fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
Bukan Dia Tapi Kamu

Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh fallen.sakura 07-05-2021 02:58
SupermanBalap
yusuffajar123
nyamuk.kebon
nyamuk.kebon dan 17 lainnya memberi reputasi
16
38.3K
208
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
fallen.sakuraAvatar border
TS
fallen.sakura
#160
Part 14
"Ayo jalaaan, Fer !! Kalo nggak aku lempar HP kamu ke selokan !! " bentak Riska sambil mendekatkan HP gue ke jendela mobil.

"Iya... iya mbak. " jawab gue dengan nada pasrah, bingung sekaligus kesel. Tapi mau gimana lagi gue ga mungkin ngelawan Riska yang notabene atasan gue, salah-salah malah kerjaan gue yang jadi taruhannya. Gue ga ada pilihan selain menstater mobil.

Mobilpun kembali berjalan, dan saat gue lirik, Riska masih kelihatan marah sembari menatap lurus ke depan, dan tangannya masih menggenggam HP gue. Meski perasaan masih rada dongkol sama sikap Riska tadi, tapi gue putuskan mengalah daripada ini cewek makin marah. Bagaimanapun sebagai bawahan, apalagi orang baru, sebisa mungkin gue harus menghindari masalah.

Mobil udah berjalan sekitar setengah jam, tapi Riska masih aja tetep diem membisu, tapi kali ini HP gue udah pindah ke dalam tasnya. Ga tau sampai berapa lama dia mau nyimpen, tapi sekali lagi gue putuskan untuk diem juga karena gue yakin HP gue ga bakal selamanya disita Riska. Oke, pokoknya mulai sekarang gue harus mengalah dan mengalah.

Pepatah legendaris itu emang bener, cewek selalu benar dan gak pernah salah, jadi jangan dilawan. Dan jangan lupa, boss juga selalu benar, jadi kalo elu dapet boss cewek... waduh, kalo ga ati-ati kelar hidup elu bro.

"Fer, kamu udah sarapan ? " tanya Riska tiba-tiba yang bikin gue agak kaget.

"Ngg... saya... " jawab gue ragu-ragu sembari menoleh.

"Kita sarapan dulu yuk. " ajak Riska tersenyum.

"Baik mbak. " jawab gue cepat. Lho, si Riska cepet banget marahnya, batin gue.

"Mbak Riska mau sarapan di mana ? " tanya gue.

"Kalo ada R*cket atau Ol*ve, ke sana aja ya. " pinta Riska sembari menyebut resto fried chicken, dan gue hanya mengangguk sembari bilang oke. Dan terbersit perasaan lega karena sepertinya sang ibu manager sepertinya emang nggak marah lagi.

Nggak berapa lama dari kejauhan gue melihat resto yang dimaksud Riska dan gue langsung mengurangi kecepatan mobil lalu segera belok ke parkiran. Kami berdua lalu bergegas turun setelah gue mematikan mesin.

"Kamu mau kemana ? " tanya Riska.

"Ya... saya mau duduk disitu nunggu Mbak Riska. " jawab gue sambil menunjuk sebuah bangku yang ada di deket parkiran.

"Aku itu ngajak kamu sarapan !! Bukan nyuruh kamu nungguin aku !! " kata Riska dengan nada tinggi.

"Tapi mbak, masa... saya makan berdua sama mbak... ? " tanya gue memastikan dengan nada hati-hati.

"Emang salahnya dimana ? " tanya Riska dengan nada ketus. Yah, salah lagi.

"Oh ya, baik mbak. " kata gue lalu menghampiri Riska.

Karena bu manajer sendiri yang ngajak gue makan, gue sih nurut aja. Itung-itung dapet sarapan gratis, kata gue dalam hati. Saat sampai dalam suasana resto agak sepi hanya ada satu dua pengunjung karena saat ini udah bukan jam sarapan,

"Paket lima ya mbak. " pinta Riska ke kasir resto.

"Kamu apa ? " tanya Riska, dan gue buru-buru melihat ke papan menu yang ada di dinding. Tentu aja gue harus tau diri, nggak boleh milih yang lebih mahal.

"Paket satu aja mbak. " jawab gue.

"Ya elah Fer, sayap mana kenyang. " kata Riska.

"Tadi soalnya saya udah... "

"Paket lima ya ? Sama kayak aku. " potong Riska lagi, dan gue lihat paket lima emang yang paling mahal soalnya isinya pake paha atas.

"Ya udah paket lima mbak. " jawab gue. Ga papa, kan Riska yang nyuruh, setidaknya gue udah berusaha tau diri.

