan Massal
Kalahkan Biangnya
Kosong
Dreamin'
About Renita
Kenapa Dengan Sandra?
Teluh
Serangan kedua
Gelud Lagi...
Hadiah Nyi Rambat
Kembalinya Trio Ghaib
Kepergian Zulaikha
Kurnia's Pov
Lanjutan Indeks
Diubah oleh beqichot 18-09-2021 19:54
xue.shan dan 199 lainnya memberi reputasi
190
398.8K
12.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beqichot
#628
Lanjutannya....
Iya...bodinya bikin aku merinding..
Kurus kering bagaikan akan terbang jika tertiup angin.
Wajahnya tirus, dengan pipi yang cekung, mata yang agak melotot lebar seolah akan melompat keluar dari rongga matanya yang cekung.
Benar-benar membuatku menelan ludah saking seremnya.
Bahkan rambutnya tinggal beberapa helai yang masih menempel di.kulit kepalanya yang keriput.
Ini yang dibilang Menik kalau.aku.bakal tergoda?
Sialan tuh bocil, ngerjain aku lagi...
"Siapa kau... Mengapa ikut campur urusanku?" kata dukun itu padaku.
Suaranya seolah datang dari alam kubur...
Bibirnya tak kulihat bergerak, namun terdengar suaranya...
Aku bergidik melihatnya... Apakah dukun ini benar seorang manusia?
"Aku adalah teman dari orang yang kau kirim teluh!" kataku menjawab.
"Kau cari mati jika melawanku...!" katanya lagi.
"Mati hidup sudah ada yang mengaturnya.. Jika aku harus mati karena menolong seseorang, palibg tidak aku mati tidak sia-sia."
"Hmm..jangan sok suci dan sok nolong orang. Aku tahi, kamu pasti dibayar untuk ini!"katanya.
"Jangan kau samakan aku denganmu... Aku menolong tanpa niat minta bayaran... Kamu.ini mau saja dibayar untuk memcelakai orang...!"
"Itu urusanku... Bersiaplah untuk mati anak muda...!"
"Silahkan kalau kai mampu...!" kataku.
Dengan teriakan yang melengking, dia menyerangku dengan kerisnya itu. Serangannya cepat dan mematikan. Namun untunglah aku berwujud sukma, jadi aku lebih bebas dalam bergerak. Aku berhasil menghindar atau menangkis serangannya.
Semakin lama gerakannya semakin cepat... Tak lumrah gerakan manusia. Tapi aku ga mau kalah...aku terus melayani kecepatannya dengan menambah energi yang kugunakan untuk menambah kecepatan gerakku.
Jika ada orang yang menonton, mungkin dia hanya akan melihat kelebatan bayangan yang tak jelas.
Beruntung aku masih bisa mengimbangi kecepatan geraknya.
Pada sebuah kesempatan, aku berhasil memukul kerisnya sekuat tenaga menggunakan tombak, dan keris itu terlepas dari pegangannya.
Keris itu melesat membentur tembok dan jatuh ke lantai.
Wanita itu memandangku dengan geram...
"Jangan senang dulu... Perhatikan ini....!"katanya.
Aku hanya mendengar suara mirip orang menggumam hingga beberapa saat. Lantas wanita itu tubuhnya bergetar keras dan semakin keras.
Aku mengucek mataku....
Benarkah yang aku lihat ini?
Tubuh wanita itu perlahan berubah, sosoknya membesar, menjadi semakin tinggi. Kuku jarinya memanjang dan mengeras membentuk cakar yang panjang dan berkilau tajam.
Aura apa ini? Kenapa auranya berubah... Tak ada lagi aura manusia yang tersisa. Aku tertegun memandangnya....
Makhluk apa yang sedang kuhadapi ini? Jin, siluman atau ibls yang bersemayam dalam raga manusia?
"Astaghfirullah....!" aku mengucap istighfar.
Ini sudah tak bisa dibuat main-main. Aura gelapnya semakin menguat dan semakin menekanku...
