Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Starbucks.Avatar border
TS
Starbucks.
Dewan Gereja Papua Minta PBB Turun Tangan
Dewan Gereja Papua Minta PBB Turun Tangan


Dewan Gereja mendesak PBB untuk segera menurunkan tim kemanusiaan ke Papua.

Dewan Gereja Papua meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk campur tangan atas apa yang mereka gambarkan sebagai tragedi kemanusiaan di wilayah itu.

Permintaan ini disampaikan melalui surat yang ditujukan kepada Komisioner HAM PBB Michele Bachelet dan ditandatangani empat pemimpin Gereja, yaitu Pendeta Benny Giay, Pendeta Andrikus Mofu, Pendeta Dorman Wandikbo, dan Pendeta Socratez S. Yoman.

Dalam surat tertanggal 12 April yang salinannya diterima ABC Indonesia pekan lalu, Dewan Gereja mendesak PBB untuk segera menurunkan tim kemanusiaan ke Papua.

"Tujuannya untuk menyelidiki kondisi pengungsi di Nduga yang telah mengungsi sejak Desember 2018 serta di Intan Jaya yang telah mengungsi sejak Oktober 2019 akibat operasi militer yang terus berlangsung," kata para pemimpin Gereja.

"Kedua, untuk memantau ribuan tentara dan polisi yang diturunkan ke Papua sejak Agustus 2019 yang disertai penambahan markas tentara dan polisi," katanya.

Dewan Gereja Papua Minta PBB Turun Tangan
Photo: Dewan Gereja Papua (dari kiri) Pdt. Dorman Wandikbo (President GIDI), Pdt. Andrikus Mofu, M.Th (Ketua Sinode GKI di Tanah Papua), Pdt. Dr. Benny Giay (Ketua Sinode Kingmi Papua), dan Pdt. Dr. Socratez Sofyan Yoman, MA (Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua). Istimewa: Jubi.co.id

Para pemimpin Gereja menilai pemerintah Indonesia telah gagal menangani krisis kemanusiaan yang sedang terjadi.





Pendeta Socratez Sofyan Yoman dalam keterangannya kepada media lokal menyebut konflik bersenjata antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan TNI/Polri di Kabupaten Nduga sejak Desember 2018, telah meluas ke Kabupaten Intan Jaya.

Hingga bulan Maret 2021, sebanyak 480 orang warga sipil telah tewas.

Pendeta Yoman menambahkan, sejauh ini sebanyak 34.461 orang telah mengungsi dari Nduga dan Intan Jaya.

"Sebagian dari mereka lari ke dalam hutan, dan sebagian yang lain mengungsi ke Kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya, Mimika, Yahukimo, dan sejumlah kabupaten sekitarnya," jelasnya seperti dikutip Jubi.co.id.

Penembakan dua orang guru

Dewan Gereja Papua Minta PBB Turun TanganDewan Gereja Papua Minta PBB Turun Tangan
Photo: Proses evakuasi jenazah dua orang guru SD dan SMP yang tewas ditembak di Kabupaten Puncak. Detik.com: Saiman


Tuntutan Dewan Gereja Papua ini terjadi di saat tindak kekerasan di wilayah dataran tinggi terus berlangsung. Pekan lalu misalnya, dua guru sekolah ditembak mati di Beoga, Kabupaten Puncak.

TPNPB mengaku bertanggung jawab atas setidaknya satu pembunuhan, dengan menyebut bahwa guru tersebut merupakan mata-mata pemerintah Indonesia.

Kedua korban masing-masing guru SMP bernama Yonatan Randen dan guru SD bernama Oktovianus Rayo.

Kepala Kepolisian Kabupaten Puncak Kompol I Nyoman Punia membenarkan kejadian penembakan tersebut.

Yonatan yang berasal dari Toraja, Sulsel, ditembak di rumahnya di Ujung Bandara Beoga, sedangkan Oktovianus ditembak di rumahnya di Kampung Julukoma, Beoga.

Akibat penembakan ini, aparat TNI/Polri telah mengevakuasi sejumlah penduduk saat mereka mengejar pasukan gerilya dan pendukung TPNPB.

"Kami turut berduka cita atas penembakan dua guru di Beoga, Kabupaten Puncak," kata para pemimpin Gereja.

"Di saat yang sama, kami juga prihatin dengan kerja sama antara Dinas Pendidikan Provinsi Papua dan aparat keamanan yang memungkinkan TNI dan Polri untuk mengajar di sekolah negeri sebagai bagian dari upaya pelabelan Organisasi Perlawanan Pembebasan Nasional Papua (TPN/OPM) sebagai teroris," tambahnya.

Berharap Australia tunjukkan rasa kemanusiaan

Dewan Gereja Papua Minta PBB Turun Tangan
Photo: Perdana Menteri Scott Morrison dan Presiden Joko Widodo. AAP


Selain mendesak PBB, pemuka Gereja lainnya juga berharap agar negara tetangga seperti Australia paling tidak bisa menunjukkan rasa kemanusiaan atas krisis yang sedang berlangsung.

Hal itu disampaikan Rode Wanimbo dari Departemen Perempuan Gereja Evangelis Indonesia di Papua (GIDI) dalam wawancara dengan Program Pacific Beat Radio ABC.


"Kami sangat berharap negara tetangga seperti Australia bisa menunjukkan rasa kemanusiaan terhadap saudara-saudaranya di Papua," katanya.

"Sebagai perempuan Papua, saya secara pribadi sangat berharap Australia menolong kami untuk memulihkan kemanusiaan, kami butuh solidaritas internasional, khususnya Australia untuk menghentikan bantuan militer ke Indonesia," imbuhnya.

"Kami telah hidup dalam trauma terutama anak-anak. Ketika kami melihat tentara berseragam, hal itu menimbulkan trauma lebih lanjut," kata Wanimbo.

Pemerintah Indonesia pada tahun 2019 telah memberikan izin kepada Komisioner Hak Asasi Manusia PBB untuk mengunjungi Papua, namun hal itu belum pernah terwujud karena alasan keamanan dan pandemi COVID-19.


SUMBER



Sebaiknya pemerintah pusat bertindak tegas dan keras kepada gereja maupun pendeta yang pro KKB OPM..

tangkap mereka sebelum mereka membuat ulah

NKRI HARGA MATI

emoticon-I Love Indonesia

muhamad.hanif.2
yugeel
yugeel dan muhamad.hanif.2 memberi reputasi
2
685
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.8KAnggota
Tampilkan semua post
therminustAvatar border
therminust
#3
Indo mesti niru cara China reedukasi Separatis Uighur,

Separatis yang terlibat langsung apalagi pernah bunuh TNI ditangkap dan dihukum berat

Seluruh penduduk Papua yang pernah berhubungan dengan KKB & OPM di reedukasi nasionalis di asrama khusus

lalu gereja2 bawah tanah disegel, harus benar2 bersih dari separatis, gereja & pendetanya kudu terdaftar resmi bila perlu datangkan dari Jawa

1-2 dekade dijamin bersih Papua dari separatis tanpa tragedi berdarah2
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.