- Beranda
- Stories from the Heart
It's My (Our) Life
...
TS
akmal162
It's My (Our) Life

Prolog
Life is a choice.
Hidup itu sebenarnya sangat sederhana, tinggal bagaimana kita memilih dan lalu menjalani pilihan tersebut, setidaknya begitulah makna yang ku tangkap dari kata-kata bijak berbahasa inggris yang entah dipopulerkan oleh siapa itu.
Tapi kesederhanaan itu akan sirna dalam sekejap mata ketika kita berhadapan dengan sebuah pilihan, pasalnya dibalik sebuah keputusan yang harus kita pilih, akan ada banyak pertimbangan-pertimbangan akan dampak lain yang akan bermunculan dibalik masing-masing pilihan.
Sederhanya, akan selalu ada resiko yang harus kita terima dari setiap pilihan yang kita ambil, dan tidak heran jika ada banyak sekali manusia yang berhasil dibuat ragu-ragu oleh sebuah resiko.
Dan itu yang terjadi pada ku saat ini, bimbang, ragu-ragu, takut, semua rasa itu benar-benar teraduk-aduk menjadi satu di dalam pikiran dan hati ku.
Tapi aku memiliki keyakinan, sebagai seorang laki-laki yang bertangung jawab, aku tidak akan membiarkan orang-orang disekitar ku terkena dampak dari resiko atas pilihan yang ku ambil, apalagi sampai ikut merasakan semua perasaan itu.
Biar aku saja yang merasakan kebimbangan itu, biar aku saja yang merasakan keraguan itu, biar aku saja yang merasakan ketakutan itu, biar aku saja yang menghadapi semuanya. Aku hanya ingin mereka tahu bahwa keputusan yang sudah ku ambil adalah keputusan yang tepat, sudah, itu saja, TITIK!
Yap, intinya aku akan menyimpan semuanya sendiri, dan aku juga yang akan menyelesaikan semuanya seorang diri, karena aku ini seorang laki-laki.
Life is a choice.
Hidup itu sebenarnya sangat sederhana, tinggal bagaimana kita memilih dan lalu menjalani pilihan tersebut, setidaknya begitulah makna yang ku tangkap dari kata-kata bijak berbahasa inggris yang entah dipopulerkan oleh siapa itu.
Tapi kesederhanaan itu akan sirna dalam sekejap mata ketika kita berhadapan dengan sebuah pilihan, pasalnya dibalik sebuah keputusan yang harus kita pilih, akan ada banyak pertimbangan-pertimbangan akan dampak lain yang akan bermunculan dibalik masing-masing pilihan.
Sederhanya, akan selalu ada resiko yang harus kita terima dari setiap pilihan yang kita ambil, dan tidak heran jika ada banyak sekali manusia yang berhasil dibuat ragu-ragu oleh sebuah resiko.
Dan itu yang terjadi pada ku saat ini, bimbang, ragu-ragu, takut, semua rasa itu benar-benar teraduk-aduk menjadi satu di dalam pikiran dan hati ku.
Tapi aku memiliki keyakinan, sebagai seorang laki-laki yang bertangung jawab, aku tidak akan membiarkan orang-orang disekitar ku terkena dampak dari resiko atas pilihan yang ku ambil, apalagi sampai ikut merasakan semua perasaan itu.
Biar aku saja yang merasakan kebimbangan itu, biar aku saja yang merasakan keraguan itu, biar aku saja yang merasakan ketakutan itu, biar aku saja yang menghadapi semuanya. Aku hanya ingin mereka tahu bahwa keputusan yang sudah ku ambil adalah keputusan yang tepat, sudah, itu saja, TITIK!
Yap, intinya aku akan menyimpan semuanya sendiri, dan aku juga yang akan menyelesaikan semuanya seorang diri, karena aku ini seorang laki-laki.
Spoiler for Part 1:
TRIPLE KILL
Jingganya sinar matahari mulai mengganggu perhatian ku terhadap kendaraan yang berseliweran di depan ku.
Sontak saja kelopak mataku berhasil dibuat agak sedikit menyipit olehnya, ditambah lagi asap yang bersumber dari rokok yang terselip di antara jari tengah dan telunjuk ku, yang juga membuat kedua mata ku semakin perih.
Oleh karena itu akupun mulai kembali tersadar dari lamunan ku, kini perhatian ku tertuju kepada sebatang rokok yang sudah hampir 5 menit tidak menyentuh bibir ku sama sekali. Sambil menarik nafas dalam-dalam, aku pun langsung menjatuhkan tumpukan abu yang masih bertengger dengan santainya di rokok ku.
Karena tidak ingin uang yang terbuang sia-sia semakin banyak, aku pun memutuskan untuk segera menghisapnya. Sambil menghembuskan asap rokok dengan santai, aku mengangkat sebelah tangan ku untuk melihat jam tangan yang melingkar di atasnya.
Jarum pendek yang sudah menunjuk ke arah angka 4 berhasil membuat ku menghembuskan nafas sekasar-kasarnya, aku pun kembali menghisap rokok ku sembari menekan touchpad laptop ku, dan pemandangan yang tersaji di laptop ku kali ini berhasil membuat ku berdecak kesal.
"Hadeeeh.... Dari jam 12 nongkrong disini cuman dapet 2 adegan" Batin ku sembari mengusap-usap rambut ku dengan kasar.
Stuck, entah kenapa semakin kesini ide-ide yang biasanya mengalir begitu saja dari kepala ku semakin sedikit. Padahal pada saat awal aku memulai tulisan ini semua cerita seolah-olah sudah benar-benar tergambar dengan jelas mulai awal hingga akhir.
Mungkin ini memang salah ku yang menganggap ide-ide itu akan terus menempel di kepala, ditambah lagi dengan mood ku yang sedang buruk karena harus datang ke pabrik hari sabtu kemaren, sehingga satu hari yang menjadi kesempatan ku untuk melanjutkan project pribadi ku ini hilang.
Memang sih aku mendapatkan bayaran untuk itu, tapi aku tetap merasa bahwa hari libur dan waktu luang ku lebih berharga jika dibandingkan dengan uang 450 ribu yang ku dapat.
Setelah menghembuskan nafas panjang, aku kembali menghisap rokok ku untuk meminimalisir perasaan kesal yang menyeruak di kepala ku saat ini. Setelah menghembuskan asap rokok, aku memgambil segelas kopi yang terletak di samping laptop ku, lalu meminum kopi yang tersisa sampai benar-benar habis bis bis.
Agar perasaan ku lebih tenang lagi, aku pun memutuskan untuk menyenderkan tubuh ku di dinding kursi sembari menghabiskan rokok ku yang filternya sudah hampir tersentuh oleh api sembari menikmati angin sore yang kini sudah mulai menerpa tubuh ku.
Ting
Baru saja beberapa menit, santai ku sudah terganggu lagi dengan suara notif WA yang berasal dari HP ku, karena ada sedikit rasa penasaran, tangan ku pun mulai bergerak meraih HP yang tergeletak di samping laptop untuk melihat siapa yang baru saja mengirim pesan kepada ku.
Dan ternyata aku baru saja mengambil keputusan yang salah.
"Adit, kirimin PPT perencanaan routine maintenence yang saya tugasin ke kamu minggu lalu"
Yap, double kill, hari minggu hampir berakhir, hari senin pun sudah menanti, perasaan kesal ini belum beberakhir, sudah datang masalah baru lagi.
Sontak saja pesan itu berhasil membuat ku geram segeram-geramnya, setelah menekan puntung rokok kencang-kencang ke dalam asbak, aku langsung berteriak kecil sembari menutupi wajah ku dengan kedua tangan, tidak lupa aku menggerakan kaki ku untuk menendang kaki meja yang berada di depan ku berkali-kali.
Suara nafas memburu yang masih memenuhi telinga ku membuat ku tidak lagi fokus dengan keadaan sekitar, aku pun mulai menurunkan kedua tangan ku dari wajah ku secara perlahan.
Deg....
Seketika saja aku langsung tersadar setelah mendapati pemandangan kendaraan yang sedang berlalu lalang di hadapan ku. Dengan gerakan yang agak sedikit hati-hati, mata ku mulai melirik ke arah kanan dan ke arah belakang.
Dan ternyata dugaan ku benar, kini seluruh pengunjung cafe mulai melemparkan tatapan aneh mereka ke arah ku.
"Ekhem.... Ekhem...."
Sontak saja aku langsung berdehem sekencang-kencangnya sembari memasang wajah sok cool untuk menyembunyikan perasaan malu yang mulai menguasai diri ku.
Karena masih penasaran dengan reaksi mereka, aku mulai kembali curi-curi pandang ke arah pengunjung cafe yang lain, aku perhatikan ke arah kanan, sekumpulan anak muda itu mulai kembali asyik dengan obrolannya, begitu juga dengan ciwi-ciwi yang duduk di belakang ku.
Dan saat bola mata ku mulai bergerak ke arah kiri, aku melihat seseorang yang sedang berdiri di dekat ku. Karena aku sedang duduk, aku hanya bisa melihat kaki jenjangnya yang dilapisi oleh celana panjang hitam saja, sepertinya dia seorang perempuan. Bola mata ku pun mulai bergerak ke arah atas untuk mengetahui siapa orang itu dan apa maksud kehadirannya di dekat ku.
Saat bola mata ku bergerak semakin ke atas, pandangan ku mulai melihat kedua tangan putih mulus yang sedang memegang sebuah nampan. Dan, saat aku baru akan mendongakan lagi kepala ku ke atas....
