MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.2K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3240
BAGIAN 45
WONGSO SUSENO
part 2


Suatu siang di hari minggu, Hayati seperti biasa melakukan bakti sosialnya dengan memberikan pengobatan gratis untuk orang-orang miskin. Waktu itu Hayati tengah praktik sendirian karena Tisha sedang menjalani seminar kedokteran di luar kota.

Hari itu, Hayati menyewa sebuah aula milik perusahaan perikanan di Tanjung Priok untuk tempat praktik. Ia menyulap aula kosong itu menjadi sebuah klinik mini dengan dibantu oleh Arsal yang selalu senantiasa membantunya. Arsal menyusun beberapa bangku kayu sebagai ruang tunggu pasien dan menjejerkan beberapa meja sebagai tempat pemeriksaan.

Hayati melayani pengobatan kepada puluhan pasien yang berdatangan ke tempat itu. Mayoritas pasien yang diperiksanya adalah anak-anak dan balita. Ketika Hayati sedang sibuk memberikan konseling gizi kepada para ibu, tiba tiba segeromobolan orang datang dengan menggotong seorang pria yang berlumuran darah.

"Tolong!! Tolong!! Ada korban kecelakaan!" teriak salah seorang pria yang memakai baju mekanik.

Semua orang yang berada dalam aula itu terkejut. Orang-orang itu langsung membaringkan sang pria berdarah diatas sebuah meja. Secara spontan Hayati langsung menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" tanya Hayati.

"Ada kecelakaan kerja dok...tolongin bos saya dok!!" jawab pria berbaju mekanik.

Hayati mendekati pria yang berlumuran darah itu. Ia memperhatikan wajahnya.

"Mas Wongso?" teriak Hayati yang kaget. Sontak semua orang mengarahkan pandangannya kepada Hayati.

"Kamu kenal orang ini Ti?" tanya Arsal.

"Iya Bang...dia pacarnya Tisha" jawab Hayati.

"Apaaaaaa!! " Arsal tercengang.

"Bang cepetan bawa peralatan bedahku!!"

"Baiklah Hayati"

Hayati meminta bantuan Arsal untuk menjadi asistennya. Ia juga dibantu orang orang yang mengantar Wongso. Luka yang dialami Wongso sangat parah. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka memar, selain itu ada beberapa luka sobek di bagian kepala dan tangan. Kaki kanannya patah di tiga bagian.

Hayati dengan telaten mulai memberikan pertolongan pertema kepada Wongso. Ia meluruskan kaki wongso yang patah, lalu mengikat dan membalut kakinya dengan penyangga kayu dengan torniket. Wongso berteriak kesakitan ketika Hayati melakukan itu. Tulang kering yang sebelumnya menonjol keluar, kembali ke posisi semula.

Setelah menangani kaki, Hayati kemudian membersihkan luka luka yang dialami Wongso. Ia lalu menjahit luka luka sobek yang berada di kepala dan tangannya. Wongso terus berteriak ketika Hayati menolongnya.

Hayati menelepon ambulans untuk segera menjemput Wongso menuju rumah sakit. Hayati menghabiskan waktu setengah jam untuk memberikan pertolongan pertama kepada Wongso.

"Nah Mas Wong...sekarang udah selesai...kamu tinggal dibawa ke rumah sakit buat tindakan lebih lanjut" kata Hayati sambil membersikan tubuh Wongso dari darah yang mengering.

"Ma...makasih Mal" balas Wongso dengan suara parau.

"Udah kewajibanku Mas menolong orang sakit...lagian aku cuma ngasih pertolongan pertama...nanti di rumah sakit kamu dapet penanganan yang lebih"

"Mal..."

"Mas...sekarang kamu jangan banyak bicara!! Kamu harus istirahat...ambulans bentar lagi dateng" bentak Hayati sambil berlinang air mata.

Wongso pun langsung diam. Ia melihat raut sedih tersirat di wajah Hayati.

