Subuh hari di Stadion Rawabadak, Koja, Jakarta Utara, 24 Agustus 2019 lalu datanglah sesosok pria yang mengenakan kemeja koko biru dan kopiah hitam. Pria tersebut bukanlah pria sembarangan, ia adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies datang untuk mengikuti salat subuh berjamaah dalam acara milad Front Pembela Islam (FPI) ke-21 sekaligus perayaan hari kemerdekaan RI ke-74.

Usai salat, Anies memberi sambutan di mana dirinya mendorong FPI untuk lebih berkontribusi pada masyarakat. Sebab menurutnya di Jakarta telah terasa manfaat dari kehadiran FPI.  “Perlu ditegaskan bahwa usia 21 tahun itu masih pendek untuk ukuran peradaban dan perjuangan umat. Ke depan FPI harus menunjukkan sebagai perekat umat dan bangsa Indonesia. Di Jakarta sendiri sangat terasa kehadiran FPI yang memberi manfaat,” ujar Anies.

Di akhir sambutannya, Anies juga menyapa dan mendoakan perjuangan Imam Besar FPI Rizieq Shihab yang kala itu tak dapat hadir karena masih berada di Arab Saudi.

Sumber : Tribunnews[Anies Baswedan: Di Jakarta Sangat Terasa Kehadiran FPI yang Memberi Manfaat]

Pernyataan Anies itu sekaligus menunjukkan bahwa ia satu-satunya gubernur yang mendukung keberadaan FPI serta mendapatkan dukungan penuh dari FPI. Ia pun terlihat dekat dengan para pimpinan FPI, seperti Rizeiq Shihab.

Namun, sekitar dua tahun kemudian, Gubernur Anies terlihat menjaga jarak dengan salah satu pentolan FPI Munarman terutama setelah yang bersangkutan terlibat terorisme ISIS.

Padahal beberapa waktu yang lalu, buzzer politik Eko Kuntadi mengatakan Gubernur Anies adalah orang yang paling dirugikan dengan ditangkapnya Munarman. Pasalnya, Anies sangat berutang kepada FPI dan tokoh-tokohnya karena telah sukses mengantarkannya menjadi orang nomor satu di ibu kota.

Eko menilai, Anies pasti menyadari sepak terjang FPI. Ia mengetahui bagaimana organisasi yang kini terlarang itu menjadi momok. Akan tetapi, demi kepentingan politik, Anies memilih menyanjung FPI setinggi langit.

Sumber : Warta Ekonomi [Anies Berutang Banyak pada Munarman dan FPI]

Namun ada kesalahan dari penilaian Eko Kuntadi terhadap hubungan Anies dengan FPI dan Munarman. Anies tidak memiliki kedekatan khusus dengan Munarman, ia hanya memiliki kedekatan spesial dengan Rizieq Shihab.

Buktinya dapat terlihat saat Rizieq Shihab datang ke Indonesia. Anies Baswedan merupakan salah seorang yang dianggap Rizieq berjasa meringankan bebannya di kasus kerumunan prokes, selain Menkopolhukam Mahfud MD dan Ketua Satgas Covid-19 Donny Monardo.

Sebagai informasi, Menko Mahfud tidak mempidanakan kerumunan massa Rizieq di Bandara Soetta, padahal massa yang hadir di bandara jauh lebih banyak dibandingkan acara di Petamburan.

Sumber : Sindo News [Kerumunan di Bandara Soetta Tak Diproses, Habib Rizieq: Terima Kasih Mahfud MD]

Sementara soal kerumunan di Petamburan, Rizieq mengucapkan terima kasih kepada Anies Baswedan dan Doni Monardo. Sebab Gubernur Anies telah peduli terhadap acara Maulid Nabi di Petamburan dengan menyampaikan agar tidak ada pelanggaran protokol kesehatan. Sedangkan perhatian Doni Monardo terlihat saat kepala BNPB itu mau membagian masker hingga hand sanitizer kepada pengunjung acara.

Sumber : Tempo [Rizieq Shihab Titip Terima Kasih untuk Anies Baswedan dan Doni Monardo]

Dari informasi tersebut maka kita dapat menilai bahwa kedekatan Anies Baswedan dengan FPI justru pada Rizieq Shihab, bukan pada Munarman. Apalagi Munarman bukanlah golongan Habib atau petinggi agama. Ia hanyalah pengacara yang secara kebetulan bersilangan jalan dengan FPI dan Rizieq Shihab.

Karier Munarman berawal dari sukarelawan di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Palembang pada 1995. Ia kemudian menjadi Koordinator Kontras Aceh pada 1999 – 2000. Sederet jabatan tersebut membuatnya terpilih sebagai Ketua TLBHI periode 2002 – 2007.

Minat Munarman pada gerakan Islam muncul saat dia menjadi anggota Tim Pengacara Abu Bakar Baasyir pada 2002. Selepas mendampingi Baasyir, Munarman mulai dekat dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Dari HTI, Muanrman mengenal sejumlah tokoh Islam garis keras, termasuk mantan ketua FPI Rizieq Shihab. Terlebih saat mereka menjadi tetangga dalam lapas usai proses hukum aksi menolak kenaikan harga BBM.

Selepas dari lapas, Munarman ditawari bergabung dengan FPI pada 2009, beberapa kali menjabat ketua bidang beberapa divisi, hingga akhirnya menjadi sekretaris umum.

Sumber : Kompas [Sepak Terjang Munarman, dari Aktivis di YLBHI hingga Jadi Orang Kepercayaan Rizieq Shihab]

Sumber : IDN Times [Profil Munarman, Pengacara Rizieq Shihab yang Ditangkap Densus 88]

Perjalanan karir Munarman menunjukkan bahwa di adalah aktivis kiri yang berubah haluan menjadi kanan.

Mungkin saja perubahan idealisme yang drastis dari kiri ke kanan menyebabkan Munarman berpandangan ekstrim. Sebab, pada akhirnya bobrok Munarman terbongkar. Ia ternyata menjadi musuh dalam selimut bagi FPI yang menyatakan menolak ISIS. Munarman justru menghadiri baiat ISIS di beberapa tempat di Indonesia.

Menariknya, saat Munarman terciduk, Anies justru tengah mengunjungi pesantren dan makam ulama di Jawa Timur. Seolah-olah ia telah mengetahui bahwa Munarman akan tertangkap dan ia tak mau terjebak pertanyaan media terkait hubungannya dengan Munarman.

Secara logika, jika ia membela Munarman, tentu ia akan ditinggal pendukungnya yang merupakan kelompok nasionalis. Namun jika ia mengutuk perbuatan Munarman, maka ia pun akan kehilangan basis suara FPI yang memang masih beranggapan Munarman tidak bersalah.

Atau, mungkinkah ‘safari politik’ ke pesantren dan makam ulama yang dilakukan Anies di tengah masalah yang menimpa Munarman merupakan caranya mengingatkan basis pendukungnya di FPI, bahwa Munarman adalah sosok pendukung ISIS yang berhasil masuk ke ring satu Rizieq untuk memanfaatkan pengaruh Imam Besar FPI tersebut?