"Kak adit...."
"Weh...."
"Aaaaaaaaaa...."
PRAAAAAAAANNNNNNNNGGGGGGG
Yap, triple kill
Sontak saja nampan yang dibawa oleh perempuan itu terjatuh ke lantai dan membuat gelas-gelas kaca yang ada di atasnya pecah berkeping-keping.
Bukannya bertambah baik, keadaan malah semakin terasa akward karena aku berhasil membuat perhatian seluruh pengunjung cafe tertuju kembali ke arah ku.
Tapi aku tidak ambil pusing dengan itu, kini aku lebih fokus untuk membantu caca membereskan pecahan gelas-gelas yang dijatuhkannya ke atas nampan.
Perasaan tidak enak yang mulai muncul membuat mataku bergerak untuk mencuri pandang ke arah caca yang sedang mengambil serpihan-serpihan gelas pecah itu dengan wajah panik. Sesekali iya menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga untuk memudahkan pengerjaannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, serpihan gelas kaca tersebut sudah hampir seluruhnya terkumpul di atas nampan, karena tidak ingin membuang-buang waktu, caca mengangkat dan meletakan nampan tersebut ke atas meja dengan gerakan cepat.
"E e eh.... Ca...."
Belum sempat aku menyelesaikan kalimat ku, caca langsung berlalu dari hadapan ku untuk masuk ke dalam cafe. Tidak lama setelah caca masuk, dia kembali menghampiri ku dengan sebatang sapu dan sebuah serok yang berada di kedua tangannya.
Dengan gerakan cepat dia mulai menyapu serpihan-serpihan kaca yang masih tersisa ke daam serok.
"Ca.... Gua...."
Lagi-lagi, belum sempat aku mengucapkan permintaan maaf chacha kembali berlalu dengan langkah cepat menuju ke arah tong sampah yang berada di ujung ruangan, lalu menuangkan seluruh isi serok yang ada di tangannya ke dalam tong tersebut.
Setelah itu caca kembali memasuki ruangan cafe. Entah apa yang dia lakukan, yang jelas dia kembali lagi ke arah meja ku dengan gerakan cepat.
Selama caca melangkah ke arah ku, entah kenapa dia sama sekali tidak mau membalas tatapan ku.
Hal itu membuat rasa bersalah ku semakin besar, apalagi setelah melihat bulir air yang mengumpul di kedua kelopak matanya.
Sadar dengan hal itu, dia langsung cepat-cepat mengusap kedua matanya dengan dengan punggung tangan sesampainya di meja ku, lalu mengmbil nampan yang berisi gelas-gelas pecah tersebut untuk masuk ke dalam cafe bersamanya.
Aku hanya bisa meneguk ludah setelah melihat kondisi caca tadi, apa lagi setelah aku melihat arman yang sudah siap-siap menyambut chcha dengan wajah gusar di balik meja kasir dari jendela cafe.
Tanpa membuang-buang waktu, aku langsung mengikuti caca masuk ke dalam cafe dengan gerakan cepat. Caca yang sudah menyadari keberadaan Arman langsung memelankan langkah kakinya sembari menundukan wajahnya.
"Ca... Udah berapa kali...." Ucap arman dengan nada yang agak sedikit tinggi.
"Man, santai man santai" Sela ku sebelum arman melanjutkan kalimatnya.
"Eh.... Dit, sorry ya, padahal nih anak udah...."
"Enggak kok man, gua yang bikin caca jatohin gelas tadi, dia nggak salah kok"
"Tapi dit, dia udah berapa kali kayak...."
"Kagak man, serius, tadi emang salah gua, dia tadi kaget gara-gara gua"
"Tapi dit...."
"Udah lah man, santai, gua ganti kok, tenang aja"
"Bukan masalah itu dit, tapi...."
"Eeeee...., st st st st...." Aku kembali memotong kalimat arman untuk yang kesekian kalinya sembari merogoh dompet ku untuk mengambil 2 lembar uang 100 ribuan di dalamnya, lalu menarik tangan arman dan meletakan uang tersebut di atasnya.
"Eh...., enggak dit, gak usah, nyante aja kali, kayak sama siapa aja lu"
"Udah man.... Emang tadi itu yang salah gua man, biar gimana pun tetep wajib gua ganti lah"
"Yaelah dit.... Jadi gak enak gua"
"Yeeee.... Lu yang bilang kayak sama siapa aja tadi, lu sendiri juga, kayak sama siapa aja, udah, terima aja, hak lu itu"
"Iya dit iya, thank you ya, sorry banget nih, dari kemaren emang agak aneh...."
"Eh, shiftnya caca udah selesai kan man?" Untuk kesekian kalinya aku memotong kalimat yang keluar dari mulut arman sembari menunjukan jam tangan yang melingkar di tanagan ku.
"Iya sih dit...., itu si ayu juga udah dateng"
"Yaudah kalo gitu, ca.... Ambil tas sana, balik bareng gua aja"
Caca hanya mengangguk kecil dengan wajah yang sedari tadi belum terangkat sembari melangkah ke dalam sebuah ruangan kecil yang berada di belakang meja kasir.
Sambil menunggu caca kembali, aku langsung bergegas membereskan barang-barang yang masih berada di meja tempat aku duduk tadi, lalu kembali menghampiri arman untuk mengajaknya berbincang-bincang agar pikirannya dapat teralih dari kejadian tadi.
Tidak lama setelah itu, caca yang saat ini sudah melapisi seragamnya dengan cardigan hijau kembali menuju ke arah kami dengan langkah pelan dan kepala yang terus ditundukan.
"Nah.... Udah balik tuh anaknya, gua balik dulu ya man, minggu depan gua kesini lagi, kayak biasa"
Aku sengaja mengucapkan kalimat tersebut agar aku dapat segera membawa chcha segera keluar dari cafe ini dan terhindar dari amukan bosnya.
Bukan apa-apa, pasalnya beberapa minggu ini aku sering kali melihat caca melakukan berbagai macam kesalahan, lupa ngasih struk lah, lupa setel musik lah, salah bikin pesanan lah. Aku hanya khawatir akan terjadi apa-apa dengan pekerjaannya setelah kejadian tadi, kalau tidak bekerja di tempat ini, chacha pasti akan sangat kebingungan untuk membayar uang kuliahnya.
Sambil berjalan menuju ke arah motor ku, aku mulai mencuri-curi pandang ke arah caca yang masih saja diam sembari menundukan kepalanya, perasaan bersalah kembali menyeruak di kepala ku setelah melihat wajah sedihnya.
Entah lah, aku juga tidak tahu apa yang sedang dia alami saat ini sehingga membuat pekerjaannya agak berantakan.
"Eng.... Ca.... Sorry ya"
Dia langsung menarik nafas panjang setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut ku, lalu menghembuskannya secara perlahan sembari membalas tatapan ku. Seutas senyuman mulai menghiasi wajahnya.
"Yaudah kak, lupain aja, sorry juga buat yang tadi"
"Lah, kok jadi lu yang minta maaf cha?"
"Ehehe.... Enggak papa kok kak, udah lah, lupain aja" Balas nya sembari membuang pandangannya dari wajah ku tanpa menurunkan kedua sudut bibirnya. Tapi masih dengan tatapan mata yang agak sedikit kosong.
"Btw lu kayaknya lagi banyak pikiran akhir-akhir ini ca, ada masalah apa sih?" Tanya ku yang masih penasaran dengan apa yang terjadi pada caca.
Caca kembali menoleh ke arah ku dengan gerakan cepat sembari melemparkan tatapan aneh.
"Dih... Gak kebalik kak? Harusnya gua yang nanya gitu ke kakak, kenapa coba tadi kakak marah-marah sendiri sampe nendang-nendang meja begitu? Udah kayak orang setress aja!" Ujar caca dengan nada yang agak sedikit nge-gas.
"Ehehehe.... Kalau masalah ku sih udah jelas ca, besok kan udah senin lagi"
"Yaelah.... Cuman begitu doang, kirain apaan" Ujar chacha sembari mengerling malas dan membuang pandangannya dari wajah ku.
Sementara itu aku hanya membalasnya dengan sebuah kekehan kecil. Tidak lama setelah itu aku dan caca sudah berada di dekat motor ku yang sedang terparkir.
Tanpa banyak bicara lagi aku langsung menunggangi motor ku, menyelipkan helm yang awalnya tergantung di kaca sepion ke bawah jok sepeda motor bagian depan ku, lalu memundurkan motor ku dengan kaki.
"Ayo naik ca" Perintah ku tanpa menoleh ke arahnya.
Tanpa basa-basi dia pun langsung naik ke atas jok motor ku. Setelah merasa caca sudah nyaman dengan posisi duduknya, aku pun langsung melajukan motor ku untuk pergi meninggalkan cafe ini.
Jingganya sinar matahari mulai mengganggu perhatian ku terhadap kendaraan yang berseliweran di depan ku.
Sontak saja kelopak mataku berhasil dibuat agak sedikit menyipit olehnya, ditambah lagi asap yang bersumber dari rokok yang terselip di antara jari tengah dan telunjuk ku, yang juga membuat kedua mata ku semakin perih.
Oleh karena itu akupun mulai kembali tersadar dari lamunan ku, kini perhatian ku tertuju kepada sebatang rokok yang sudah hampir 5 menit tidak menyentuh bibir ku sama sekali. Sambil menarik nafas dalam-dalam, aku pun langsung menjatuhkan tumpukan abu yang masih bertengger dengan santainya di rokok ku.