"Tisha udah kuhubungi, dia hari ini mau langsung pulang setelah dapet tiket pesawat" sahut Hayati.

Ambulans kemudian tiba, dengan cepat para petugas medis membawa Wongso masuk ke dalam ambulans dengan tandu. Hayati ikut masuk ke dalam ambulans untuk membantu petugas media. Wongso merasa tersentuh dengan perhatian Hayati yang begitu besar terhadap dirinya.

Begitu tiba di rumah sakit, Wongso langsung naik meja operasi. Ia mendapat anastesi untuk operasi kaki sehingga ia tak sadarkan diri.

Setelah operasi, Wongso masuk ruang perawatan. Ia sangat senang setelah melewati masa kritis. Tisha akhirnya tiba. Ia dengan berlinang air mata langsung memeluk sang kekasih.

"Maafin aku sayang, aku telat kesini Karena susah nyari tiket pesawat"

"Jangan khawatir sayang...aku baik baik aja kok disini...asistenmu selalu nemenin aku tiap hari"

"Syukur kalo gitu, aku yang nyuruh Mala buat jagain kamu sebelum aku pulang"

"Oh gitu...pantes dia tiap hari ada disini"

"Kamu kok bisa gini Wong?"

"Aku jatuh dari kapal Tis...minggu pagi aku dapet kabar kalo dipelabuhan ada masalah sama orang orang bea cukai, nah aku pergi kesana buat ngeberesin masalah...mereka ngira barang-barang yang kuimpor belum selesai administrasinya...ketika aku lagi inspeksi bongkar muat, tiba tiba ada ombak besar nerjang kapal, aku kepeleset lalu jatuh ke dermaga dari ketinggian...aku terluka parah...sama orang orang aku dibawa ke tempat Mala buka praktek yang kebetulan ada di deket pelabuhan"

"Oh my God!!!"

"Ya...untungnya Mala bisa nolongin aku"

"Hari itu kebetulan jadwal baksos di Tanjung Priok...sebenernya aku dari kemaren udah siap siap di lokasi, tapi aku ada panggilan mendadak dari asosiasi buat ikutan meeting di Makasar"

"Tisha...aku senang kamu disini...aku senang Tis"

Wongso memeluk Tisha sambil menangis. Tisha mencium kening Wongso.

"Aku akan selalu disisimu Wong...aku gak akan ninggalin kamu"

"Iya Tis"

"Maafin aku yah! aku kemaren gak ada disaat kamu dapet musibah...aku berusaha dapetin tiket pesawat untuk pulang, tapi gak kebagian"

"Gak apa apa Tis...yang penting sekarang kamu harus selalu disini menjagaku"

"Aku sayang kamu Wong...aku akan selalu jagain kamu selama kamu sakit"

"Aku juga sayang kamu Tis"

Mereka berpelukan dengan penuh haru. Tisha berjanji akan selalu ada disampingnya selama ia sakit. Akan tetapi janji hanyalah janji, kenyataannya Tisha jarang berada di samping Wongso. Dia selalu beralasan sibuk bekerja dan menangani banyak pasien. Wongso merasa sedih dicampakan perempuan yang paling dicintainya dikala dirinya membutuhkan perhatian.

Wongso diharuskan beristirahat di rumah selama dua bulan untuk masa pemulihan. Tisha berniat akan menginap di rumah Wongso untuk merawatnya selama dua bulan hingga ia sembuh total. Hal itu pun disambut bahagia oleh Wongso, namun semuanya berakhir antiklimaks. Tisha hanya bisa menemani Wongso pada minggu pertama. Minggu minggu berikutnya ia tak kunjung hadir di rumahnya melainkan menyuruh Hayati untuk merawat Wongso selama dua bulan.

"Kamu kenapa kesini Mal?" tanya Wongso yang berbaring diatas ranjangnya dengan kaki masih dibalut gypsum.