Spontan, aku membaca ayat-ayat suci dan memohon perlindungan-NYA.
Kyai Cemeng aku simpan kembali, aku panggil Keris Naga Emas.
Sementara transformasi dukun itu tanpaknya sudah selesai.
Segera kuacungkan keris ke atas...
"Naga Emas...datanglah...!" seruku.
Angin bertiup kencang mengiringi datangnya naga Emas. Tubunya yang berbalut sisik keemasan begitu gemerlap.
Makhuk jelamaan dukun itu sedikit tertegun, namun tidak lama.
Diiringi raungan dahsyat yang Cumiakkan telinga, makhluk itu menyerang naga emas dengan cakaran kuku tangannya yang tajam.
Naga Emas menghindar, namun masih juga terkena cakaran.kuku tajam itu.
CRAANNGGGG...
Terdengar suara benturan kuku tajam dan sisik yang melapisi seluruh tubuh Naga Emas.
Ternyata, sisik naga emas mampu meredam serangan kuku tajam tersebut.
Naga Emas meraung keras ..menyemburkan api yang berkobar daru mulutnya. Makhluk itu berhasil menghindar dengan cepat.
Aku yang ga sabar melihat pertempuran itu, mulai menyalurkan energi titipan naga wiru ke tangan kiriku yang bebas. Segera terbentuk sebuah gumpalan berwarna biru sebesar bola volley, dan segera kulontarkan ke arah makhluk jelmaan dukun itu.
Tapi karena tak terbiasa menggunakan tangan kiri, pukulanku hanya menyerempet pinggang makhluk itu.
Makhluk itu meraung keras... Melayangkan cakar kanannya ke arahku. Aku menghindar secepat yang aku bisa, namun sempat juga terserempet oleh angin tajam cakarannya.
"Ugh....!" aku mengeluh sambil memegang perutku yang terluka karena angin serangannya.
Meskipun tak ada darah, namun bisa kurasakan perihnya.
Baru angin serangannya saja sudah setajam ini, bagaimana kalau terkena langsung oleh cakarnya itu? Bakal terpotong-potong tubuhku....
Sementara Naga Emas berhasil melilit tubuh makhluk itu, dan semakin mempererat lilitannya.
Makhluk itu melolong kesakitan...
Dia berusaha untuk berontak, namun lilitan Naga Emas begitu.kuat.
Perlahan, perlawanan makhluk itu semakin melemah... Sosoknya mengecil dan terus mengecil, hingga kembali ke ujud asalnya.
Naga Emas membuka mulutnya lebar-lebar....biasanya akan menyemburkan api dari mulutnya.
"Naga Emas...cukup...!!!" teriakku.
Naga Emas berhenti dan memandangku.
"Terima kasih... Kembalilah...!" ujarku.
Naga Emas mengeluarkan suara lirih, lalu sosoknya berubah menjadi asap dan masuk kembali ke keris.
Aku menyimpan keris itu dan menghampiri dukun wanita itu.
Dukun itu terduduk lemas di lantai... Nampak sudah kehabisan daya untuk melawan.
"Bunuh saja aku... Aku sudah kalah...!" katanya.
"Aku bukan Tuhan yang berhak mencabut nyawa seseorang. Aku hanya minta, hentikan menyakiti temanku. Toh dia ga ada salah padamu. Dan jangan menerima orderan untuk menyakiti orang. Lebih baik ilmu yang kau miliki itu, kau gunakan untuk menolong orang lain!"
"Jangan banyak bicara... Habisi saja aku...!"
"Aku tak akan membunuh seorangpun manusia...!" kataku menegaskan.
".........."
Wanita itu hanya terdiam...
"Nah...aku minta, tarik kembali teluhmu yang tadi kau kirim pada temanku. Dan jangan ganggu lagi temanku..!"
"Baiklah... Aku nurut, karena aku sudah kalah. Nanti akan aku tarik kembali teluh itu...!"
"Sekarang juga .. !" kataku.
"Baik...baik... Sekarang juga...!"