Karena tidak ingin uang yang terbuang sia-sia semakin banyak, aku pun memutuskan untuk segera menghisapnya. Sambil menghembuskan asap rokok dengan santai, aku mengangkat sebelah tangan ku untuk melihat jam tangan yang melingkar di atasnya.
Jarum pendek yang sudah menunjuk ke arah angka 4 berhasil membuat ku menghembuskan nafas sekasar-kasarnya, aku pun kembali menghisap rokok ku sembari menekan touchpad laptop ku, dan pemandangan yang tersaji di laptop ku kali ini berhasil membuat ku berdecak kesal.
"Hadeeeh.... Dari jam 12 nongkrong disini cuman dapet 2 adegan" Batin ku sembari mengusap-usap rambut ku dengan kasar.
Stuck, entah kenapa semakin kesini ide-ide yang biasanya mengalir begitu saja dari kepala ku semakin sedikit. Padahal pada saat awal aku memulai tulisan ini semua cerita seolah-olah sudah benar-benar tergambar dengan jelas mulai awal hingga akhir.
Mungkin ini memang salah ku yang menganggap ide-ide itu akan terus menempel di kepala, ditambah lagi dengan mood ku yang sedang buruk karena harus datang ke pabrik hari sabtu kemaren, sehingga satu hari yang menjadi kesempatan ku untuk melanjutkan project pribadi ku ini hilang.
Memang sih aku mendapatkan bayaran untuk itu, tapi aku tetap merasa bahwa hari libur dan waktu luang ku lebih berharga jika dibandingkan dengan uang 450 ribu yang ku dapat.
Setelah menghembuskan nafas panjang, aku kembali menghisap rokok ku untuk meminimalisir perasaan kesal yang menyeruak di kepala ku saat ini. Setelah menghembuskan asap rokok, aku memgambil segelas kopi yang terletak di samping laptop ku, lalu meminum kopi yang tersisa sampai benar-benar habis bis bis.
Agar perasaan ku lebih tenang lagi, aku pun memutuskan untuk menyenderkan tubuh ku di dinding kursi sembari menghabiskan rokok ku yang filternya sudah hampir tersentuh oleh api sembari menikmati angin sore yang kini sudah mulai menerpa tubuh ku.
Ting
Baru saja beberapa menit, santai ku sudah terganggu lagi dengan suara notif WA yang berasal dari HP ku, karena ada sedikit rasa penasaran, tangan ku pun mulai bergerak meraih HP yang tergeletak di samping laptop untuk melihat siapa yang baru saja mengirim pesan kepada ku.
Dan ternyata aku baru saja mengambil keputusan yang salah.
"Adit, kirimin PPT perencanaan routine maintenence yang saya tugasin ke kamu minggu lalu"
Yap, double kill, hari minggu hampir berakhir, hari senin pun sudah menanti, perasaan kesal ini belum beberakhir, sudah datang masalah baru lagi.
Sontak saja pesan itu berhasil membuat ku geram segeram-geramnya, setelah menekan puntung rokok kencang-kencang ke dalam asbak, aku langsung berteriak kecil sembari menutupi wajah ku dengan kedua tangan, tidak lupa aku menggerakan kaki ku untuk menendang kaki meja yang berada di depan ku berkali-kali.
Suara nafas memburu yang masih memenuhi telinga ku membuat ku tidak lagi fokus dengan keadaan sekitar, aku pun mulai menurunkan kedua tangan ku dari wajah ku secara perlahan.
Deg....
Seketika saja aku langsung tersadar setelah mendapati pemandangan kendaraan yang sedang berlalu lalang di hadapan ku. Dengan gerakan yang agak sedikit hati-hati, mata ku mulai melirik ke arah kanan dan ke arah belakang.
Dan ternyata dugaan ku benar, kini seluruh pengunjung cafe mulai melemparkan tatapan aneh mereka ke arah ku.
"Ekhem.... Ekhem...."
Sontak saja aku langsung berdehem sekencang-kencangnya sembari memasang wajah sok cool untuk menyembunyikan perasaan malu yang mulai menguasai diri ku.
Karena masih penasaran dengan reaksi mereka, aku mulai kembali curi-curi pandang ke arah pengunjung cafe yang lain, aku perhatikan ke arah kanan, sekumpulan anak muda itu mulai kembali asyik dengan obrolannya, begitu juga dengan ciwi-ciwi yang duduk di belakang ku.
Dan saat bola mata ku mulai bergerak ke arah kiri, aku melihat seseorang yang sedang berdiri di dekat ku. Karena aku sedang duduk, aku hanya bisa melihat kaki jenjangnya yang dilapisi oleh celana panjang hitam saja, sepertinya dia seorang perempuan. Bola mata ku pun mulai bergerak ke arah atas untuk mengetahui siapa orang itu dan apa maksud kehadirannya di dekat ku.
Saat bola mata ku bergerak semakin ke atas, pandangan ku mulai melihat kedua tangan putih mulus yang sedang memegang sebuah nampan. Dan, saat aku baru akan mendongakan lagi kepala ku ke atas....
"Kak adit...."
"Weh...."
"Aaaaaaaaaa...."
PRAAAAAAAANNNNNNNNGGGGGGG
Yap, triple kill
Sontak saja nampan yang dibawa oleh perempuan itu terjatuh ke lantai dan membuat gelas-gelas kaca yang ada di atasnya pecah berkeping-keping.
Bukannya bertambah baik, keadaan malah semakin terasa akward karena aku berhasil membuat perhatian seluruh pengunjung cafe tertuju kembali ke arah ku.
Tapi aku tidak ambil pusing dengan itu, kini aku lebih fokus untuk membantu caca membereskan pecahan gelas-gelas yang dijatuhkannya ke atas nampan.
Perasaan tidak enak yang mulai muncul membuat mataku bergerak untuk mencuri pandang ke arah caca yang sedang mengambil serpihan-serpihan gelas pecah itu dengan wajah panik. Sesekali iya menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga untuk memudahkan pengerjaannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, serpihan gelas kaca tersebut sudah hampir seluruhnya terkumpul di atas nampan, karena tidak ingin membuang-buang waktu, caca mengangkat dan meletakan nampan tersebut ke atas meja dengan gerakan cepat.
"E e eh.... Ca...."
Belum sempat aku menyelesaikan kalimat ku, caca langsung berlalu dari hadapan ku untuk masuk ke dalam cafe. Tidak lama setelah caca masuk, dia kembali menghampiri ku dengan sebatang sapu dan sebuah serok yang berada di kedua tangannya.
Dengan gerakan cepat dia mulai menyapu serpihan-serpihan kaca yang masih tersisa ke daam serok.
"Ca.... Gua...."
Lagi-lagi, belum sempat aku mengucapkan permintaan maaf chacha kembali berlalu dengan langkah cepat menuju ke arah tong sampah yang berada di ujung ruangan, lalu menuangkan seluruh isi serok yang ada di tangannya ke dalam tong tersebut.
Setelah itu caca kembali memasuki ruangan cafe. Entah apa yang dia lakukan, yang jelas dia kembali lagi ke arah meja ku dengan gerakan cepat.
Selama caca melangkah ke arah ku, entah kenapa dia sama sekali tidak mau membalas tatapan ku.
Hal itu membuat rasa bersalah ku semakin besar, apalagi setelah melihat bulir air yang mengumpul di kedua kelopak matanya.
Sadar dengan hal itu, dia langsung cepat-cepat mengusap kedua matanya dengan dengan punggung tangan sesampainya di meja ku, lalu mengmbil nampan yang berisi gelas-gelas pecah tersebut untuk masuk ke dalam cafe bersamanya.
Aku hanya bisa meneguk ludah setelah melihat kondisi caca tadi, apa lagi setelah aku melihat arman yang sudah siap-siap menyambut chcha dengan wajah gusar di balik meja kasir dari jendela cafe.
Tanpa membuang-buang waktu, aku langsung mengikuti caca masuk ke dalam cafe dengan gerakan cepat. Caca yang sudah menyadari keberadaan Arman langsung memelankan langkah kakinya sembari menundukan wajahnya.
"Ca... Udah berapa kali...." Ucap arman dengan nada yang agak sedikit tinggi.
"Man, santai man santai" Sela ku sebelum arman melanjutkan kalimatnya.
"Eh.... Dit, sorry ya, padahal nih anak udah...."
"Enggak kok man, gua yang bikin caca jatohin gelas tadi, dia nggak salah kok"
"Tapi dit, dia udah berapa kali kayak...."
"Kagak man, serius, tadi emang salah gua, dia tadi kaget gara-gara gua"
"Tapi dit...."
"Udah lah man, santai, gua ganti kok, tenang aja"
"Bukan masalah itu dit, tapi...."
"Eeeee...., st st st st...." Aku kembali memotong kalimat arman untuk yang kesekian kalinya sembari merogoh dompet ku untuk mengambil 2 lembar uang 100 ribuan di dalamnya, lalu menarik tangan arman dan meletakan uang tersebut di atasnya.
"Eh...., enggak dit, gak usah, nyante aja kali, kayak sama siapa aja lu"
"Udah man.... Emang tadi itu yang salah gua man, biar gimana pun tetep wajib gua ganti lah"
"Yaelah dit.... Jadi gak enak gua"
"Yeeee.... Lu yang bilang kayak sama siapa aja tadi, lu sendiri juga, kayak sama siapa aja, udah, terima aja, hak lu itu"
"Iya dit iya, thank you ya, sorry banget nih, dari kemaren emang agak aneh...."
