Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

NegaraTerbaruAvatar border
TS
NegaraTerbaru
Kesamaan NU dan Nabi ke 26
Spoiler for Said Aqil:


Spoiler for Video:


“The lamps are different, but the light is the same”. Kalimat tersebut merupakan penggalan puisi karya Jalaluddin Rumi. Seorang penyair sufi yang lahir di Samarkand pada tahun 1207. Dalam puisi tersebut ia menyatakan bahwa cahaya yang memancarkan sinarnya, berasal dari semua hal, semua manusia, hingga semua kemungkinan permutasi dari kebaikan, kejahatan, pemikiran, dan keinginan.

Dari pemikiran tersebut lahirlah konsep bahwa cahaya pada intinya sama, bedanya hanya pada sumber lampu-nya. Inilah yang menginspirasi penulis ketika membandingkan ormas Islam NU dengan ‘nabi ke-26’ Joseph Paul Zhang.

Seperti yang sudah penulis nyatakan di artikel sebelumnya, Paul zhang membahas banyak aspek yang mengkritisi Islam dan budaya muslim. Paul Zhang yang memiliki nama asli Shindy Paul Soerjomoelyono dan kini diduga tengah berada di Jerman menganggap ajaran Islam sebagai ajaran yang salah. Itulah mengapa banyak pihak yang menyebutnya sebagai penista agama.

Namun penulis tidak akan berbicara soal keyakinan diri terhadap ajaran Ketuhanan. Hal yang justru menarik perhatian penulis adalah cara Paul Zhang mengkiritisi dan menuding ajaran Islam sangat mirip dengan yang dilakukan PBNU terhadap ajaran salafi-wahabi.

Pada 30 Maret 2021 lalu Ketum PBNU Said Aqil Siradj menyebutkan ajaran wahabi dan salafi merupakan salah satu pintu masuk terorisme di Indonesia. "Kalau kita benar-benar sepakat, satu barisan ingin menghadapi, menghabiskan atau menghabisi jaringan terorisme dan radikalisme, benihnya dong yang harus dihadapi. Benihnya, pintu masuk yang harus kita habisin. Apa? Wahabi. Ajaran Wahabi itu pintu masuk terorisme," kata Said Aqil dalam webinar bertajuk ‘Mencegah Radikalisme dan Terorisme Untuk Melahirkan Keharmonisasn Sosial.

Menurutnya ajaran wahabi maupun salafi bukan terorisme, tetapi menjadi pintu masuk terorisme karena ajarannya yang dianggap ekstrem.

Sumber : [url=https://www.antaranews.com/berita/2071966/said-aqil-sebut-ajaran-wahabi-dan-salafi-pintu-masuk-terorisme#:~:text=Wahabi.,TVNU%2C%20di%20YouTube%2C%20Selasa.]Antara News[/url] [Said Aqil sebut ajaran Wahabi dan Salafi pintu masuk terorisme]

Ketika Paul Zhang dikatakan mengkritisi budaya Islam dan dianggap menistakan agama Islam, bukankah hal serupa dilakukan pula oleh Said Aqil terhadap ajaran Islam lainnya (wahabi – salafi)? Bukankah dengan mengatakan ajaran wahabi – salafi sebagai pintu masuk terorisme sama saja dengan mengatakan ajaran tersebut tidak baik?

Bedanya, Paul Zhang mengkritisi budaya Islam secara umum dengan menyatakan ajaran Islam itu tidak baik, sementara NU mengkritisi ajaran wahabi – salafi dengan menyatakan ajaran tersebut tidak baik karena menjadi pintu masuk bagi terorisme.

Kesamaan antara Paul Zhang dengan NU tidak sampai di situ saja. Setelah perang Suriah berkecamuk, banyak negara Eropa seperti Jerman menampung imigran Suriah. Namun Pemerintah Jerman harus memiliki barrier agar terorisme dan radikalisme tidak berkembang pasca masuknya para imigran. Kemungkinan Paul Zhang yang mengkritisi ajaran Islam menjadi salah satu cara Jerman dalam upaya deradikalisasi tersebut.

Serupa dengan NU yang menjadi salah satu cara pemerintah Indonesia dalam melawan radikalisme dan terorisme lewat program deradikalisasi.

Namun agaknya NU khawatir kue deradikalisasi tersebut direbut oleh ajaran lain seperti yang dilakukan Paul Zhang seandainya program pendeta tersebut lebih efektif dalam upaya deradikalisasi. Jika cara Paul Zhang berhasil di Eropa dalam menekan paham radikal, tentu akan menjadi contoh yang dapat ditiru oleh negara lain termasuk Indonesia.

Mungkin itulah mengapa NU sangat bernafsu agar Paul Zhang diberikan label penista agama. Sebab antara NU dan Paul Zhang bak pinang dibelah dua. Berupaya mendapatkan kue deradikalisasi dengan mengkritisi ajaran lain.

Serupa dengan puisi Jalaluddin Rumi. Kedua belah pihak berkompetisi menggunakan ‘lampu’ yang berbeda. Namun ‘cahayanya’ tetaplah sama, yakni deradikalisasi dengan cara menghinakan ajaran lainnya.
Diubah oleh NegaraTerbaru 21-04-2021 23:08
marinisungkar
normankhalif
keniapardede
keniapardede dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.1K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.6KAnggota
Tampilkan semua post
antzextremeAvatar border
antzextreme
#4
kalo menurut ane pribadi pendapat bpk said itu ga bisa jadi acuan sih terorisme itu seperti apa ajaran dari mana...full of nonsense

radikalisme itu muncul dari perbedaan dan "pelintiran" ajaran suatu kepercayaan dan ideologi itu sendiri....

no offense
hanya pendapat pribadi,,,,
NegaraTerbaru
NegaraTerbaru memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.