Dengan terseok-seok, dukun itu menuju meja tempat ritualnya. Dinyalakannya dupa, lalu dia mulai melakukan ritualnya.
15 menit kemudian.....
"Sudah aku tarik teluh yang kukirim. Terima kasih kau masih mau mengampuniku. Aku berjanji, tak akan mengganggu temanmu lagi. Tapi, aku tak bisa menghentikan profesiku ini, karena aku sudah terikat perjanjian dengan iblis... Perjanjian ini akan habis saat aku mati...!"
"Ahh..sampai segitunya? Itu terserah padamu. Saranku, bertobatlah selagi sempat...! Hanya itu yang bisa aku katakan. Selamat tinggal...!" kataku sambil beranjak keluar ruangan itu.
Di luar, kulihat Zulaikha dan Menik sudah menungguku.
"Hei..kemana musuh kalian tadi?" tanyaku.
"Sudah kami kalahkan tadi... Bagaimana di dalam sana?" tanya Zulaikha.
"Sudah selesai, mari.kita pulang...!" ajakku.
"Mas ga kepincut sama dukunnya?"tanya Menik sambil Nyengir.
" Enggak lah... Lebih parah dari Nyi Rambat...!" kataku.
"Lha kayak giti kok kamu bilang cantik sih Nik?"
"Hihihi...biar mas Aji semangat kesininya...!" sahut Menik.
"Halah...ada ada aja... Yuk pulang!" kataku.
Kamipun segera pulang ke kost. Sampai di kost, kulihat Nyi among masih setia menunggui ragaku.
"Sudah pulang Nak?"
"Iya Bu... Maaf, jadi merepotkan ibu!" kataku.
"Tidak.apa... Sudah menjadi.tugas ibu kok...! Sekarang, segeralah masuk.ke ragamu. Ibu pamit dulu... Assalamu:alaikum...!"
"Wa'alaikum salam...!"
Sepeninggal Nyi Among, aku segera masuk lagi ke ragaku.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Lama juga ya?
Dengan tubuh lelah, aku segera berangkat tidur, dengan menahan rasa peeih di perutku. Akibat angin cakaran makhluk jelmaan dukun itu.
Ada luka gores di ragaku, namun tidak dalam, hanya seperti tergores saja.
Kurus kering bagaikan akan terbang jika tertiup angin.
Wajahnya tirus, dengan pipi yang cekung, mata yang agak melotot lebar seolah akan melompat keluar dari rongga matanya yang cekung.
Benar-benar membuatku menelan ludah saking seremnya.
Bahkan rambutnya tinggal beberapa helai yang masih menempel di.kulit kepalanya yang keriput.
Ini yang dibilang Menik kalau.aku.bakal tergoda?
Sialan tuh bocil, ngerjain aku lagi...

"Siapa kau... Mengapa ikut campur urusanku?" kata dukun itu padaku.
Suaranya seolah datang dari alam kubur...
Bibirnya tak kulihat bergerak, namun terdengar suaranya...
Aku bergidik melihatnya... Apakah dukun ini benar seorang manusia?
"Aku adalah teman dari orang yang kau kirim teluh!" kataku menjawab.
"Kau cari mati jika melawanku...!" katanya lagi.
"Mati hidup sudah ada yang mengaturnya.. Jika aku harus mati karena menolong seseorang, palibg tidak aku mati tidak sia-sia."
"Hmm..jangan sok suci dan sok nolong orang. Aku tahi, kamu pasti dibayar untuk ini!"katanya.
"Jangan kau samakan aku denganmu... Aku menolong tanpa niat minta bayaran... Kamu.ini mau saja dibayar untuk memcelakai orang...!"
"Itu urusanku... Bersiaplah untuk mati anak muda...!"
"Silahkan kalau kai mampu...!" kataku.
Dengan teriakan yang melengking, dia menyerangku dengan kerisnya itu. Serangannya cepat dan mematikan. Namun untunglah aku berwujud sukma, jadi aku lebih bebas dalam bergerak. Aku berhasil menghindar atau menangkis serangannya.