"Eh, shiftnya caca udah selesai kan man?" Untuk kesekian kalinya aku memotong kalimat yang keluar dari mulut arman sembari menunjukan jam tangan yang melingkar di tanagan ku.
"Iya sih dit...., itu si ayu juga udah dateng"
"Yaudah kalo gitu, ca.... Ambil tas sana, balik bareng gua aja"
Caca hanya mengangguk kecil dengan wajah yang sedari tadi belum terangkat sembari melangkah ke dalam sebuah ruangan kecil yang berada di belakang meja kasir.
Sambil menunggu caca kembali, aku langsung bergegas membereskan barang-barang yang masih berada di meja tempat aku duduk tadi, lalu kembali menghampiri arman untuk mengajaknya berbincang-bincang agar pikirannya dapat teralih dari kejadian tadi.
Tidak lama setelah itu, caca yang saat ini sudah melapisi seragamnya dengan cardigan hijau kembali menuju ke arah kami dengan langkah pelan dan kepala yang terus ditundukan.
"Nah.... Udah balik tuh anaknya, gua balik dulu ya man, minggu depan gua kesini lagi, kayak biasa"
Aku sengaja mengucapkan kalimat tersebut agar aku dapat segera membawa chcha segera keluar dari cafe ini dan terhindar dari amukan bosnya.
Bukan apa-apa, pasalnya beberapa minggu ini aku sering kali melihat caca melakukan berbagai macam kesalahan, lupa ngasih struk lah, lupa setel musik lah, salah bikin pesanan lah. Aku hanya khawatir akan terjadi apa-apa dengan pekerjaannya setelah kejadian tadi, kalau tidak bekerja di tempat ini, chacha pasti akan sangat kebingungan untuk membayar uang kuliahnya.
Sambil berjalan menuju ke arah motor ku, aku mulai mencuri-curi pandang ke arah caca yang masih saja diam sembari menundukan kepalanya, perasaan bersalah kembali menyeruak di kepala ku setelah melihat wajah sedihnya.
Entah lah, aku juga tidak tahu apa yang sedang dia alami saat ini sehingga membuat pekerjaannya agak berantakan.
"Eng.... Ca.... Sorry ya"
Dia langsung menarik nafas panjang setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut ku, lalu menghembuskannya secara perlahan sembari membalas tatapan ku. Seutas senyuman mulai menghiasi wajahnya.
"Yaudah kak, lupain aja, sorry juga buat yang tadi"
"Lah, kok jadi lu yang minta maaf cha?"
"Ehehe.... Enggak papa kok kak, udah lah, lupain aja" Balas nya sembari membuang pandangannya dari wajah ku tanpa menurunkan kedua sudut bibirnya. Tapi masih dengan tatapan mata yang agak sedikit kosong.
"Btw lu kayaknya lagi banyak pikiran akhir-akhir ini ca, ada masalah apa sih?" Tanya ku yang masih penasaran dengan apa yang terjadi pada caca.
Caca kembali menoleh ke arah ku dengan gerakan cepat sembari melemparkan tatapan aneh.
"Dih... Gak kebalik kak? Harusnya gua yang nanya gitu ke kakak, kenapa coba tadi kakak marah-marah sendiri sampe nendang-nendang meja begitu? Udah kayak orang setress aja!" Ujar caca dengan nada yang agak sedikit nge-gas.
"Ehehehe.... Kalau masalah ku sih udah jelas ca, besok kan udah senin lagi"
"Yaelah.... Cuman begitu doang, kirain apaan" Ujar chacha sembari mengerling malas dan membuang pandangannya dari wajah ku.
Sementara itu aku hanya membalasnya dengan sebuah kekehan kecil. Tidak lama setelah itu aku dan caca sudah berada di dekat motor ku yang sedang terparkir.
Tanpa banyak bicara lagi aku langsung menunggangi motor ku, menyelipkan helm yang awalnya tergantung di kaca sepion ke bawah jok sepeda motor bagian depan ku, lalu memundurkan motor ku dengan kaki.
"Ayo naik ca" Perintah ku tanpa menoleh ke arahnya.
Tanpa basa-basi dia pun langsung naik ke atas jok motor ku. Setelah merasa caca sudah nyaman dengan posisi duduknya, aku pun langsung melajukan motor ku untuk pergi meninggalkan cafe ini.
Spoiler for Index:
Diubah oleh akmal162 26-05-2021 17:11
khalidki dan 13 lainnya memberi reputasi
14
3.2K
Kutip
15
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#5
Spoiler for PART 6:
PEKERJAAN IMPIAN
Gumpalan asap rokok yang membentuk huruf O menjadi perhatian utama ku saat ini, jam sudah menunjukan pukul 12 siang, setidaknya tinggal kurang lebih 4 jam lagi aku bisa pulang meninggalkan pabrik yng entah kenapa bagi ku lebih terasa seperti neraka.
Aku sama sekali tidak dapat menikmati waktu demi waktu yang ku habiskan di tempat ini. Entah lah, padahal tempat ini yang menjadi sumber penghasilan ku, tapi hanya waktu istirahat seperti saat ini yang dapat membuat ku merasa agak sedikit nyaman berada disini.
Ting...
Suara notifikasi dari HP ku berhasil membuat aku tersadar dari lamunan ku. Tanpa pikir panjang aku pun langsung menyalakan layar HPku. Rasa penasaran ku mulai timbul saat menyadari bahwa pesan yang masuk bukan berasal dari WA, melainkan ada seseorang yang mengirimkan ku DM dari IG.
Dan yang membuat ku tambah terkejut adalah saat aku menyadari bahwa DM tersebut dikirimkan oleh akun instagram caca.
"Kak adit, maaf kalau ganggu, gue boleh minta tolong?"
Begitu lah kira-kira isi pesan yang dikirimkan oleh caca siang ini. Tanpa membuang waktu, aku pun langsung membalas pesan tersebut.
"Boleh kok, minta tolong apa?"
Ting....
Tidak sampai beberapa detik berlalu pesan ku sudah mendapatkan balasan lagi dari caca.
"Boleh gak kalau gue minjem laptop kakak dulu entar malem, besok ada tugas presentasi di kampus, tapi laptop gua lagi rusak"
Ting....
"Gue gak bisa minjem punya temen gua di kampus kak, soalnya pada dipake masing-masing buat ngerjain tugas itu"
Ting....
"Kalo anak-anak cafe gak ada yang punya laptop, gak enak gue kalo pinjem sama mas arman"
Caca langsung mengirimkan 3 pesan dalam satu waktu. Aku memilih untuk berpikir terlebih dahulu sebelum membalas pesan dari caca untuk men-cross check apakah aku membutuhkan laptop ku malam ini.
"Boleh kok ca, nanti aku mampir ke kos lu abis pulang kerja" Jawab ku setelah memastikan bahwa aku masih belum membutuhkan laptop ku dalam waktu dekat ini.
Ting....
"Sip, makasih banyak ya kakak ganteng, baik banget deh
"
"Sama-sama dedek cantik :*"
Ting....
"-___-"
"
"
Aku pun langsung terkekeh kecil setelah mengirim emot melet kepada caca sembari kembali menghisap rokok yang ada di tangan ku.
Ting....
"0822xxxxxxx"
Ting....
"Kalau nanti otw pulang langsung chat ke no WA itu aja ya kak"
"Modus lu ca, bilang aja mau minta no WA gue
"
Ting....
"-___-"
Ting....
"Udah kak, gak usah GR, kerja aja sana yang bener, jangan HPan mulu"
Aku kembali berhasil dibuat terkekeh geli setelah melihat respon yang diberikan oleh caca.
"Heh.... Kesambet lu ya?" Ujar bang jack yang tiba-tiba datang sembari menepuk pundak ku.
Sontak saja aku langsung mematikan layar HP ku saat menyadari kedatangan bang jack dan beberapa teman ku yang lain.
"Dari mana aja lu bang? Biasanya jam 12 teng udah nongkrong disini lu"
"Habis makan gua" Jawab bang jack sembari mengambil tempat untuk duduk di kursi yang berada di samping ku.
"Lah.... Tumben, biasanya kagak pernah makan siang lu bang"
"Kagak sempet sarapan gua dit, anak gua lagi sakit, rewel banget tadi pagi"
"Yang paling bontot bang?"
"Iye"
"Gara-gara dia tau kalo bapaknya sering mainan janda kali tuh, makanya jadi sakit" Sahut bejo sembari mengambil tempat untuk duduk di hadapan ku dan bang jack.
Plak....
"Sembarangan lu!"
Bejo hanya terkekeh kecil setelah bang jack menepuk kepalanya yang masih dilapisi oleh helm proyek.
"Lagian kalau gua mainan janda mana bisa anak gua yang masih umur 5 bulan tau" Ujar bang jack sembari terkekeh kecil, lalu menatao ke arah ku dan bejo secara bergantian.
"Lo.... Meskipun dia kagak tau, tapi anak bayi itu biasanya punya yang namanya piling bang" Jawab bejo dengan logat jawa yang kental sehingga semakin menambah kesan lucu dari kalimat yang diucapkannya.
"Feeling jo" Timpal ku setelah bejo menyelesaikan kalimatnya.
"Piling pala lu, heh! Gini-gini gua orangnya setia ya, jangan lu sama-samain gua sama elu"
Bejo hanya bisa terkekeh kecil setelah di skak balik oleh bang jack. Setelah itu obrolan kami sempat terhenti beberapa detik saat bang jack dan bejo fokus untuk mengambil dan menyalakan rokok mereka masing-masing.
