fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
Bukan Dia Tapi Kamu

Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh fallen.sakura 07-05-2021 02:58
SupermanBalap
yusuffajar123
nyamuk.kebon
nyamuk.kebon dan 17 lainnya memberi reputasi
16
38.3K
208
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
#171
PART 16
"Ya udah mas klo gitu mas, maaf udah ganggu makannya. " ucap staff cewek itu.

"Ga papa mbak. " jawab gue tersenyum simpul lalu berjalan ke kursi tunggu dimana nasi kotak gw udah menunggu.

Setelah perut kenyang, jam demi jam gue habiskan dengan nonton TV. Sebenarnya gue pengen ngobrol lagi sama kedua staff cewek tadi, tapi gue urungkan karena gue yakin mereka bakalan menginterogasi soal Riska.

Sesekali gue kirim WA ke Tiara nanya kabar kondisi bapaknya. Dan syukurlah, ternyata kondisi beliau makin baik. Kata Tiara beliau terlihat lebih segar dan bisa jalan-jalan sebentar, meski kadang batuk-batuk ringan. Sebuah kabar yang membuat gue tersenyum lega.

Jam udah menunjukkan pukul 16.00 artinya gue udah lima jam lebih menunggu di lobby, bahkan banyak karyawan kantor ini yang pulang termasuk kedua staff cewek. Tapi nggak ada tanda-tanda sang ibu manajer nongol. Gila ini para boss, betah amat meeting sampai berjam-jam, gerutu gue dalam hati. Yah mungkin wajar aja sih, karena materi meeting pasti bejibun soalnya menyangkut hajat hidup orang banyak di kantor ini.

Haripun beranjak gelap, dan gue masih duduk menunggu di lobby yang mulai lengang. Dan akhirnya, gue pun bernafas lega saat jam menunjukkan hampir pukul enam, Riska muncul bersama beberapa boss dan manajer lain. Dan jelas mereka udah kelar meeting soalnya pada membawa tas dan laptop masing-masing. Dengan bersemangat gue langsung berdiri menyambut sang ibu manajer, yang tersenyum senang lalu mendekati gue.

"Sorry Fer, lama nunggu yah. "

"Ah nggak mbak. " jawab gue balas tersenyum.

"Pulang sekarang mbak ? " tanya gue memastikan.

"Iya lah, masa mau nginep disini. " jawab Riska ketawa.

"Bu Riska. " panggil salah satu boss tadi, dan kami berdua pun menoleh.

"Ini mas nya kok saya belum pernah liat. Driver ibu yang baru ya ? " timpalnya lalu mendekati kami.

"Oh iya pak, saya kebetulan... "

"Kenalin pak, ini Ferdy, suami saya. " potong Riska cepat yang bikin gue kaget setengah mati. Bahkan pak boss itu juga keliatan agak terkejut.

"Oooh suaminya Bu Riska ? Lho ibu ini kapan nikahnya kok nggak ngundang-ngundang kami sih ? " tanya pak boss itu yang bikin gue makin gelagapan.

"Maaf pak... saya... mbak... ini... " tapi Riska malah tersenyum lebar melihat gue yang makin salting. Astaga ini cewek kesurupan apa sih.

"Saya bercanda pak. " kata Riska lagi-lagi tersenyum sembari melirik ke gue.

"Ferdy ini emang driver baru saya. Makanya saya ajak dia biar tahu dimana kantor pusat. " timpal Riska.

"Ooh... Bu Riska ini bisa aja padahal saya tadi hampir percaya lho. " jawab pak boss itu ketawa, dan gue cuma bisa tersenyum kecut sembari mengangguk.

"Mbak, saya siapin mobilnya ya ? " tanya gue ke Riska.

"Oh ya, sama sekalian taruh di jok belakang ya. " pinta Riska lalu memberikan laptop sama tas-nya ke gue.

"Siap mbak. " jawab gue.

"Mari pak. " pamit gue basa-basi ke pak boss rempong itu.

Gue lalu buru-buru berjalan cepat menuju mobil yang ada di parkiran. Setelah menaruh tas dan laptopnya ibu manajer di jok belakang, gue lalu mengarahkan mobil ke depan lobby, dimana ternyata udah berdiri menunggu, yang langsung masuk dan duduk di samping gue. Akhirnya pulang juga, batin gue dengan perasaan senang.

"Langsung pulang mbak ? " tanya gue memastikan.

"Iya Fer, aku capek banget. " jawab Riska.

