Indonesia memang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, mayoritas kedua beragama Kristen.

Selama ini, mayoritas muslim cuma jadi pangsa pasar, komoditas yang sangat penting buat digarap, kaitan politik dari para politisi maupun parpol untuk mendapatkan dukungan dan kemenangan baik itu di pileg ( DPR RI, DPRD Provinsi, dan Kabupaten/Kota ) maupun di pilpres. Sekarang mereka, oposisi, mencoba untuk menjadi pemain di kancah panggung politik nasional, ingin menandingi politik nasionalis, sosialis, liberalis. Dasarnya, Pilkada DKI Jakarta 2017 itu yang menjadi pelecutnya.

Akan tetapi, melihat perkembangan demi perkembangan terkait politik Islam di Indonesia, menunjukkan hasil yang kurang bagus, nyatanya setelah Pilkada 2017, kekuatan mereka semakin melemah, pada jalan sendiri², terpecah. Bahkan kalau ditarik ke Pilpres 2014 sampai ke Pilpres 2019, parpol yang agamis semakin turun peringkat dan peminatnya, masyarakat secara umum masih nyaman dengan parpol yang nasionalis. Hal itu sangat terlihat di 3 besar, 4 besar, 5 besar parpol pemenang pileg. Sementara itu parpol agamis, semakin terpecah, PKS, PAN, PPP, PBB.

Apalagi generasi muda sekarang, sudah punya pilihan partai sendiri², rerata yang nasionalis ditengah banyak munculnya partai agamis yang baru.

Itu analisa saya.