"Eh dit, denger-denger lu kemaren diamuk lagi ya sama si bos?" Tanya bang jack sembari menghembuskan asap rokoknya.
Aku langsung terkekeh kecil sembari menggaruk ujung kepala ku yang sebenarnya tidak terasa gatal.
"Ya gitu lah bang"
Sontak bang jack dan bejo langsung tertawa setelah mendengar jawaban ku.
"Kenapa bisa sampe kena amuk lu?" Tanya bang bejo setelah dia selesai dengan tawanya.
"Gar-gara presentasi yang gua kerjain kemaren bang"
"Lah.... Kenapa? Pastu lu ngerjainnya gak bener nih, iya kan?"
Aku pun kembali terkekeh setelah mendengar tebakan yang dilontarkan oleh bang jack.
"Iya bang, kan itu presentasi pak rizky buat ke GM, tapi gua cuman masukin yang perencanaan rutin"
Sontak saja bang jack langsung tertawa terbahak-bahak setelah mendengar jawaban ku.
"Lah piye sih, terus gimana dit?" Tanya bejo yang sepertinya tidak terlalu memahami bahasan ku dan bang jack kali ini.
"Iya iya, terus gimana dit?" Timpal bang jack yang masih terus tertawa setelah mendengar jawaban ku.
"Ya gara-gara gua ngumpulinnya mepet kagak sempet dibenerin lagi"
"Terus? Si bos kena semprot ama bos eko dong dit?" Tanya bang jack lagi.
"Ya jelas lah bang"
Sontak tawa bang jack pun semakin kencang setelah mendengar jawaban ku. Bejo yang awalnya bingung oun akhirnya mulai ikut tertawa.
"Lu emang sengaja ngerjain si bos apa gimana dit?" Tanya bang jack dengan tawanya yang sudah mulai mereda.
"Gimana ya bang? Dibilang ngerjain iya, tapi dibilang gak ngerjain juga iya, bingung juga gua"
"Gimana tuh maksudnya?"
"Si bos mintanya sama gua minggu lalu cuman yang perencanaan rutin, pas ngingetin juga kagak ada nyinggung yang prediktif, jadi gua kerjain sesuai yang dia minta aja bang"
"Oh.... Ngerti gua, tapi sebenarnya lu ngeh kalo presentasi itu buat dibawa ke pak eko"
"Jelas lah bang, orang tiap 3 bulan gua kok yang ngerjain, terakhir gua ngerjain kan bulan agustus bang, sekarang udah november"
"Emang itu presentasi apaan sih dit" Tanya bejo yang mulai kembali merasa bingung setelah mendengar cerita ku.
"Udah jo, lu dengerin aja, kagak bakal paham lu, ini urusan petinggi-petinggi pabrik" Sahut bang jack dengan nada mengejek.
"Ye.... Baru jadi TL aja udah belagak petinggi lu bang" Sahut bejo dengan nada kesal.
"Eh.... Terus terus, bete dong si bos ama lu?" Tanya bang jack kepada ku tanpa menghiraukan kalimat yang dilontarkan oleh bejo.
"Ya jelas lah bang"
Obrolan kami kembali terhenti beberapa detik setelah aku menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh bang jack.
"Lu gimana sih dit? Katanya kemaren lu mau cari muka sama si bos?" Tanya bang jack setelah menyadari jika ada sedikit keanehan.
Aku langsung terkekeh kecil setelah mendengar pertanyaan dari bang jack.
"Ya sebenarnya pengen sih bang, tapi kemaren gua lagi males aja ngerjain, kebetulan juga si bos ngasih perintahnya kagak lengkap, yaudah, jadi kan gua bisa pembelaan di depan si bos" Jawab ku dengan santai sembari kembali menghisap rokok yang ada di tangan ku.
"Berarti pas kemaren dimarahin lu ngejawab dong dit?"
"Jelas lah bang?"
"Terus si bos gimana?"
"Ya makin ngamuk lah bang" Jawab ku dengan yang diakhiri sebuah kekehan kecil di akhir kalimat.
Sontak saja kami langsung tertawa bersama-sama setelah aku menjawab pertanyaan bang jack.
Ting tung ting tung....
Bel tanda selesainta waktu istirahat ikut meriuhkan suara tertawa yang keluar dari mulut kami.
"Jo, udah bel tuh, balik sana lu ke plant, eh.... Kipli sama anto mana?"
"Itu bang, lagi pushrank ama anak-anak produksi" Jawab bejo sembari menunjuk gazebo sebelah.
"Yaudah, lu ajak tuh bocah ke plant"
"Lah.... elu sama adit kagak bang?"
"Kagak lah, masih sisa setengah nih" Jawab bang jack sembari mengangkat tangannya yang sedang memegang rokok.
"Elu dit?"
Aku langsung mengambil satu batang rokok lagi, lalu membakarnya cepat-cepat.
"Gu malah baru bakar jo" Ujar ku sembari mengangkat rokok yang baru saja ku nyalakan, tidak lupa aku memasang senyuman meledek ke arah bejo.
"Lah.... Kalo gitu gua juga mau sebat...."
"Kagak ada sebat-sebatan, balik lu sono cepet!" Potong bang jack kepada bejo yang baru saja akan menyalakan rokoknya.
"Lah.... Kok gitu?" Tanya bejo dengan wajah melas.
"Cuman TL ke atas yang dapet jatah waktu istirahat 15 menit" Jawab bang jack dengan nada sengak.
"Aturannya siapa bang itu? Perasaan...."
"Aturan gua" Jawab bang jack sembari tertawa puas ke arah bejo.
"Sabar jo sabar...." Ujar bejo sembari mengelus-elus dada, lalu beranjak dari duduknya.
"YaAllah, berikan lah pelajaran kepada atasan-atasan hamba yang dzalim ini YaAllah, hamba sudah teraniya" Ujar bejo sembari mengangkat kedua tangan dan menengadahkan kepalanya ke atas.
"Ye.... Banyak tingkah ya, gua aniaya beneran baru rasa lu!"
"E e e eh.... Iya iya, ampun bang, gua balik sekarang" Ujar bejo sembari memasukan kembali rokoknya ke dalam kotak dengan gerakan tergesa-gesa.
"Pli.... To.... Ayo mbalek.... Perintah bang jack" Teriak bejo kepada kipli dan anto yang masih asyik bermain game di gazebo sebelah.
"Assalamu'alaikum bang, dit, tak kerja dulu, supaya gajinya berkah" Lanjut bejo sesaat sebelum dia berlari meninggalkan gazebo ini dengan nada meledek.
"Ye...." Ujar bang jack yang sudah memasang ancang-ancang untuk mengejar bejo.
Sementara aku masih menghisap rokok ku dengan santai sembari terkekeh kecil karena melihat kelakuan bejo. Bang jack pun memilih untuk kembali duduk sembari menghisap rokoknya dalam-dalam setelah memastikan bejo, kipli, dan anto sudah kembali bekerja.
"Ada-ada aja lu dit, emang demen banget ya lu nyari masalah sama si bos"
"Ya gimana lagi bang, gua kan juga pengen seneng-seneng" Ujar ku sembari tertawa kecil.
"Ye.... Aneh-aneh aja lu, emang kagak ada cara seneng-seneng yang lain?"
"Kagak ada bang" Jawab ku seenaknya.
Bang jack tidak langsung menjawab pertanyaan ku, dia memilih untuk menghisap rokok terlebih dahulu.
"Emang lu kagak sayang dit sama karier lu?"
Sontak aku berhasil dibuat terdiam selama beberapa saat oleh pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh bang jack.
"Eng.... Emang kenapa bang?"
Bang jack langsung terkekeh kecil sembari menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"Ye.... Pake pura-pura bego lagi lu"
"Kan emang bego bang" Jawab ku seenaknya sebelum kembali menghisap rokok yang baru saja ku sulut.
"Dih.... Emang kagak pernah bener lu kalo ditanyain dit" Ujar bang jack sembari mendelik kesal.
Aku hanya bisa tertawa kecil setelah mendengar protes dari bang jack.
"Yaudah, gini aja dah, sekarang gua tanya sama lu, emang lu mau sampe tua mentok di supervisor atau manager doang?" Tanya bang jack yang sepertinya sudah mulai serius.
"Ya kagak lah bang, gua kan calon presdir" Jawab ku sembari tertawa dengan suara yang lumayan keras.
Bang jack hanya bisa berdecak heran sembari menggeleng-gelengkan kepalanya setelah aku kembali menjawab
yang dia lontarkan dengan seenaknya.
"Yaudah, mending langsung gua kasih tau aja nih ya" Ujar bang jack sembari sedikit memiringkan tubuhnya ke arah ku.
"Apaan bang?"
"Gua tau kalau selama ini lu ada dipihak gua dit, gara-gara itu hubungan lu sama manajemen buat sekarang kurang bagus, dan gua ngewakilin anak-anak makasih banget sama apa yang udah lu lakuin sampe sekarang"
"Yaelah bang.... Udah lah, nyante aja" Potong ku.
"Ye.... Dengerin dulu, belom kelar gua"
"Lah, masih ada lanjutannya bang?"
"Iye...." Jawab bang jack kesal.
Bang jack kembali menggelengkan kepalanya sembari beedecak heran sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Udah lah, gua langsung ke intinya aja dit, sebenarnya gua sama anak-anak kagak masalah kalo elu emang pengen cari muka ke pak rizky, kita bakal tetep temenin elu kok"
Aku langsung melemparkan tatapan heran ke arah bang jack setelah mendengar kalimat yang baru saja dia lontarkan.