"Mbak Riska mau saya antar ke kantor atau ke rumah ? "

"Ke rumah aja Fer, aku ga bawa motor soalnya. " jawab Riska.

"Dari warung sate kemaren jauh nggak mbak ? "

"Nggak, kamu dari warung ke timur, ntar gang pertama belok kanan. Deket kok. " jawab Riska.

"Ntar aku tunjukkin Fer, tenang aja. "

Sip lah ternyata Riska nggak minta mampir-mampir. Gue lihat emang Riska keliatan suntuk. Yah siapa juga yang ga lelah dan jenuh duduk di ruangan berjam-jam meski ber AC yg dingin.

Nggak berapa lama, mobil kami berjalan cepat meninggalkan halaman kantor pusat. Dengan kecepatan sedang, gue memacu mobil menyusuri jalanan yang nggak begitu ramai. Sepanjang jalan Riska lebih banyak diem meski sesekali ngajak gue ngomong.

Saat mobil berhenti di traffic light, gue yang penasaran kenapa Riska jadi agak pendiem iseng-iseng ngelirik dan ternyata dia tengah tertidur pules dengan posisi kepala menyandar ke jendela mobil.

Baguslah, batin gue, moga-moga aja bu manajer tidurnya lama kalo perlu sampai kami tiba di rumahnya, jadi gue bisa lebih konsen nyetir dan pulang lebih cepat nggak mampir-mampir.

Ternyata dewi fortuna berpihak ke gue, jam demi jam berlalu dan Riska masih tidur pules. Jam udah menunjukkan pukul 21.05 saat mobil hampir sampai di deket warung sate dimana gue sama Tiara kemarin makan.

Kata Riska tadi, rute ke rumahnya dari warung sate ke timur, ntar ada gang pertama belok kanan. Gue lalu menjalankan mobil ke arah yg dimaksud Riska, dan saat memasuki sebuah kompleks perumahan, gue lihat ada sebuah gang lalu gue belokkan mobil.

Lha yang mana rumahnya, batin gue sembari menatap deretan rumah di depan gue. Dan apesnya bu manajer masih tidur nyenyak. Mau gak mau gue harus bangunin Riska karena gak mungkin nunggu dia bangun sendiri.

"Mbak... " panggil gue pelan setelah gue meminggirkan mobil.

"Mbak Riska. " panggil gue lagi, tapi sepertinya Riska udah sepenuhnya jadi Sleeping Beauty.

Duh, apa iya gue harus towel towel badannya Riska biar dia bangun ? Takutnya dia malah marah nganggep gue kurang ajar karena gue sebagai bawahan udah berani pegang-pegang sembarangan. Saat melihat jam HP, ternyata udah jam 21.36 yang artinya udah malam banget. Belum lagi gue harus ke kantor dulu buat ngembaliin mobil. Klo nunggu Riska bangun gue sampai rumah mau jam berapa.

Gue lalu memberanikan diri, dengan pelan gue menggoyang-goyangkan pundak Riska dan memanggil namanya. Ga papa lah klo dia marah daripada gue ga pulang-pulang.

"Mbak, ini udah sampai lho. "

"Mbak Riska. " dan usaha gue berhasil, Riska bergerak-gerak pelan meski matanya masih terpejam.

"Mbak Riska... " sekali lagi gue panggil.

"Kevin... " tiba-tiba terdengar Riska berbisik lirih yang bikin gue kaget.

"Kevin... "

Sekali lagi Riska memanggil nama tersebut, yang bikin gue hanya bisa termangu. Kevin ? Siapa Kevin ? Apa itu nama pacarnya Riska? Ah siapapun itu mau Kevin Costner kek mau Kevin Home Alone kek bodo amat gue ga ada waktu buat itu, yg penting gimana caranya Riska harus bangun. Ini cewek dibangunin malah ngigau, keluh gue dalam hati.

"Mbak, bangun mbak. "

Riska pun membuka matanya, dan belum juga gue bereaksi tiba-tiba aja dia memeluk gue dengan erat. Jelas aja gue kaget bukan kepalang soalnya gue nggak nyangka sama tindakan Riska.

"Mbak.. mbak ?!! " gue hanya bisa tergagap sekaligus bingung, sementara Riska masih terus memeluk gue.

"Kamu kemana aja Vin ?! "

"Kenapa kamu ninggalin aku ?! Kamu tega banget ya sama aku ?! " teriak Riska sambil tetep memeluk gue.

"Astaga, mbak... sadar mbak. "

"Kamu janji mau pulang !! Aku tiap hari nunggu kamu datang tapi mana ?! MANAAA VIN ?! " teriak Riska lagi makin histeris, yang bikin gue tambah panik.

