mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Orang Asli Papua berjualan sayuran keliling

Nabire, Jubi – Yulianus Mote sedang nongkrong di ponduk jualan istrinya di repan rumah mereka di Nabire, Papua. Kebetulan hari itu, Selasa, 6 April 2021, Mote tidak bekerja untuk beberapa waktu dan lebih banyak berada di rumah.


Sebelumnya Mote adalah pekerja bangunan yang selalu siap dipanggil kapan saja jika ada pekerjaan borongan proyek atau menjadi buruh harian.

Lalu ayah empat anak tersebut sejak awal 2019 berjualan sayur keliling. Dia menjajakan dagangannya di daerah pendulangan emas Distrik Siriwo dan Distrik Uwapa di Nabire, Papua.

Warga RT 11/RW 02, Gang Padat Karya, Kelurahan Kalibobo itu mengatakan, menjual sayur keliling ia lakukan karena sejak lima tahun terakhir ia jarang mendapat pekerjaan bangunan.




Namun menurutnya berjualan sayuran lebih gampang mendapatkan uang dibanding menjadi pekerja bangunan.

“Ikut proyek bangunan misalnya, harus menunggu hingga pekerjaan selesai baru mendapatkan upah, sedangkan menjual sayuran, sorenya langsung mendapatkan uang,” katanya.

Belum lagi pekerjaan tukang bangunan, katanya, di bawah perintah orang.

“Sedangkan berjualan sayuran tidak, saya pikir gampang dapatnya dan tidak ada yang atur kita,” ujarnya.


Ketika memulai berjualan Mote meminta bantuan seorang teman untuk membuat keranjang tempat sayuran pada sepeda motornya. Dia memulai aktivitas sejak pukul 5 pagi dengan pergi membeli sayuran ke Kelurahan Bumi Wonorejo. Di sana ia membeli berbagai jenis sayuran dan bumbu dapur.

Setelah itu, ia kembali ke rumahnya untuk mengemas. Cara mendapatkan untung dengan membuat dua ikat sayur menjadi tiga ikat. Misalnya ia membeli kangkung satu ikat seharga Rp5.000. Dua ikat kangkung ia jadikan tiga ikat. Lalu satu ikat dijualnya lagi Rp5.000. Jadi untungnya per ikat menjadi Rp2.500. Begitu juga cara mendapatkan untung untuk sayuran lainnya.

Usai mengemas, Mote berangkat sekitar pukul 6.30 WIT dengan menempuh jarak sekitar 100 km dari kota. Tiba di sana hampir pukul 9 pagi dan ia berkeliling di Distrik Uwapa atau Siriwo untuk menjajakan dagangannya.

“Jadi nanti pulang dari berjualan sudah sore, kira-kira pukul 3,” katanya.

Aktivitas berjualan dilakukan Mote kurang lebih dua tahun, termasuk pada masa pandemi Covid-19.

Keuntungan berjualan sayur, kata Mote, dengan modal Rp500 ribu per hari bisa mendapatkan keuntungan bersih Rp800 ribu.

Menurutnya berjualan sayuran keliling lebih menjanjikan, karena itu ia akan terus menggelutinya. Hasil berjualan ia gunakan untuk membiayai kebutuhan keluarga.

Hanya saja sudah sebulan kegiatannya terhenti lantaran sepeda motornya rusak berat. Perlu biaya yang lumayan untuk memperbaikinya.

“Sebenarnya saya sudah fokus jualan, tapi satu bulan ini belum bergerak karena motor rusak, saya pikir jualan begini lebih menguntungkan, kalau berharap ikut proyek, keluarga mau makan apa,” ujarnya.

Pria peranakan suku Biak dan Suku Mee ini mengatakan, awal berjualan tidak seorang pun pembeli mengetahui jika ia Orang Asli Papua. Lalu beberapa minggu kemudian, ia menuliskan sebuah kalimat “Pace Papua juga bisa” dan ditempelkan pada tempat jualannya.

“Hal itu bertujuan agar orang tahu bahwa Orang Asli Papua juga bisa berjualan keliling seperti orang non Papua,” katanya.

Untuk itu, ia berpesan kepada generasi muda, khususnya anak asli Papua agar mau dan ingin berusaha di bidang apa saja.

“Jangan mengharapkan menjadi pegawai negeri atau pegawai swasta,” katanya.

Anak muda Papua, katanya, bisa berjualan sayur, bercocok tanam, atau menjadi nelayan. Baginya semua pekerjaan yang dilakoni halal asalkan ingin berusaha. Sebab untuk menjadi tuan di negeri sendiri bukan menunggu turun dari langit, tetapi dengan berusaha keras untuk menggapainya.

“Saya pesan untuk kita anak-anak Papua, jangan gengsi, minder, dan malas, tapi mari berusaha, rezeki tidak turun dari langit, tetapi melalui jerih payah,” ujarnya.

Rini Humewo, 40 tahun, sang istri tidak mempersoalkan pekerjaan suaminya. Bagi Rini, Mote adalah pria terhebat, sebab ia suka bekerja keras untuk keluarganya. Karena itu, apapun yang dilakukan suaminya, Rini asal Kepulauan Sangihe itu selalu mendukung dan mengucap syukur. Karena kebutuhan keluarganya bisa tercukupi meski terkadang pas-pasan.

“Saya tidak gengsi, tidak minder dengan kerjaan suami, yang penting halal dan keluarga bisa  makan,” katanya.

Anggota DPRD Nabire Sambena Inggeruhi merespon apa yang dilakukan Mote. Menurutnya seharusnya pemerintah lebih memperhatikan usaha OAP di berbagai bidang. Ia mencontohkan, usaha berjualan sayur keliling yang dilakoni Yulianus Mote.

“Artinya, dalam memberikan bantuan kepada masyarakat jangan sampai asal-asalan atau faktor keluarga, tapi memperhatikan yang benar-benar ingin berusaha,” ujarnya.

Ia menyarankan kepada pemerintah daerah agar memberikan bantuan kepada orang seperti Mote yang telah memulai usahanya sendiri.

“Ia sudah buktikan berusaha, jangan kasih bantuan ke orang yang tidak mau atau tidak tahu berusaha, nanti kasih terus tanpa ada hasil, jadi mereka hanya harap bantuan,” katanya. (*)

Editor: Syofiardi

https://jubi.co.id/orang-asli-papua-...aKyNbU4Rgpk2eM
jadi tukang sayur lumayan ya omsetnya emoticon-Big Grin
muhamad.hanif.2
nomorelies
pilotugal2an541
pilotugal2an541 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
992
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Tampilkan semua post
bodicoAvatar border
bodico
#3
nah betul, pemerintah harusnya fokus ke yang mau kerja, bukan nyuapin parasit.
muhamad.hanif.2
pilotugal2an541
pilotugal2an541 dan muhamad.hanif.2 memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.