"Kok tiba-tiba jadi kesana bang?"
"Ya soalnya kalo gua liat-liat, diluar urusan kepentingan gua sama anak-anak, lu emang seneng cari gara-gara sama bos rizky, gua gak enak aja kalo lu gak mau benerin hubungan lu sama pak rizky gara-gara lu gak enak sama gua atau anak-anak"
Aku masih saja melempar tatapan heran ke arah bang jack tanpa menanggapi kalimatnya.
"Ya intinya elu harus mikirin karier lu juga dit, lu gak perlu bikin hubungan lu sama si bos ancur kalau cuman mau nunjukin lu ada dipihak kita, emang sih dit, gua sama anak-anak sering ngeledikin kalau elu lagi akur sama si bos, tapi itu becandaan doang dit, kalo lu emang mau bantuin ato cari muka buat benerin hubungan lu sama si bos ya lakuin aja"
Sontak saja aku berhasil dibuat tertawa setelah benar-benar memahami apa yang dimaksud oleh bang jack.
"Yaelah bang.... GR banget sih lu, gua ngelakuin itu karena emang gua suka aja"
"Kagak usah ngeles lu dit" Ujar bang jack sembari menghisap rokoknya.
Aku pun kembali terkekeh kecil sebelum menghisap rokok yang ada di tangan ku dalam-dalam.
"Siapa yang ngeles sih bang? Gua serius, ngerjain bos kayak si rizky itu cuman satu-satunya cara buat gua seneng-seneng di tempat ini"
Kali ini aku menjawab bang jack dengan nada bicara yang benar-benar serius. Sontak saja bang jack langsung benar-benar menoleh ke arah ku.
"Maksudnya dit?"
Kali ini justru bang jack yang melempar tatapan heran ke arah ku.
"Ya gua kagak enjoy kerja disini bang, gua gak cocok sama kerjaannya, ditambah lagi punya bos yang seenaknya, jadi cuman itu bisa gua lakuin buat nikmatin kehidupan gua disini"
"Emangnya yang elu pengenin itu kerjaan yang gimana sih dit?"
"Ada lah bang, susah jelasinnya"
"Jiah.... Kumat lagi dah kagak jelasnya nih bocah" Protes bang jack sembari mematikan rokok dan membuangnya ke dalam tong sampah.
"Intinya ya bang, gua tuh pengen kerjaan yang bisa bikin gua bahagia, waktu berangkat kerja gua bahagia, waktu kerja gua juga bahagia, waktu pulang gua sedih, kalau disini mah kebalikannya bang"
Sontak saja jawaban ku kembali berhasil membuat bang jack menatap heran ke arah ku.
"Waduh, setau gua sih yang namanya kerja ya kayak begini dit, tapi emang ada ya yang begitu?"
"Ye.... Ketinggalan zaman lu bang, sekarang mah banyak yang begitu"
"Oh.... Kerja apaan dit?"
"Gigolo bang" Jawab ku sembari tertawa dengan suara yang cukup keras.
"Ebuset.... Yang serius lu ah! Bikin darah gua naik aja jawaban lu dari tadi! Gua udah penasaran juga" Protes bang jack sembari memasukan kotak rokoknya ke dalam kantong.
"Kalo lu mau ngomong serius ya ngomong sama gua bang" Jawab ku sembari menghabiskan sisa tawa yang masih belum bisa hilang.
"Lagian lu juga aneh bang, kok tiba-tiba jadi sok-sokan peduli sama gua begitu?" Sambung ku yang agak sedikit penasaran apa maksud bang jack menyampaikan semua pernyataan dan saran tadi kepada ku.
Bang jack kembali menggeleng pelan sekaligus berdecak kesal untuk yang kesekian kalinya.
"Ya kagakpapa sih dit, awalnya gua ngira lu jadi kayak gitu gara-gara yang gua omongin tadi. Tapi kalo emang apa yang lu omongin tadi serius yaudah, ya itu hak elu, gua cuman bisa angkat tangan doang" Ujar bang jack sembari bangkit dari duduknya
"Pokoknya inget yang gua bilang tadi aja dit, kalo lu emang mau cari muka ke si bos, gua sama anak-anak kagak bakal nganggep lu pengkhianat, lu juga harus pikirin hubungan lu sama manajemen dit kalau mau lama berkarier disini"
"Iya bang, makasih buat sarannya, tapi lu tenang aja, gua emah bener-bener serius sama yang gua omongin tadi, jadi lu gak perlu merasa bersalah gitu" Jawab ku sembari membuang rokok ku yang masih tersisa seperempat batang ke dalam tong sampah.
"Beneran pengen jadi gigolo lu?" Ujar bang jack yang sudah mulai kembali bisa bercanda.
"Iya bang, lumayan tuh duitnya kalo ngelayanin istri-istri pejabat yang butuh belaian, cakep-cakep lagi kan biasanya" Jawab ku sembari bangkit dari duduk ku.
Sontak saja bang jack langsung tertawa setelah mendengar jawaban ku.
"Iya kalo yang booking lu cakep dit, kalo entar modelannya kayak bu tuti GA begimana?"
"Kalo ada duitnya ya kenapa enggak bang? Asal masih cewek mah gua ok ok aja"
Tawa kami kembali menggema setelah aku menjawab pertanyaan bang jack.
Kami pun terus mengobrol dan tertawa sembari melangkahkan kaki untuk kembali ke plant dan bekerja.
***
"Oh iya ca, ini chargernya ya" Ujar ku sembari meletakan charger yang baru saja ku ambil dari dalam tas di atas laptop ku yang saat ini dipegang oleh caca.
"Oh iya" Balas caca sembari terkekeh kecil.
"Eh, btw file gua jangan lu buka-buka ya ca, awas aja" Ujar ku sembari mengancing kembali tas ku.
"Emang kakak nyimpen apa hayo?" Tanya caca sembari melemparkan senyuman nakal ke arah ku.
"Rahasia negara ca"
"Rahasia negara atau...." Lanjut caca masih dengan senyum nakalnya.
"Ye.... Kalo begituan mah gua nyimpennya di HP ca, ngapain nyimpen di laptop, ribet nontonnya"
Sontak saja caca langsung tertawa setelah mendengar jawaban ku barusan.
"Dasar om-om mesum!"
Sementara itu aku hanya bisa terkekeh kecil sembari kembali naik ke atas motor ku.
"Yaudah ca, gua balik dulu ya"
"Oke kak, aku pinjem dulu ya laptopnya"
"Iya ca, pake aja dulu" Ujar ku sembari memutar kunci motor ku yang tidak terlepas dari tempatnya.
"Okey.... Makasih ya kak, besok sore langsung kakak ambil aja lagi kesini"
Aku hanya tersenyum tipis sembari mengacungkan jempol untuk merespon caca, setelah itu aku pun langsung menekan tombol starter motor ku.
"Balik dulu ca" Sapa ku sebelum aku mulai memacu motor ku untuk meninggalkan kos caca.
"Iya kak, hati-hati ya"
Gumpalan asap rokok yang membentuk huruf O menjadi perhatian utama ku saat ini, jam sudah menunjukan pukul 12 siang, setidaknya tinggal kurang lebih 4 jam lagi aku bisa pulang meninggalkan pabrik yng entah kenapa bagi ku lebih terasa seperti neraka.
Aku sama sekali tidak dapat menikmati waktu demi waktu yang ku habiskan di tempat ini. Entah lah, padahal tempat ini yang menjadi sumber penghasilan ku, tapi hanya waktu istirahat seperti saat ini yang dapat membuat ku merasa agak sedikit nyaman berada disini.
Ting...
Suara notifikasi dari HP ku berhasil membuat aku tersadar dari lamunan ku. Tanpa pikir panjang aku pun langsung menyalakan layar HPku. Rasa penasaran ku mulai timbul saat menyadari bahwa pesan yang masuk bukan berasal dari WA, melainkan ada seseorang yang mengirimkan ku DM dari IG.
Dan yang membuat ku tambah terkejut adalah saat aku menyadari bahwa DM tersebut dikirimkan oleh akun instagram caca.
"Kak adit, maaf kalau ganggu, gue boleh minta tolong?"
Begitu lah kira-kira isi pesan yang dikirimkan oleh caca siang ini. Tanpa membuang waktu, aku pun langsung membalas pesan tersebut.
"Boleh kok, minta tolong apa?"
Ting....
Tidak sampai beberapa detik berlalu pesan ku sudah mendapatkan balasan lagi dari caca.
"Boleh gak kalau gue minjem laptop kakak dulu entar malem, besok ada tugas presentasi di kampus, tapi laptop gua lagi rusak"
Ting....
"Gue gak bisa minjem punya temen gua di kampus kak, soalnya pada dipake masing-masing buat ngerjain tugas itu"
Ting....
"Kalo anak-anak cafe gak ada yang punya laptop, gak enak gue kalo pinjem sama mas arman"
Caca langsung mengirimkan 3 pesan dalam satu waktu. Aku memilih untuk berpikir terlebih dahulu sebelum membalas pesan dari caca untuk men-cross check apakah aku membutuhkan laptop ku malam ini.
"Boleh kok ca, nanti aku mampir ke kos lu abis pulang kerja" Jawab ku setelah memastikan bahwa aku masih belum membutuhkan laptop ku dalam waktu dekat ini.
Ting....
"Sip, makasih banyak ya kakak ganteng, baik banget deh
""Sama-sama dedek cantik :*"
Ting....
