Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Dapat Lampu Hijau, Lockheed Martin Kembali Tawarkan F-16 Viper ke Indonesia
Rasanya sudah bosan jika membahas pengadaan jet tempur TNI AU yang tidak menentu, meski dalam Rapim TNI sudah diputuskan untuk membeli jet tempur twin engine Rafale dan F-15EX, namun pembelian Rafale, kini kembali menemui jalan buntu. Masalah dana dikabarkan menjadimdalam upaya pembelian penempur asal Prancis tersebut.

Di tengah ketidakpastian tersebut, Lockheed Martin kembali mendekati Pemerintah Indonesia. Manufaktur alutsista asal Amerika tersebut kembali mencoba menawarkan F-16 Viper (Block 72) kepada Indonesia, yang menarik, kali ini Lockheed sudah mendapat lampu hijau (persetujuan) dari Pemerintah AS untuk menawarkan Viper ke Indonesia.

Pengadaan F-16 Viper sebenarnya bukan berita baru, pasalnya sejak tahun 2019, saat Marsekal TNI Yuyu Sutisna menjabat sebagai Kepasa Staf Angkatan Udara (KSAU) sudah diberitakan rencana akuisisi F-16 Viper. Tak tanggung-tanggung, TNI AU waktu itu akan kedatangan dua skadron F-16 Viper. Namun, perubahan eskalasi dan tantangan regional, ditambah tekanan finansial akibat pandemi Covid-19, membuat perencanaan yang sebelumnya telah dicanangkan berubah total.

Yang aneh bin ajaib gan, rencana pengadaan F-16 Viper untuk dua skadron tersebut tak pernah dihapuskan. Pengadaan jet tempur baru pun justru beralih ke dua penempur twin engine, yakni Rafale dan F-15EX. Di tengah keterbatasan anggaran pertahanan, prioritas pengadaan jet tempur baru berada di persimpangan jalan, antara single engine VS twin engine. Meski rencana pembelian Viper tidak dihapuskan, nama Viper sendiri dalam Rapim TNI awal tahun ini tak pernah disebut untuk diakuisisi.




Ilustrasi: lockheedmartin.com



Kembali melanjutkan pembahasan penawaran Viper kepada Indonesia, pada tanggal pada 27 Mei 2021, Lockheed Martin mengadakan F-16 Indonesia Roundtable secara online dengan beberapa media nasional, kegiatan tersebut dilakukan selama kurang lebih satu jam. Pihak Lockheed diwakili oleh Mike Kelley, F-16 Business Development Director, Lars “Yeti” Hubert, F-16 Pilot dan Mario Magana, F-16 Business Development Manager Lockheed Martin.

Dalam acara yang melibatkan media nasional tersebut, dijelaskan beberapa keuntungan bila Indonesia meneruskan menggunakan keluarga F-16. Dikutip dari indomiliter.com (28/05/2021), Mike Kelley selaku F-16 Business Development Director memberikan pernyataan sebagai berikut: “Ketika Anda menjadi bagian dari jaringan F-16, maka Anda tidak hanya membeli pesawat tempur. Melainkan Anda juga membangun hubungan strategis dengan Lockheed Martin, Amerika Serikat dan negara-negara sekutu.”

Ia menambahkan, reputasi F-16 yang mumpuni di beragam medan operasi, membuat Angkatan Udara AS (USAF) untuk mempertahankan operasional F-16, setidaknya sampai dua dekade mendatang. Saat ini F-16 sudah digunakan oleh 25 negara, hal ini akan memudahkan program latihan bersama dan kemitraan di antara negara-negara penggunanya.




Ilustrasi: lockheedmartin.com



Dalam peetemuan tersebut, Kelley mengatakan bila transisi dari penggunaan armada F-16 versi sebelumnya ke F-16 Viper akan lebih mudah, sederhana dan hemat biaya. Jika dibandingkan membeli pesawat tempur yang tipenya benar-benar baru. Kelley mengatakan pernyataan seperti ini dalam pertemuan kemarin: "“Membangun ekosistem pendukung pesawat tempur akan sangat mahal, belum lagi jika bicara tentang infrastruktur di lapangan, pelatihan pilot dan pemeliharaan.”

Poin lain yang diungkapkan Kelley adalah, penawaran F-16 Viper ke Indonesia sudah termasuk paket persenjataan dan radar AESA AN/APG-83, pemberian paket radar ini sudah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Amerika Serikat. Menurut Kelly, Lockheed Martin bukan bagian dari proses pengambilan keputusan tersebut. F-16 Viper Block 72 kini sudah dipesan oleh lima negara, mulai dari Bahrain, Taiwan, Slovakia, Bulgaria dan Maroko. Produksi F-16 Viper saat ini masih terus berjalan di Greenville, dimana pengiriman pertama F-16 Viper akan dilakukan untuk pesanan Bahrain pada tahun 2022.

Oh iya gan, FYI bagi yang masih menganggap Viper sebagai barang lawas, ane cuma mau meluruskan saja, bahwa yang ditawarkan ke Indonesia adalah barang yang benar-benar baru. Dan meski desainnya terlihat jadul, tapi mulai dari air frame, radar sampai mesin serta perangkat pada pesawat ini adalah produksi baru. Ane menyampaikan hal ini bukan karena pro Amerika, hanya saja sekadar meluruskan informasi. Karena pada thread ane beberapa tahun yang lalu, banyak yang beranggapan bahwa F-16 Viper sudah ketinggalan zaman. Mungkin dari luar terlihat jadul, tapi dari dalam, pesawat ini sebenarnya sudah mengusung teknologi terbaru sperti pesawat generasi 4++ yang lain.