Semakin lama gerakannya semakin cepat... Tak lumrah gerakan manusia. Tapi aku ga mau kalah...aku terus melayani kecepatannya dengan menambah energi yang kugunakan untuk menambah kecepatan gerakku.
Jika ada orang yang menonton, mungkin dia hanya akan melihat kelebatan bayangan yang tak jelas.
Beruntung aku masih bisa mengimbangi kecepatan geraknya.
Pada sebuah kesempatan, aku berhasil memukul kerisnya sekuat tenaga menggunakan tombak, dan keris itu terlepas dari pegangannya.
Keris itu melesat membentur tembok dan jatuh ke lantai.
Wanita itu memandangku dengan geram...
"Jangan senang dulu... Perhatikan ini....!"katanya.
Aku hanya mendengar suara mirip orang menggumam hingga beberapa saat. Lantas wanita itu tubuhnya bergetar keras dan semakin keras.
Aku mengucek mataku....
Benarkah yang aku lihat ini?
Tubuh wanita itu perlahan berubah, sosoknya membesar, menjadi semakin tinggi. Kuku jarinya memanjang dan mengeras membentuk cakar yang panjang dan berkilau tajam.
Aura apa ini? Kenapa auranya berubah... Tak ada lagi aura manusia yang tersisa. Aku tertegun memandangnya....
Makhluk apa yang sedang kuhadapi ini? Jin, siluman atau ibls yang bersemayam dalam raga manusia?
"Astaghfirullah....!" aku mengucap istighfar.
Ini sudah tak bisa dibuat main-main. Aura gelapnya semakin menguat dan semakin menekanku...
Spontan, aku membaca ayat-ayat suci dan memohon perlindungan-NYA.
Kyai Cemeng aku simpan kembali, aku panggil Keris Naga Emas.
Sementara transformasi dukun itu tanpaknya sudah selesai.
Segera kuacungkan keris ke atas...
"Naga Emas...datanglah...!" seruku.
Angin bertiup kencang mengiringi datangnya naga Emas. Tubunya yang berbalut sisik keemasan begitu gemerlap.
Makhuk jelamaan dukun itu sedikit tertegun, namun tidak lama.
Diiringi raungan dahsyat yang Cumiakkan telinga, makhluk itu menyerang naga emas dengan cakaran kuku tangannya yang tajam.
Naga Emas menghindar, namun masih juga terkena cakaran.kuku tajam itu.
CRAANNGGGG...
Terdengar suara benturan kuku tajam dan sisik yang melapisi seluruh tubuh Naga Emas.
Ternyata, sisik naga emas mampu meredam serangan kuku tajam tersebut.
Naga Emas meraung keras ..menyemburkan api yang berkobar daru mulutnya. Makhluk itu berhasil menghindar dengan cepat.
Aku yang ga sabar melihat pertempuran itu, mulai menyalurkan energi titipan naga wiru ke tangan kiriku yang bebas. Segera terbentuk sebuah gumpalan berwarna biru sebesar bola volley, dan segera kulontarkan ke arah makhluk jelmaan dukun itu.
Tapi karena tak terbiasa menggunakan tangan kiri, pukulanku hanya menyerempet pinggang makhluk itu.
Makhluk itu meraung keras... Melayangkan cakar kanannya ke arahku. Aku menghindar secepat yang aku bisa, namun sempat juga terserempet oleh angin tajam cakarannya.
"Ugh....!" aku mengeluh sambil memegang perutku yang terluka karena angin serangannya.
Meskipun tak ada darah, namun bisa kurasakan perihnya.
Baru angin serangannya saja sudah setajam ini, bagaimana kalau terkena langsung oleh cakarnya itu? Bakal terpotong-potong tubuhku....

Sementara Naga Emas berhasil melilit tubuh makhluk itu, dan semakin mempererat lilitannya.
Makhluk itu melolong kesakitan...
Dia berusaha untuk berontak, namun lilitan Naga Emas begitu.kuat.