"-___-"
"
"Aku pun langsung terkekeh kecil setelah mengirim emot melet kepada caca sembari kembali menghisap rokok yang ada di tangan ku.
Ting....
"0822xxxxxxx"
Ting....
"Kalau nanti otw pulang langsung chat ke no WA itu aja ya kak"
"Modus lu ca, bilang aja mau minta no WA gue
"Ting....
"-___-"
Ting....
"Udah kak, gak usah GR, kerja aja sana yang bener, jangan HPan mulu"
Aku kembali berhasil dibuat terkekeh geli setelah melihat respon yang diberikan oleh caca.
"Heh.... Kesambet lu ya?" Ujar bang jack yang tiba-tiba datang sembari menepuk pundak ku.
Sontak saja aku langsung mematikan layar HP ku saat menyadari kedatangan bang jack dan beberapa teman ku yang lain.
"Dari mana aja lu bang? Biasanya jam 12 teng udah nongkrong disini lu"
"Habis makan gua" Jawab bang jack sembari mengambil tempat untuk duduk di kursi yang berada di samping ku.
"Lah.... Tumben, biasanya kagak pernah makan siang lu bang"
"Kagak sempet sarapan gua dit, anak gua lagi sakit, rewel banget tadi pagi"
"Yang paling bontot bang?"
"Iye"
"Gara-gara dia tau kalo bapaknya sering mainan janda kali tuh, makanya jadi sakit" Sahut bejo sembari mengambil tempat untuk duduk di hadapan ku dan bang jack.
Plak....
"Sembarangan lu!"
Bejo hanya terkekeh kecil setelah bang jack menepuk kepalanya yang masih dilapisi oleh helm proyek.
"Lagian kalau gua mainan janda mana bisa anak gua yang masih umur 5 bulan tau" Ujar bang jack sembari terkekeh kecil, lalu menatao ke arah ku dan bejo secara bergantian.
"Lo.... Meskipun dia kagak tau, tapi anak bayi itu biasanya punya yang namanya piling bang" Jawab bejo dengan logat jawa yang kental sehingga semakin menambah kesan lucu dari kalimat yang diucapkannya.
"Feeling jo" Timpal ku setelah bejo menyelesaikan kalimatnya.
"Piling pala lu, heh! Gini-gini gua orangnya setia ya, jangan lu sama-samain gua sama elu"
Bejo hanya bisa terkekeh kecil setelah di skak balik oleh bang jack. Setelah itu obrolan kami sempat terhenti beberapa detik saat bang jack dan bejo fokus untuk mengambil dan menyalakan rokok mereka masing-masing.
"Eh dit, denger-denger lu kemaren diamuk lagi ya sama si bos?" Tanya bang jack sembari menghembuskan asap rokoknya.
Aku langsung terkekeh kecil sembari menggaruk ujung kepala ku yang sebenarnya tidak terasa gatal.
"Ya gitu lah bang"
Sontak bang jack dan bejo langsung tertawa setelah mendengar jawaban ku.
"Kenapa bisa sampe kena amuk lu?" Tanya bang bejo setelah dia selesai dengan tawanya.
"Gar-gara presentasi yang gua kerjain kemaren bang"
"Lah.... Kenapa? Pastu lu ngerjainnya gak bener nih, iya kan?"
Aku pun kembali terkekeh setelah mendengar tebakan yang dilontarkan oleh bang jack.
"Iya bang, kan itu presentasi pak rizky buat ke GM, tapi gua cuman masukin yang perencanaan rutin"
Sontak saja bang jack langsung tertawa terbahak-bahak setelah mendengar jawaban ku.
"Lah piye sih, terus gimana dit?" Tanya bejo yang sepertinya tidak terlalu memahami bahasan ku dan bang jack kali ini.
"Iya iya, terus gimana dit?" Timpal bang jack yang masih terus tertawa setelah mendengar jawaban ku.
"Ya gara-gara gua ngumpulinnya mepet kagak sempet dibenerin lagi"
"Terus? Si bos kena semprot ama bos eko dong dit?" Tanya bang jack lagi.
"Ya jelas lah bang"
Sontak tawa bang jack pun semakin kencang setelah mendengar jawaban ku. Bejo yang awalnya bingung oun akhirnya mulai ikut tertawa.
"Lu emang sengaja ngerjain si bos apa gimana dit?" Tanya bang jack dengan tawanya yang sudah mulai mereda.
"Gimana ya bang? Dibilang ngerjain iya, tapi dibilang gak ngerjain juga iya, bingung juga gua"
"Gimana tuh maksudnya?"
"Si bos mintanya sama gua minggu lalu cuman yang perencanaan rutin, pas ngingetin juga kagak ada nyinggung yang prediktif, jadi gua kerjain sesuai yang dia minta aja bang"
"Oh.... Ngerti gua, tapi sebenarnya lu ngeh kalo presentasi itu buat dibawa ke pak eko"
"Jelas lah bang, orang tiap 3 bulan gua kok yang ngerjain, terakhir gua ngerjain kan bulan agustus bang, sekarang udah november"
"Emang itu presentasi apaan sih dit" Tanya bejo yang mulai kembali merasa bingung setelah mendengar cerita ku.
"Udah jo, lu dengerin aja, kagak bakal paham lu, ini urusan petinggi-petinggi pabrik" Sahut bang jack dengan nada mengejek.
"Ye.... Baru jadi TL aja udah belagak petinggi lu bang" Sahut bejo dengan nada kesal.
"Eh.... Terus terus, bete dong si bos ama lu?" Tanya bang jack kepada ku tanpa menghiraukan kalimat yang dilontarkan oleh bejo.
"Ya jelas lah bang"
Obrolan kami kembali terhenti beberapa detik setelah aku menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh bang jack.
"Lu gimana sih dit? Katanya kemaren lu mau cari muka sama si bos?" Tanya bang jack setelah menyadari jika ada sedikit keanehan.
Aku langsung terkekeh kecil setelah mendengar pertanyaan dari bang jack.
"Ya sebenarnya pengen sih bang, tapi kemaren gua lagi males aja ngerjain, kebetulan juga si bos ngasih perintahnya kagak lengkap, yaudah, jadi kan gua bisa pembelaan di depan si bos" Jawab ku dengan santai sembari kembali menghisap rokok yang ada di tangan ku.
"Berarti pas kemaren dimarahin lu ngejawab dong dit?"
"Jelas lah bang?"
"Terus si bos gimana?"
"Ya makin ngamuk lah bang" Jawab ku dengan yang diakhiri sebuah kekehan kecil di akhir kalimat.
Sontak saja kami langsung tertawa bersama-sama setelah aku menjawab pertanyaan bang jack.
Ting tung ting tung....
Bel tanda selesainta waktu istirahat ikut meriuhkan suara tertawa yang keluar dari mulut kami.
"Jo, udah bel tuh, balik sana lu ke plant, eh.... Kipli sama anto mana?"
"Itu bang, lagi pushrank ama anak-anak produksi" Jawab bejo sembari menunjuk gazebo sebelah.
"Yaudah, lu ajak tuh bocah ke plant"
"Lah.... elu sama adit kagak bang?"
"Kagak lah, masih sisa setengah nih" Jawab bang jack sembari mengangkat tangannya yang sedang memegang rokok.
"Elu dit?"
Aku langsung mengambil satu batang rokok lagi, lalu membakarnya cepat-cepat.
"Gu malah baru bakar jo" Ujar ku sembari mengangkat rokok yang baru saja ku nyalakan, tidak lupa aku memasang senyuman meledek ke arah bejo.
"Lah.... Kalo gitu gua juga mau sebat...."
"Kagak ada sebat-sebatan, balik lu sono cepet!" Potong bang jack kepada bejo yang baru saja akan menyalakan rokoknya.
"Lah.... Kok gitu?" Tanya bejo dengan wajah melas.
"Cuman TL ke atas yang dapet jatah waktu istirahat 15 menit" Jawab bang jack dengan nada sengak.
"Aturannya siapa bang itu? Perasaan...."
"Aturan gua" Jawab bang jack sembari tertawa puas ke arah bejo.
"Sabar jo sabar...." Ujar bejo sembari mengelus-elus dada, lalu beranjak dari duduknya.
"YaAllah, berikan lah pelajaran kepada atasan-atasan hamba yang dzalim ini YaAllah, hamba sudah teraniya" Ujar bejo sembari mengangkat kedua tangan dan menengadahkan kepalanya ke atas.
"Ye.... Banyak tingkah ya, gua aniaya beneran baru rasa lu!"
"E e e eh.... Iya iya, ampun bang, gua balik sekarang" Ujar bejo sembari memasukan kembali rokoknya ke dalam kotak dengan gerakan tergesa-gesa.
"Pli.... To.... Ayo mbalek.... Perintah bang jack" Teriak bejo kepada kipli dan anto yang masih asyik bermain game di gazebo sebelah.
"Assalamu'alaikum bang, dit, tak kerja dulu, supaya gajinya berkah" Lanjut bejo sesaat sebelum dia berlari meninggalkan gazebo ini dengan nada meledek.
"Ye...." Ujar bang jack yang sudah memasang ancang-ancang untuk mengejar bejo.
Sementara aku masih menghisap rokok ku dengan santai sembari terkekeh kecil karena melihat kelakuan bejo. Bang jack pun memilih untuk kembali duduk sembari menghisap rokoknya dalam-dalam setelah memastikan bejo, kipli, dan anto sudah kembali bekerja.
"Ada-ada aja lu dit, emang demen banget ya lu nyari masalah sama si bos"
"Ya gimana lagi bang, gua kan juga pengen seneng-seneng" Ujar ku sembari tertawa kecil.