Ilustrasi: lockheedmartin.com



Sejujurnya nih gan, Viper sendiri termasuk yang paling ideal bagi TNI AU saat ini, melihat dari anggaran Kemhan serta masih alotnya negosiasi Rafale. Daripada beli penempur twin engine yang susah untuk didapatkan karena "masih" terganjal masalah harga, kenapa gak membeli single engine seperti F-16 ? Yang pertama single engine tentu lebih murah biaya operasionalnya, kemudian yang kedua di Lanud Iswahyudi sudah ada skadron khusus untuk perawatan rutin mesin F-16. Itu dua nilai plus dari F-16 menurut ane.

Lalu seperti apa kelanjutan "drama" pembelian jet tempur baru untuk TNI AU ini ? Akankah twin engine atau single engine yang akan datang ke Bumi Pertiwi ? Kalau menurut agan bagaimana ?




Referensi: indomiliter.com, lockheedmartin.com
Ilustrasi Gambar: lockheedmartin.com
Diubah oleh si.matamalaikat 30-05-2021 12:59
Aramina
hoorray
yoseful
yoseful dan 30 lainnya memberi reputasi
31
9.7K
209
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan KepolisianKASKUS Official
2.2KThread2.2KAnggota
Tampilkan semua post
gonugraha76Avatar border
gonugraha76
#9
Lockheed Martin F16 Viper memulai debutnya pada tahun 2012 di Singapore Air Show sebagai pespur generation 4++ F16 Fighting Falcon.
Awalnya diperkenalkan dengan nama F16 V karena merupakan hasil pengembangan ke 5 atau V. Angka V romawi ini kemudian malah disamakan dengan huruf V = Viper.
F16 Viper ini sebenarnya tak sepenuhnya merupakan all new F16 karena hanya sistem saja yang dikembangkan dan masih memakai airframe F16 Fighting Falcon generasi ke 3 yaitu F16 E/F.
Seperti biasa bagi para operator F16 E/F block 50/52 dapat juga mengupgrade menjadi mendekati atau setara dengan F16 Viper dengan menggunakan paket upgrade block 70/72 yang juga disediakan oleh Lockheed Martin.

Apakah TNI AU akan membeli F16 Viper ? Besar kemungkinan tidak walaupun TNI AU memang menginginkan regenerasi ke pesawat tempur generasi 4++ untuk mengejar ketinggalan teknologi pespur, menaikkan daya deterrent dan kemampuan tempurnya ketika menghadapi ancaman di matra udara.

Ada 4 alasan utama TNI AU kemungkinan besar tidak akan membeli F16 Viper, yaitu :

Pertama, tolok ukur nilai strategis. USAF tidak menggunakan F16 Viper dan hanya memilih untuk mengupgrade sebagian F16 C/D nya menjadi block 70 saja dengan penyesuaian untuk memperpanjang usia operasional dan memenuhi standar kesiapan tempur armada pespurnya akibat molornya jadwal produksinya F35 Lighting II dan masalah integrasi sistemnya.
Jika produk alutsista US tak dipakai di angkatan perangnya sendiri : no good.

Kedua, indikator pengembangan dan kebutuhan operasional di masa yang akan datang. USAF ternyata lebih memilih mengembangkan F15 E Strike Eagle menjadi F15 EX atau lebih dikenal dengan F15 Eagle II di lingkungan USAF daripada F16 Viper karena kebutuhan pesawat transisi sekaligus untuk memenuhi kebutuhan tandem pespur F35 Lighting II akibat F22 Raptor yang semula akan ditandemkan dengan F35 Lighting II dalam program pengembangan pespur generasi ke 5 sudah discontinue karena performa tak kunjung membaik sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pespur masa depan USAF. Jika TNI AU ingin pakai pespur buatan US yang punya operasional panjang dan ketersediaan paket upgrade yang lebih maju secara teknologi yang bisa jadi mepet dengan standar pesawat pespur generasi ke 5 : Boeing F15 EX adalah pesawat yang lebih tepat untuk dimiliki daripada F16 Viper.

Ketiga, program pengadaan pespur generasi 4++ TNI AU sudah berjalan. Sampai saat ini Kemenhan RI dan Dassault masih dalam proses merampungkan perjanjian pengadaan Dassault Rafale yang juga merupakan pesawat tempur generasi ke 4 ++ dengan pembelian minimal 1 SkU 16 unit lengkap dengan senjata, amunisi, suku cadang serta paket pelatihan pilot dan teknisi TNI AU. Proses pengadaan alutsista yang punya nilai strategis tinggi memang rumit dan butuh waktu lama. Rata rata negara pengguna Dassault Rafale membutuhkan waktu 1-2 tahun hanya untuk menuntaskan perjanjiannya saja dan sabar menunggu 1-4 tahun sampai batch pertama Rafale datang.

Keempat, netralitas dan keseimbangan. Tidak mungkin kebutuhan pespur TNI AU dominan pada produsen dari blok barat atau timur saja karena akan merugikan bila terjadi pergeseran arah peta kepentingan politik, persaingan antar produsen alutsista dan lagi lagi ancaman embargo yang sudah pernah kita alami. Kita butuh keseimbangan alutsista barat dan timur serta dari negara yang netral agar tak terjebak dalam situasi sulit jika terjadi masalah dengan salah satu blok. Inilah resiko pahit dan harga mahal yang harus kita pahami kalau kita masih akan tetap menganut negara non blok yang netral.
Diubah oleh gonugraha76 30-05-2021 03:57
masepdi
Jazed
judogal
judogal dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.