"Paket lima dua ya. " pesan Riska ke kasir resto sambil menyodorkan sebuah kartu debit, dan kemudian setelah transaksi kami masing-masing membawa nampan yang berisi pesanan menuju tempat duduk.

"Mbak... " panggil gue ke Riska yang udah duduk.

"Kenapa ? " tanya Riska.

"Saya duduk di meja sebelah aja ya. " pinta gue.

"Kok gitu ? " tanya Riska dengan nada heran.

"Ya saya kan... maksud saya... Mbak Riska kan atasan saya dan saya... kan nggak etis kalo saya sebagai sopir dan... "

"Ferdy !! " potong Riska dengan nada ketus.

"Saya tau mbak, tapi masa iya kita duduk semeja... "

"Ferdy !! " potong Riska lagi kali ini sembari menuding gue, yang bikin gue langsung diem. Aduh salah lagi nih, keluh gue dalam hati.

"Ini kesalahan kamu yang ketiga lho !! " kata Riska dengan nada tinggi sambil mengacungkan angka tiga ke gue yang hanya bengong berdiri di depannya.

"Ayo duduk !! " cetus Riska seraya menunjuk kursi di depannya yang kosong, dan sekali lagi gue ga ada pilihan selain menurut.

Duh Riska ini apa-apaan sih, masa iya, ada sopir yang duduk semeja sama manajernya ? Mana cuma berdua lagi, kata gue dalam hati sembari berusaha mengusir rasa grogi yang luar biasa, apalagi sang ibu manager terus aja menatap gue.

"Fer, denger ya... " panggil Riska ke gue yang udah mati kutu duduk di depannya.

"Meski kamu bilang aku ini atasan kamu, kamu ngerasa jadi bawahan aku, aku nggak mau ada jarak di antara kita. "

"Okelah aku manajer, dan kamu sopir. Secara jabatan emang lebih tinggi aku dibanding kamu. Tapi bagaimanapun kita ini sama-sama karyawan, aku juga punya atasan. Aku juga terima gaji, sama kayak kamu. "

"Jadi ngapain kamu pake acara... nggak enak... segan... " pungkas Riska sembari menggeleng pelan.

Mendengar semua ceramah Riska gue hanya manggut-manggut berkali-kali. Ternyata bener dugaan gue, Riska emang ga suka diperlakukan kayak atasan dan pengen deket sama bawahannya. Baiklah, kalo gitu gue harus mulai berusaha bersikap normal di hadapan dia, meski begitu gue tetep harus tau batas karena bagaimanapun dia tetep atasan gue.

"Ya udah ayo makan. Keburu siang lho. " kata Riska lalu menyedot gelas ice tea nya. Oh iya, tiba-tiba gue teringat sesuatu.

"Mbak, saya minta maaf ya. " kata gue pelan.

"Buat apa ? " tanya Riska.

"Tadi pas di mobil saya udah bikin Mbak Riska marah. " jawab gue dengan nada hati-hati. Mendengar jawaban gue Riska cuma tersenyum simpul.

"Bilang aja mau minta HP kamu. " kata Riska dengan nada meledek, yang bikin gue agak kaget. Astaga, ini cewek tajem bener nalurinya.

"Bukan gitu mbak, saya cuma ngerasa bersalah aja udah bikin mbak marah. " kata gue berkilah. Tapi Riska gak menjawab lalu merogoh tas-nya, lalu menaruh HP gue di meja.

"Oke, aku maafin kamu. "

"Tapi inget... " kata Riska dengan nada ketus sembari menuding gue.

"Iya mbak saya ngerti. " jawab gue lalu menaruh HP ke saku kemeja. Tiba-tiba HP gue kembali berbunyi dengan nyaring, dan udah gue duga ekspresi Riska yang tadinya ceria langsung berubah.

"Siapa itu Fer ?! " tanya Riska dengan nada tinggi.

"Mana saya tau mbak, kan HP saya di saku. " jawab gue tergagap.

"Ya udah buruan jawab !! " jawab Riska makin marah. Mateng deh, kalo Tiara lagi yang nelpon bisa runyam lagi nih urusannya. Pilihannya antara direject atau kena omelan Riska lagi. Dengan dagdigdug gue mengeluarkan HP dari saku dan saat melihat siapa nelpon...

"Dari Herman, mbak. " kata gue sambil menunjukkan layar HP gue ke Riska, yang langsung mengernyitkan dahi.

"Cepet jawab. " jawab Riska.

"Saya jawab di luar aja ya mbak. " pinta gue.