Perlahan, perlawanan makhluk itu semakin melemah... Sosoknya mengecil dan terus mengecil, hingga kembali ke ujud asalnya.
Naga Emas membuka mulutnya lebar-lebar....biasanya akan menyemburkan api dari mulutnya.
"Naga Emas...cukup...!!!" teriakku.
Naga Emas berhenti dan memandangku.
"Terima kasih... Kembalilah...!" ujarku.
Naga Emas mengeluarkan suara lirih, lalu sosoknya berubah menjadi asap dan masuk kembali ke keris.
Aku menyimpan keris itu dan menghampiri dukun wanita itu.
Dukun itu terduduk lemas di lantai... Nampak sudah kehabisan daya untuk melawan.
"Bunuh saja aku... Aku sudah kalah...!" katanya.
"Aku bukan Tuhan yang berhak mencabut nyawa seseorang. Aku hanya minta, hentikan menyakiti temanku. Toh dia ga ada salah padamu. Dan jangan menerima orderan untuk menyakiti orang. Lebih baik ilmu yang kau miliki itu, kau gunakan untuk menolong orang lain!"
"Jangan banyak bicara... Habisi saja aku...!"
"Aku tak akan membunuh seorangpun manusia...!" kataku menegaskan.
".........."
Wanita itu hanya terdiam...
"Nah...aku minta, tarik kembali teluhmu yang tadi kau kirim pada temanku. Dan jangan ganggu lagi temanku..!"
"Baiklah... Aku nurut, karena aku sudah kalah. Nanti akan aku tarik kembali teluh itu...!"
"Sekarang juga .. !" kataku.
"Baik...baik... Sekarang juga...!"
Dengan terseok-seok, dukun itu menuju meja tempat ritualnya. Dinyalakannya dupa, lalu dia mulai melakukan ritualnya.
15 menit kemudian.....
"Sudah aku tarik teluh yang kukirim. Terima kasih kau masih mau mengampuniku. Aku berjanji, tak akan mengganggu temanmu lagi. Tapi, aku tak bisa menghentikan profesiku ini, karena aku sudah terikat perjanjian dengan iblis... Perjanjian ini akan habis saat aku mati...!"
"Ahh..sampai segitunya? Itu terserah padamu. Saranku, bertobatlah selagi sempat...! Hanya itu yang bisa aku katakan. Selamat tinggal...!" kataku sambil beranjak keluar ruangan itu.
Di luar, kulihat Zulaikha dan Menik sudah menungguku.
"Hei..kemana musuh kalian tadi?" tanyaku.
"Sudah kami kalahkan tadi... Bagaimana di dalam sana?" tanya Zulaikha.
"Sudah selesai, mari.kita pulang...!" ajakku.
"Mas ga kepincut sama dukunnya?"tanya Menik sambil Nyengir.
" Enggak lah... Lebih parah dari Nyi Rambat...!" kataku.
"Lha kayak giti kok kamu bilang cantik sih Nik?"
"Hihihi...biar mas Aji semangat kesininya...!" sahut Menik.
"Halah...ada ada aja... Yuk pulang!" kataku.
Kamipun segera pulang ke kost. Sampai di kost, kulihat Nyi among masih setia menunggui ragaku.
"Sudah pulang Nak?"
"Iya Bu... Maaf, jadi merepotkan ibu!" kataku.
"Tidak.apa... Sudah menjadi.tugas ibu kok...! Sekarang, segeralah masuk.ke ragamu. Ibu pamit dulu... Assalamu:alaikum...!"
"Wa'alaikum salam...!"
Sepeninggal Nyi Among, aku segera masuk lagi ke ragaku.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Lama juga ya?
Dengan tubuh lelah, aku segera berangkat tidur, dengan menahan rasa peeih di perutku. Akibat angin cakaran makhluk jelmaan dukun itu.
Ada luka gores di ragaku, namun tidak dalam, hanya seperti tergores saja.
arinu dan 73 lainnya memberi reputasi
72
Tutup