"Ye.... Aneh-aneh aja lu, emang kagak ada cara seneng-seneng yang lain?"
"Kagak ada bang" Jawab ku seenaknya.
Bang jack tidak langsung menjawab pertanyaan ku, dia memilih untuk menghisap rokok terlebih dahulu.
"Emang lu kagak sayang dit sama karier lu?"
Sontak aku berhasil dibuat terdiam selama beberapa saat oleh pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh bang jack.
"Eng.... Emang kenapa bang?"
Bang jack langsung terkekeh kecil sembari menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"Ye.... Pake pura-pura bego lagi lu"
"Kan emang bego bang" Jawab ku seenaknya sebelum kembali menghisap rokok yang baru saja ku sulut.
"Dih.... Emang kagak pernah bener lu kalo ditanyain dit" Ujar bang jack sembari mendelik kesal.
Aku hanya bisa tertawa kecil setelah mendengar protes dari bang jack.
"Yaudah, gini aja dah, sekarang gua tanya sama lu, emang lu mau sampe tua mentok di supervisor atau manager doang?" Tanya bang jack yang sepertinya sudah mulai serius.
"Ya kagak lah bang, gua kan calon presdir" Jawab ku sembari tertawa dengan suara yang lumayan keras.
Bang jack hanya bisa berdecak heran sembari menggeleng-gelengkan kepalanya setelah aku kembali menjawab
yang dia lontarkan dengan seenaknya.
"Yaudah, mending langsung gua kasih tau aja nih ya" Ujar bang jack sembari sedikit memiringkan tubuhnya ke arah ku.
"Apaan bang?"
"Gua tau kalau selama ini lu ada dipihak gua dit, gara-gara itu hubungan lu sama manajemen buat sekarang kurang bagus, dan gua ngewakilin anak-anak makasih banget sama apa yang udah lu lakuin sampe sekarang"
"Yaelah bang.... Udah lah, nyante aja" Potong ku.
"Ye.... Dengerin dulu, belom kelar gua"
"Lah, masih ada lanjutannya bang?"
"Iye...." Jawab bang jack kesal.
Bang jack kembali menggelengkan kepalanya sembari beedecak heran sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Udah lah, gua langsung ke intinya aja dit, sebenarnya gua sama anak-anak kagak masalah kalo elu emang pengen cari muka ke pak rizky, kita bakal tetep temenin elu kok"
Aku langsung melemparkan tatapan heran ke arah bang jack setelah mendengar kalimat yang baru saja dia lontarkan.
"Kok tiba-tiba jadi kesana bang?"
"Ya soalnya kalo gua liat-liat, diluar urusan kepentingan gua sama anak-anak, lu emang seneng cari gara-gara sama bos rizky, gua gak enak aja kalo lu gak mau benerin hubungan lu sama pak rizky gara-gara lu gak enak sama gua atau anak-anak"
Aku masih saja melempar tatapan heran ke arah bang jack tanpa menanggapi kalimatnya.
"Ya intinya elu harus mikirin karier lu juga dit, lu gak perlu bikin hubungan lu sama si bos ancur kalau cuman mau nunjukin lu ada dipihak kita, emang sih dit, gua sama anak-anak sering ngeledikin kalau elu lagi akur sama si bos, tapi itu becandaan doang dit, kalo lu emang mau bantuin ato cari muka buat benerin hubungan lu sama si bos ya lakuin aja"
Sontak saja aku berhasil dibuat tertawa setelah benar-benar memahami apa yang dimaksud oleh bang jack.
"Yaelah bang.... GR banget sih lu, gua ngelakuin itu karena emang gua suka aja"
"Kagak usah ngeles lu dit" Ujar bang jack sembari menghisap rokoknya.
Aku pun kembali terkekeh kecil sebelum menghisap rokok yang ada di tangan ku dalam-dalam.
"Siapa yang ngeles sih bang? Gua serius, ngerjain bos kayak si rizky itu cuman satu-satunya cara buat gua seneng-seneng di tempat ini"
Kali ini aku menjawab bang jack dengan nada bicara yang benar-benar serius. Sontak saja bang jack langsung benar-benar menoleh ke arah ku.
"Maksudnya dit?"
Kali ini justru bang jack yang melempar tatapan heran ke arah ku.
"Ya gua kagak enjoy kerja disini bang, gua gak cocok sama kerjaannya, ditambah lagi punya bos yang seenaknya, jadi cuman itu bisa gua lakuin buat nikmatin kehidupan gua disini"
"Emangnya yang elu pengenin itu kerjaan yang gimana sih dit?"
"Ada lah bang, susah jelasinnya"
"Jiah.... Kumat lagi dah kagak jelasnya nih bocah" Protes bang jack sembari mematikan rokok dan membuangnya ke dalam tong sampah.
"Intinya ya bang, gua tuh pengen kerjaan yang bisa bikin gua bahagia, waktu berangkat kerja gua bahagia, waktu kerja gua juga bahagia, waktu pulang gua sedih, kalau disini mah kebalikannya bang"
Sontak saja jawaban ku kembali berhasil membuat bang jack menatap heran ke arah ku.
"Waduh, setau gua sih yang namanya kerja ya kayak begini dit, tapi emang ada ya yang begitu?"
"Ye.... Ketinggalan zaman lu bang, sekarang mah banyak yang begitu"
"Oh.... Kerja apaan dit?"
"Gigolo bang" Jawab ku sembari tertawa dengan suara yang cukup keras.
"Ebuset.... Yang serius lu ah! Bikin darah gua naik aja jawaban lu dari tadi! Gua udah penasaran juga" Protes bang jack sembari memasukan kotak rokoknya ke dalam kantong.
"Kalo lu mau ngomong serius ya ngomong sama gua bang" Jawab ku sembari menghabiskan sisa tawa yang masih belum bisa hilang.
"Lagian lu juga aneh bang, kok tiba-tiba jadi sok-sokan peduli sama gua begitu?" Sambung ku yang agak sedikit penasaran apa maksud bang jack menyampaikan semua pernyataan dan saran tadi kepada ku.
Bang jack kembali menggeleng pelan sekaligus berdecak kesal untuk yang kesekian kalinya.
"Ya kagakpapa sih dit, awalnya gua ngira lu jadi kayak gitu gara-gara yang gua omongin tadi. Tapi kalo emang apa yang lu omongin tadi serius yaudah, ya itu hak elu, gua cuman bisa angkat tangan doang" Ujar bang jack sembari bangkit dari duduknya
"Pokoknya inget yang gua bilang tadi aja dit, kalo lu emang mau cari muka ke si bos, gua sama anak-anak kagak bakal nganggep lu pengkhianat, lu juga harus pikirin hubungan lu sama manajemen dit kalau mau lama berkarier disini"
"Iya bang, makasih buat sarannya, tapi lu tenang aja, gua emah bener-bener serius sama yang gua omongin tadi, jadi lu gak perlu merasa bersalah gitu" Jawab ku sembari membuang rokok ku yang masih tersisa seperempat batang ke dalam tong sampah.
"Beneran pengen jadi gigolo lu?" Ujar bang jack yang sudah mulai kembali bisa bercanda.
"Iya bang, lumayan tuh duitnya kalo ngelayanin istri-istri pejabat yang butuh belaian, cakep-cakep lagi kan biasanya" Jawab ku sembari bangkit dari duduk ku.
Sontak saja bang jack langsung tertawa setelah mendengar jawaban ku.
"Iya kalo yang booking lu cakep dit, kalo entar modelannya kayak bu tuti GA begimana?"
"Kalo ada duitnya ya kenapa enggak bang? Asal masih cewek mah gua ok ok aja"
Tawa kami kembali menggema setelah aku menjawab pertanyaan bang jack.
Kami pun terus mengobrol dan tertawa sembari melangkahkan kaki untuk kembali ke plant dan bekerja.
***
"Oh iya ca, ini chargernya ya" Ujar ku sembari meletakan charger yang baru saja ku ambil dari dalam tas di atas laptop ku yang saat ini dipegang oleh caca.
"Oh iya" Balas caca sembari terkekeh kecil.
"Eh, btw file gua jangan lu buka-buka ya ca, awas aja" Ujar ku sembari mengancing kembali tas ku.
"Emang kakak nyimpen apa hayo?" Tanya caca sembari melemparkan senyuman nakal ke arah ku.
"Rahasia negara ca"
"Rahasia negara atau...." Lanjut caca masih dengan senyum nakalnya.
"Ye.... Kalo begituan mah gua nyimpennya di HP ca, ngapain nyimpen di laptop, ribet nontonnya"
Sontak saja caca langsung tertawa setelah mendengar jawaban ku barusan.
"Dasar om-om mesum!"
Sementara itu aku hanya bisa terkekeh kecil sembari kembali naik ke atas motor ku.
"Yaudah ca, gua balik dulu ya"
"Oke kak, aku pinjem dulu ya laptopnya"
"Iya ca, pake aja dulu" Ujar ku sembari memutar kunci motor ku yang tidak terlepas dari tempatnya.
"Okey.... Makasih ya kak, besok sore langsung kakak ambil aja lagi kesini"
Aku hanya tersenyum tipis sembari mengacungkan jempol untuk merespon caca, setelah itu aku pun langsung menekan tombol starter motor ku.
"Balik dulu ca" Sapa ku sebelum aku mulai memacu motor ku untuk meninggalkan kos caca.
"Iya kak, hati-hati ya"
phiedut dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas
Tutup