"Aku disuruh Tisha buat rawat kamu sampe sembuh Mas" jawab Hayati.

"Kenapa kamu mau merawatku disini? Bukannya kamu gak mau deket-deket sama aku?"

"Tisha menyuruhku Mas...dia juga ngasih duit 10 juta buat upah, kebetulan aku lagi butuh buat ngebantuin biaya pengobatan ibunya Arsal"

"Arsal? Kang ojol pacarmu??"

"Bukan, dia bukan pacarku! Cuma temen"

"Hmmmm...kukira kamu pacaran, soalnya kalian selalu bersama?"

"Ahhh enggak juga Mas...aku udah punya tambatan hati?"

"Siapa Mal?"

"Rahasia dong Mas...hihihihihi"

"Alaah paling Kang Ojol itu kan? Kamu jangan pura-pura deh"

"Ihhh Mas kok gitu sih!! ya enggak lah...pokoknya cowok tambatan hatiku itu orangnya ganteng"

"Hmmmm...dasar alay!!"

"Oalah kamu kok marah sih Mas?"

"Iya...aku kecewa sama Tisha"

"Lho kenapa Mas?"

"Ya dia gak menuhin janjinya buat jagain aku selama pemulihan...dia malah nyuruh kamu kesini"

"Kamu gak mau aku urusin Mas?"

"Enggak!!"

"Kenapa Mas?"

"Aku takut kamu nyangka aku yang enggak-enggak kayak dulu...ngajak kamu makan aja kamu udah nyangka mau selingkuh sama khianatin Tisha...apalagi sekarang kamu ada dirumah aku, pasti kamu nyangka aku mau ngehamilin kamu kan?" jawab Wongso ketus.

"Astaga Mas Wong...kamu kok jahat banget sih pikirannya? Ya maafin aku dulu udah suuzon sama kamu dulu...aku takut kamu itu playboy"

"Aduh Mala, emang aku kayak playboy ya?"

"Iya Mas...maaf ya"

"Sekarang kamu pulang aja Mal...aku gak butuh kamu"

"Jangan dong Mas..kalo aku gak merawat kamu...aku gak akan dapet duit dari Tisha...tolong aku lah Mas" Hayati berusaha memelas.

"Baiklah kalo gitu...tapi kamu jangan suuzon kayak kemaren lagi ya?"

"Aku janji Mas Wong"

Akhirnya Hayati diterima oleh Wongso. Ia bekerja di rumah Wongso setiap hari untk merawatnya sampai sembuh. Tiap pagi sebelum kerja, Hayati membeli bahan makanan dan memasak di rumah Wongso. Hayati memberi makan dan obat tiap hari untuk Wongso. Dia juga memberikan perawatan mulai dari membersihkan tubuh, mengagantikan baju, membersihkan rumah. Bahkan sesekali Hayati harus menginap di rumah Wongso.

Perlahan tapi pasti, Wongso mulai bisa menerima keberadaan Hayati di sekitarnya. Perhatian yang diberikan untuknya sangatlah besar, bahkan lebih besar dari perhatain yang Tisha berikan untuk dirinya.

"Buka bajumu Mas!! Kamu harus mandi!!" perintah Hayati sambil melemparkan sebuah handuk.

"Aduh...aku gak bisa Mal, kakiku masih sakit nih"

"Oke...kalo gitu aku mandiin kamu ya Mas"

"Eh jangan jangan!!!" tolak Wongso, namun Hayati melakukan aksinya dengan menurunkan celana Wongso.

"Hey...stop!! stop!! Kamu jangan buka celanaku!" Wongso menyingkirkan tangan Hayati yang berusaha membuka celananya.

"Kamu kenapa sih galak amat? Kamu itu udah sebulan gak mandi! Bau banget tau!! Sekarang gypsum yang ada dikakimu udah dilepas, kamu udah bisa mandi" bentak Hayati.