"Mbak Riska ini kenapa ? " susah payah gue berusaha melepaskan pelukan Riska, tapi bukannya ngelepasin, Riska malah makin kenceng meluk gue.

"Mbak sadar mbak, saya bukan Kevin. Saya Ferdy. "

"Saya Ferdy, mbak. "

Tiba-tiba aja Riska melepaskan pelukannya dan dia pun menatap gue dengan tatapan bingung. Brukk !! Spontan dia mendorong badan gue dengan keras.

"Eh.. tadi Mbak Ris... " belum juga gue selesai ngomong tiba-tiba... plekkk !!! Sebuah tamparan mendarat di pipi gue. Gue sekali lagi hanya bengong sambil memegangi pipi gue yang pedes.

"Kamu ini apa-apaan sih ?! Jangan kurang ajar ya !! " bentak Riska sembari menuding gue.

"Saya kurang ajar kenapa mbak ? Mbak Riska sendiri tadi yang tiba-tiba meluk saya. " gue berusaha membela diri.

"Gak usah bohong kamu Fer !! Bilang aja kamu mau berbuat mesum !! " bentak Riska lagi, yang kali ini bikin gue udah hilang kesabaran.

"Mbak !! Saya ini emang cuma sopir, tapi saya juga punya moral, mbak !! "

"Kalo emang niat saya macem-macem, udah saya lakuin dari tadi pas di jalanan sepi !! Tadi saya beneran mau bangunin mbak soalnya saya mau nanya rumahnya Mbak Riska yang mana, terus tiba-tiba mbak ngigau lalu meluk saya !! "

"Silahkan kalo Mbak Riska nggak percaya, mau ngelaporin saya ke polisi, TERSERAH !! Saya nggak takut, soalnya saya nggak salah !! " jawab gue bertubi-tubi, soalnya gue bener-bener gak terima dituduh hal yang sama sekali nggak gue lakuin. Apalagi tadi pake digampar lagi.

Melihat gue yang emosi, Riska hanya diem sambil menatap gue. Rupanya dia sadar kalo udah salah. Tapi mau gimana lagi, kali ini gue harus bersikap tegas, biar Riska tahu kalo gue ngomong jujur apa adanya.

"Beneran itu Fer ? " tanya Riska dengan nada lirih.

"Iya mbak, buat apa saya bohong. " jawab gue cepat.

"Tadi pas aku ngigau... aku ngomong apa ? " tanya Riska lagi.

"Ngg... tadi... "

"Jawab aja, aku ga papa kok. " desak Riska setelah ngeliat gue ragu-ragu.

"Tadi Mbak Riska manggil-manggil nama seseorang, terus mbak bilang jangan tinggalin aku. " jawab gue dengan hati-hati.

"Aku manggil siapa ? "

"Kevin. " jawab gue lagi.

Mendengar nama yang gue sebut, Riska yang awalnya termangu kemudian mengangguk pelan dengan wajah sendu. Entah mereka ada hubungan apa tapi pastinya 'Kevin' adalah sosok yang sangat berarti bagi Riska. Mungkin pacar atau bisa juga suaminya.

"Maaf... " kata Riska dengan suara seperti menahan tangis.

"Maafkan aku ya Fer... " timpal Riska terisak.

"Udah ga papa mbak. " jawab gue, tapi Riska nggak menjawab dan masih terisak pelan.

"Mbak Riska tenangin diri dulu, mungkin mbak kecapekan jadinya mimpi yang nggak nggak terus ngigau. Mending sekarang mbak pulang terus istirahat. Ini udah hampir jam sepuluh. " kata gue membujuk Riska.

"Rumahnya yang mana mbak ? " tanya gue.

"Itu yang pager hijau. " jawab Riska menunjuk sebuah rumah.

"Ya udah, sekarang Mbak Riska masuk rumah, biar tas sama laptopnya saya bawakan. " kata gue, dan Riska cuma mengangguk pelan sembari mengusap matanya yang mulai berair.

Kami berdua lalu turun dari mobil, dan setelah mengambil barang-barang Riska, gue lalu mengikuti bu manajer masuk ke halaman rumahnya.

"Tolong taruh di ruang tamu ya. " pinta Riska sembari membuka kunci pintu ruang tamu. Lho rumahnya dikunci dari luar ? Berarti Riska tinggal sendirian ? Atau orang tuanya sedang pergi ? tanya gue dalam hati sembari masuk ruang tamu.