"Ya udah sana, tapi awas ya !! Klo udah kamu langsung balik ke sini !! " jawab Riska ketus sambil menuding gue.

emoticon-phone "Siap mbak. " jawab gue lalu bergegas berjalan keluar.

emoticon-phone "Iya halo. " jawab gue saat udah di depan pintu masuk.

emoticon-phone "Fer, kamu lagi di jalan ? " tanya Herman.

emoticon-phone "Nggak, ini aku lagi di Ol*v soalnya tadi Bu Riska mau sarapan dulu. " jawab gue.

emoticon-phone "Sip sip. Udah kuduga makanya aku langsung telpon kamu. " jawab Herman.

emoticon-phone "Emang kenapa ? "

emoticon-phone "Tolong, kamu liatin tanggal perpanjangan STNK mobil, telatnya kapan. Aku lupa hari ini apa besok. " pinta Herman.

emoticon-phone "Waduh ?! " jawab gue lalu buru-buru membuka dompet gantungan kunci dan mengambil STNK.

emoticon-phone "Nggak Man, telatnya besok kok. " timpal gue.

emoticon-phone "Oh ya, syukurlah, aku sempet kuatir tadi. Soalnya kalo kedenda ntar aku yang kena. " jawab Herman dengan nada lega.

emoticon-phone "Hehe sorry ya Man, aku juga gak kepikiran ngecek STNK tadi. " jawab gue.

emoticon-phone "Woles aja Fer. " jawab Herman.

emoticon-phone "Tapi selamat ya, kamu hari ini bisa berduaan sama cewek cantik. " seloroh Herman.

emoticon-phone "Bisa aja kamu. " jawab gue tersenyum masam, dan gak lupa gue sempatin ngeliat ke Riska yang lagi asyik makan.

emoticon-phone "Tapi sejauh ini gak ada masalah kan ? " tanya Herman.

emoticon-phone "Nggak sih, aman kok, lagian Bu Riska orangnya ramah. " jawab gue sekenanya.

emoticon-phone "Ramah ? Kamunya aja yang belum tau Fer. " kata Herman ketawa.

emoticon-phone "Maksudnya ? " tanya gue.

emoticon-phone "Denger ya, ini aku kasih tau soalnya kamu kan orang baru. Bu Riska itu manajer yang terkenal paling ribet di kantor. Aku pernah dimarahin gara-gara telat buka pintu belakang mobil. " jawab Herman yang bikin gue agak kaget.

emoticon-phone "Masa sih, lha tadi dia... dia... " entah kenapa gue ragu-ragu nerusin kalimat gue.

emoticon-phone "Dia kenapa ? " tanya Herman.

emoticon-phone "Ngg.. tadi... aku emang sempet kena marah sih... gara-gara masalah pintu mobil. Dia malah ngancem mau kasih SP1. " jawab gue berbohong, soalnya gue pengen tau gimana reaksi Herman.

emoticon-phone "Tuh kan apa kubilang. Gitu kok bisa-bisanya kamu bilang ramah. " jawab Herman ketawa.

emoticon-phone "Ya udah ga papa Fer anggap aja pengalaman buat kamu. Pokoknya kalo sama Bu Riska kamu harus posisikan dirimu sopir pejabat atau presiden sekalian. Yang penting kamu cepet tanggap aja sama kemauan dia. "

emoticon-phone "Oh iya ya. " jawab gue, meski pikiran gue dipenuhi tanda tanya besar.

emoticon-phone "Ya udah Fer, makasih ya... "

emoticon-phone "Eh eh Man bentar Man. " panggil gue.

emoticon-phone "Gimana ? " tanya Herman.

emoticon-phone "Kalo kamu lagi sama Bu Riska, terus dia ngajak... eh maksudku dia minta mampir ke resto, kamu ikut masuk atau nunggu di luar ? " tanya gue lagi.

emoticon-phone "Kamu sekarang posisi dimana ? " tanya Herman balik.

emoticon-phone "Aku di... parkiran. " jawab gue.

emoticon-phone "Ya udah, kamu udah bener. " kata Herman.

emoticon-phone "Emang selama ini kalo Bu Riska makan, kamu nungguin di luar ? " tanya gue memastikan.

emoticon-phone "Ya iyalah. " jawab Herman cepat.

emoticon-phone "Kenapa ? Kamu pengen makan semeja berdua sama dia ? Ngimpi kamu ketinggian Fer. " timpal Herman ketawa.

emoticon-phone "Oke, makasih ya. Aku ada jadwal soalnya. " pungkas Herman.

emoticon-phone "Sama-sama Man, makasih juga infonya. " jawab gue lalu mematikan panggilan.
Diubah oleh fallen.sakura 09-05-2021 14:29
andrian0509
bonita71
iamzero
iamzero dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.