"Aku gak mau kamu liat kemaluanku tauuk!! Malu!! " bentak Wongso.

"Aku udah biasa liat kemaluan cowok Mas...aku gak akan nafsu kok liat barang kamu...walaupun kamu ini ganteng"

"Tapi kan kamu liat barang anak anak pas lagi sunat kan? Orang dewasa beda Mal"

"Alaaaaah sama aja!! Aku sering nyunatin orang dewasa juga...ayo! Sekarang kamu buka celananya...aku mandiin kamu, bentar aja kok"

"Bener ya kamu gak nafsu? "

Hayati enggan menjawab pertanyaan Wongso, melainkan langsung menurunkan celananya. Wongso merasa sangat malu ketika semua tubuhnya terlihat oleh Hayati.

"Yok!! Kita jalan perlahan menuju kamar mandi" ajak Hayati.

Wongso mengangguk. Hayati membantu Wongso berdiri, lalu ia memapahnya secara perlahan menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi sudah tersedia sebuah kursi plastik untuk tempat duduk Wongso selama dimandikan.

Hayati membuka keran air hangat, lalu ia menyiram tubuh Wongso menggunakan shower. Perlahan, ia mulai menggosok tubuhnya dengan tangan. Wongso menjadi salah tingkah ketika Hayati menggosok bagian bagian yang dianggapnya sangat kotor.

"Oalah Mas Wong...badanmu penuh sama daki"

"Pastinya Mal, wong aku sebulan gak mandi"

"Mas...kamu bisa gak singkirin tanganmu dari selangkangan? Aku mau bersihin bagian itu"pinta Hayati.

"Gak mau ah Mal...aku malu" tolak Wongso.

"Ayo dong Mas, gak usah malu"

"Tapi aku takut"

Tanpa basa basi Hayati langsung menyingkirkan tangan Wongso yang menutupi area vitalnya. Seketika Hayati tertawa lepas melihat senjata pamungkas milik Wongso.

"Kamu kenapa ketawa Mal?" tanya Wongso dengan kesal.

"Aku liat barang kepunyaanmu Mas...ternyata kecil hahaha"

"Ya ampuuun...punyaku ini gede lho Mal, Tisha selalu memujiku bahkan dia ngasih nama monster godzilla"

"Oalaaaaaaah hahahahahaha...ada namanya juga toh, persis kayak punya pacarku dulu...dia ngenamain monster kyubii hahaha...tapi dia mah lebih gede dari punya kamu Mas...dan ternyata Tisha terlalu menyanjungmu Mas"

"Udah jangan dibahas...malu Mal...cepetan mandiin akunya!!"

"Mas Wong galak amat sih, aku orangnya seneng bercanda Mas"

"Jangan ngebahas ukuran dong!! Aku jadi ngerasa kurang jantan"

"Maafin aku Mas"

Hayati pun segera menyelesaikan pekerjaannya. Ia menggosok bagian vital Wongso dengan sabun, lalu membilasnya. Setelah semuanya selesai, Hayati mengeringkan tubuh Wongso dengan handuk, kemudian ia menyarungkannya di pinggang.

Hayati kembali memapah Wongso untuk membantunya berjalan. Ketika melewati sebuah cermin, Wongso menghentikan langkahnya. Ia memandang tubuhnya dari refleksi dengan penuh emosi.

"Liat tubuhku Mal! Sekarang jadi bergelayut, gak kenceng lagi...perutku jadi buncit" keluh Wongso.

"Emang tubuhmu biasanya kayak gimana?"

"Tubuhku itu atletis Mal, perutku sixpack, Tisha selalu menuntutku berpenampilan sempurna...aku rajin nge-gym demi itu, tapi sekarang...mau jalan kaki aja susah"

"Oalah Mas Wong...kamu yang sabar ya...emang Tisha suka gitu?"