"Mbak, ini saya taruh disini ya ? " tanya gue sambil menaruh tas dan laptop Riska di sofa.

"Makasih. " jawab Riska. Untungnya Riska udah mulai tenang dan nggak nangis lagi, meski kedua matanya masih agak sembab.

"Sekali lagi maaf ya Fer, tadi udah marah-marah terus gampar kamu. " timpal Riska.

"Ga papa mbak. Saya juga minta maaf tadi juga udah bentak Mbak Riska. " jawab gue, dan Riska gak menjawab hanya mengangguk.

"Mbak, ini udah hampir jam sepuluh, saya pamit dulu... "

"Fer. " potong Riska.

"Boleh aku mau minta sesuatu ? " kata Riska sembari menatap gue.

"Apa itu mbak ? " tanya gue.

"Aku kan atasan kamu cuma kalo di kantor aja, jadi di luar jangan panggil aku mbak ya, panggil Riska aja. " pinta Riska tersenyum. Gue pun hanya bisa mengernyitkan dahi mendengar permintaannya.

"Tapi Mbak Riska, meski di luar jam kantor kan mbak tetep atasan saya, masa saya... "

"Aku mohon Fer, kamu mau kan ? " tanya Riska sembari menatap gue penuh harap, yang nggak memberi gue pilihan lain.

"Iya mbak. " jawab gue mengangguk.

"Tuh kan pake mbak lagi. " jawab Riska dengan nada ketus. Riska ini apa-apaan sih, masa iya gue harus manggil atasan gue pake namanya aja. Tapi karena udah perintah ibu manajer gue jelas harus nurut.

"Eh iya ya... Ris. Riska. " jawab gue gelagapan, sedangkan Riska cuma tersenyum masam.

"Ini hampir jam sepuluh, saya... eh aku... pulang dulu ya. " kata gue.

"Yaah padahal kamu mau aku ajak makan malam. Aku laper banget soalnya. " jawab Riska dengan nada kecewa.

"Jangan sekarang deh, ini udah malem banget soalnya. Belum lagi aku harus balikin mobil ke kantor. " jawab gue, dan gue nggak sadar kalo udah ngelakuin kesalahan besar.

"Baiklah, jangan sekarang. Terus kapan ? Besok ? " tanya Riska lagi.

"Hah ? Besok ? Tapi... " gue bingung jawab pertanyaan Riska. Tuh bener kan ?

"Ya udah. Besok jam tujuh malem, kamu kesini jemput aku. Oke ? " pinta Riska tersenyum penuh arti sambil menuding gue.

"Bentar bentar... masa besok malem kita... "

"Kenapa ? Kamu nggak bisa ? Apa besok kamu ada acara sama Tiara ? " tanya Riska.

"Nggak sih... cuma... "

Gue bener-bener bingung sama permintaan Riska kali ini. Sekarang dia malah ngajak makan malam yang artinya itu... kencan. Masa sih gue kencan sama ibu manajer yang notebene atasan gue. Emang bener sih kata Riska tadi kalo status atasan dan bawahan hanya sebatas jam kantor, tapi gue tetep nggak bisa mengabaikan kalo dia masih atasan gue.

Belum lagi kalo ntar pas kencan ketemu sama temen kantor lain, bisa-bisa malah jadi gosip, ibu manajer ada affair sama drivernya. Astaga gue ga bisa bayangin. Apalagi kalo Tiara sampai tau, pasti dia bakalan marah besar dan ga bakal mau ketemu gue lagi. Duh, kenapa juga tadi gue bilang 'jangan sekarang', keluh gue dalam hati.

"Fer !! Woyy !! Malah ngelamun. " panggil Riska membuyarkan lamunan gue.

"Yah kalo kamu gak mau sih ga papa kok, aku gak maksa. " timpal Riska.

"Oke deh, oke. " jawab gue mengangguk cepat, karena jelas kata-kata 'aku gak maksa' bagi cewek berarti 'kamu harus mau'.

"Yakin ? " tanya Riska sembari menatap gue.

"Iya aku bisa kok. Besok jam tujuh malem aku kesini jemput kamu. " jawab gue.

"Nah gitu dong. " jawab Riska tersenyum senang, sedangkan gue hanya bisa tersenyum masam.

"Ya udah, Ris, aku pulang dulu ya. " kata gue, dan Riska hanya mengangguk.
Diubah oleh fallen.sakura 09-05-2021 14:29
the.x29
pulaukapok
seojoon
seojoon dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.