"Dia itu selalu menuntut kesempurnaan dariku...ia pengen kalo badanku tuh kayak artis...pokoknya penampilanku harus perfect banget"

"Kedengerannya itu sangat menyiksa Mas"

"Iya, tapi semua itu kulakukan demi cintaku pada Tisha...aku ikhlas Mal"

"Kamu itu bucin banget sih Mas...sama kayak pacarku dulu"

"Kamu itu udah punya pacar?"

"Iya Mas, tapi itu dulu, sekarang aku udah pisah sama dia...ada kali 2 tahunan mah"

"Lho kenapa pisah?"

"Panjang lah Mas ceritanya...sekarang kamu pake baju dulu! Baru aku ceritain"

Wongso menuruti keinginan Hayati. Ia duduk diatas sebuah kursi selagi Hayati memilihkan baju untuknya. Dengan perlahan dan hati hati, Hayati memakaikan baju untuk Wongso.

"Pacarku dulu itu seorang mahasiswa teknik di Bandung...dia hampir sama kayak kamu Mas, bucin parah, tapi bedanya kamu lebih ganteng dan imanmu sangat kuat...pacarku itu dulu engasan Mas"

"Wah...kalo gitu mirip sama Tisha dong"

"Apaaaaah!! Tisha engasan?"

"Iya Mal...tapi aku gak pernah menuruti keinginannya...aku takut dosa Mal...aku pernah sekali tergoda ketika lagi liburan bareng ke Maldives...abis itu, aku selalu ngehindar"

"Kalo aku sebaliknya Mas, dulu aku selalu begituan sama pacarku...hmm...kalo dipikir, aku bejat juga waktu itu, tapi aku cinta banget sama dia"

"Kalo cinta kenapa kamu putus?"

"Sebenernya bukan putus sih Ma, tapi aku sengaja ninggalin dia...aku gak mau ganggu kehidupan dia lagi"

"Tapi pacarmu bakalan menderita lho Mal kalo kamu begitu, dia bisa gila"

"Dia udah balikan sama mantannya Mas...jadi kuharap dia udah move on dariku"

"Kalo aku jadi pacarmu, aku gak akan bisa move on"

"Kenapa Mas?"

"Karena kamu adalah cewek sempurna yang pernah kutemui seumur hidup ini...aku gak mungkin bisa move on Mal, aku akan terus berusaha mencarimu"

"Tapi aku pura pura udah mati Mas, jadi pacarku itu gak akan berusaha ngejar aku lagi karena dia mengira aku udah gak ada"

"Astagfirullah!! Aneh banget kamu Mal"

"Ya begitulah Mas...rumit kalo dijelasin"

"Berarti sekarang kamu jomblo?"

"Iya Mas"

"Hati hati Mal kalo Tisha ngajakin kamu buat kenalan sama adeknya...kamu jangan mau!"

"Emang kenapa Mas?"

"Steve...adiknya Tisha itu punya penyakit jiwa...dia gila Mal"

"Ya betul, Tisha pernah cerita sama aku, kalo adeknya begitu gara gara ditinggal mati pacarnya"

"Nah, dia bermaksud jodohin kamu sama adiknya Mal, biar adiknya sembuh...kamu jangan mau Mal nikah sama orang gila"

"Iya Mas"

"Aku berusaha selama ini untuk mencegah kamu ketemu sama Steve...aku hapus hapusin foto kamu di hapenya Tisha...soalnya aku takut adiknya bakalan suka sama kamu"

"Emang kalo dia suka gimana Mas?"

"Amit amit deh Mal...kegilaan dia udah parah!! Dia suka ngomong sendiri, suka ngelamun, kadang ketawa sendiri...aku pernah mergokin dia lagi hubungan intim sama sesuatu yang gak ada di kostannya di Bandung...dia kayak behalusinasi gitu"

"Ah yang bener Mas?"

"Sumpah Mal...aku mergokin dia kayak gitu pas lagi berkunjung ke rumah kostnya...bahkan Tisha juga ada...dia sama kagetnya kayak aku"

"Ngeri juga ya Mas"

"Dan satu hal lagi Mal...dia itu engasan...sama kayak kakaknya...dia juga kadang suka manja manjaan sama Tisha"

"Itu mah wajar dong Mas, namanya juga adik-kakak...pasti suka manja manjaan"

"Tapi mereka sampe ciuman Mal! Itu bikin aku risih"

"Oalaaaaaah...udah gak wajar itu Mas"

"Ya makanya, kamu jangan mau sama dia ya Mal!! Aku lebih suka kamu pacaran sama Kang Ojol itu"

Hayati menganggukan kepalanya. Ia menyetujui permintaan Wongso. Sejak hari itu, Hayati semakin penasaran dengan sosok Steve. Pikirannya tergelitik untuk mencari tahu, namun ia tak pernah bisa menemukan informasi lebih lanjut.

Selain merawat Wongso, Hayati juga mengajari kekasih Tisha itu untuk berjalan. Kondisi kakinya kini telah pulih, Hayati melakukan fisioterapi agar Wongso bisa menggunakan kembali kakinya.

Selama itu pula, hubungan Hayati dan Wongso semakin dekat. Sifat Wongso yang manja membuat Hayati senang ketika berada didekatnya. Hampir setiap hari, Hayati selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rumah Wongso. Terkadang ia datang pada pagi buta untuk sekadar menyiapkan sarapan.

Pagi itu Hayati langsung menyiapkan bahan masakan untuk sarapan. Ia tempak memotong sayuran di dapur. Ia sengaja tak membangunkan Wongso yang masih tidur.

Tak lama berselang, tiba tiba sepasang tangan melingkar di perut Hayati. Sebuah ciuman hangat mendarat di pipinya yang merona.

"Iiihh... Mas Wong ngagetin aja!!"

"Kaget ya? Maafin aku Mal...abisnya kukira kamu maling yang masuk ke rumahku"

"Maling kok dipeluk sama cium?"

"Awalnya mau aku banting nih, tapi pas tau itu kamu, aku jadi cium kamu deh"

"Alaaaah alesan!! Kamu udah niat pelukin aku kan?"

"Hehehe...iya Mal"

"Huh dasar buaya!! Aku bilangin sama Tisha lho"

"Jangan dong Mal...bisa berabe nanti"

"Makanya kamu jangan gitu, lepasin Mas!!"

"Aku masih kangen Mal sama kamu"

"Baru juga dua hari aku gak kesini, lebay deh"

"Ya ampun Mala...yaudah deh aku lepas"

Wongso melepas pelukannya terhadap Hayati. Tiba tiba Hayati berbalik badan, ia lalu memeluk Wongso yang sontak terkejut.

"Aku juga kangen sama kamu Mas Wong!! Udah dua hari gak ada yang ngerepotin aku"

"Iya Mal...makasih"

"Sekarang kamu mandi gih sana!! Badanmu bau!!"

"Gak mungkin!!masa cowok ganteng bau?"

"Ihhhh...kamu ngeyel ya!! Sana sana!!"

"Iya iya...aku mandi nih, kamu mau ikutan juga"

"Ihhh...gak mau ya!!"

"Hahahaha...kamu lucu kalo marah"

"Cepetan mandi sana Mas!! Nanti kalo beres kita sarapan bareng"

"Iya Bos ku yang galak...hehe"

Wongso pun pergi menuju kamar mandi, sedangkan Hayati kembali melanjutkan masak. Wongso kini sudah bisa berjalan sendiri walaupun harus dibantu oleh tongkat. Masa penugasan Hayati untuk merawat Wongso sudah berakhir, namun ia menjadi terbiasa mendatangi rumah Wongso. Ia merasa nyaman ketika bertemu Wongso.

...
g.azar
chrysalis99
symoel08
symoel08 dan 39 lainnya memberi reputasi
40
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.