- Beranda
- Stories from the Heart
THE WORLD [MONSTER]
...
TS
the.collega
THE WORLD [MONSTER]
Dibalik kemegahan dan kilauannya dunia ini, ternyata ia menyimpan suatu rahasia tergelap.
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
SURBAN CITY SIMPE MAP
Simple Map
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
ARC I "Black Beat Beaters"
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
Quote:
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
SURBAN CITY SIMPE MAP
Simple Map
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
Spoiler for Cerita Jenaka:
ARC I "Black Beat Beaters"
Spoiler for ARC I:
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
Spoiler for ARC II:
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
Spoiler for ARC III:
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
Spoiler for ARC IV:
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
Spoiler for ARC V:
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
Spoiler for ARC VI:
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
Spoiler for ARC VII:
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
Spoiler for ARC VIII:
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
Spoiler for ARC IX:
- Chapter 198
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- TBA
- TBA
- TBA
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- TBA
- TBA
- TBA
Diubah oleh the.collega 05-05-2024 12:34
gokil4ever dan 31 lainnya memberi reputasi
24
24.6K
Kutip
565
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•42.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
the.collega
#95
Chapter 63
Pagi hari di Wilson Bar & Caffe jauh terlihat lebih ramai dari biasanya, bukan karena banyaknya pelanggan yang sengaja datang pagi-pagi saat tempat ini baru saja buka. Melainkan ada seorang wanita yang akhirnya dapat bertemu dan berbincang empat mata dengan seorang Djohan. Yang statusnya adalah seorang pekerja di sana. Solo mengintip ke meja di mana Djohan dan wanita itu duduk sembari memberikan ‘morning coffee’ kepada pelanggannya itu.
“Hmm, wanita itu tangguh juga dan pantang menyerah,” ucap Solo sambil tersenyum.
Djohan sangat canggung duduk berhadapan dengan wanita yang tidak dikenalnya ini, seingatnya waktu itu merupakan murni kecelakaan karena dirinya menghancurkan unit apartemen milik wanita ini dan secara tidak sadar Djohan memberikan kartu nama yang tertuliskan alamat Wilson Bar & Caffe.
“Jadi….ada perlu apa?” Djohan membuka obrolan.
“Eh…kenapa bersikap seperti itu, ini aku. Masa lupa sama dengan teman SMA sendiri…,” ucap wanita itu dengan percaya diri. “ini aku Jenny! Jenniffer Goodlance!”
Djohan mencoba mengingat-ngingat nama itu, dan pikirannya tetap saja kosong. Memorinya tidak bisa menampilkan sesuatu yang berhubungan dengan nama itu.
Jenny yang mencoba mengingatnya, “Kita dulu satu kelas, aku tidak terlalu menonjol sih. Mungkin penampilanku yang dulu kurang menggoda,” tertawa kecil. “seingatku setelah lulus kamu pergi merantau ke Surban dan setelahnya tidak ada kontak apapun, sudah berapa tahun berlalu yah?”
“Satu kelas?” Djohan sekali lagi mencoba mengingatnya, tetapi tetap tidak terpikirkan. Lalu ia berpura-pura ingat agar tahu tujuan wanita ini datang kepadanya. “ah iya, aku mengingatnya,” raut wajah Jenny menjadi senang. “jadi ada perlu apa?” Djohan bertanya padanya.
Jenny mendekatkan wajahnya, sontak membuat Djohan kaget. Begitupun Solo dan Gonzalo yang sedang menyaksikan mereka berdua.
“Apakah kamu tahu sesuatu tentang Beaters?” tanyanya berbisik.
“Eh?” Djohan tersentak ketika ditanya seperti itu.
“Aku ingat betul ketika dirimu menghantam apartemenku, lalu terbang dengan cepat menuju suatu lokasi…,” Djohan menelan ludah. “lokasi pabrik Beaters….”
“Ti…tidak mungkin, kamu salah orang,” Jenny menunjukan kembali kartu nama milik tuan Stam, Djohan tidak bisa berkelik lagi. “ah…itu,” menghela nafas panjang. “baiklah, akan kuberikan informasinya sesuai dengan pengetahuan yang kupunya…”
Andai saja Djohan tidak memberikan kartu nama tuan Stam, maka semua ini tidak akan terjadi. Tetapi waktu itu keadaan yang memaksanya. Jika unit apartemen itu tidak ada pemiliknya, maka ia dengan santai dapat meninggalkannya tanpa memikirkan tentang mengganti kerugian.
Jenny kembali duduk dengan posisi semulanya, wajahnya semakin riang. “Tentu saja!” seketika Djohan merasa begitu letih, kecerobohannya berakibat fatal.
Sebuah kartu nama diberikan oleh Jenny kepada Djohan, di kartu itu tertulis bahwa Jenny adalah jurnalis sebuah surat kabar online. Perbedaan yang paling mendasar adalah, surat kabar online tempat Jenny bekerja tidak mengambil berita-berita yang mainstream. Tetapi lebih kepada berita-berita yang aneh cenderung tabu. Seperti kasus Beaters sendiri, banyak media besar yang tidak menggalinya secara dalam. Karena secara luar biasa, minat masyarakat terutama orang yang tinggal di Surban City dan sekitarnya sangat kecil. Sehingga memberitakan tentang Beaters sama sekali tidak menguntungkan bagi media-media itu.
“Pertama-tama, apa kamu salah satu dari mereka? seo---,” Jenny berhenti ketika Solo mendatanginya.
“Ehhh..kenapa kalian berbincang tanpa satu dua minuman,” ucap Solo sambil menatap sinis Djohan. Ia tahu dari raut wajah Djohan ada sesuatu yang tidak beres. “ingin pesan sesuatu?” melirik ke arah Jenny.
“Oh iya, tenggorokanku sampai kering. Aku pesan satu Americano saja, kalian menyediakannya kan?” dijawab anggukan oleh Solo. “Djohan, kamu juga pesan. Aku yang meneraktir.”
“Ahhh…satu Americano juga,” Solo pergi dari meja mereka berdua.
Insting Jenny sebagai seorang jurnalis memang tajam. Djohan hanya bisa mengangguk saja mengakui bahwa dia salah satu Beaters yang beritanya sempat menggegerkan itu. tiba-tiba Jenny malah menangis. Membuat Gonzalo yang sedang membuat pesanan dan Solo yang masih memperhatikan pun terheran-heran.
“Hei! Apa yang terjadi?” tanya Djohan.
Solo mendatanginya kembali, “Ada apa? apa Djohan yang membuatmu menangis?” kembali menatap Djohan, kali ini dengan tatapan yang tajam. “OI!” Djohan menggerakan kedua tangannya ke kiri dan kanan, ia tidak tahu apa-apa.
“Tidak…aku sedih karena sudah lama kita tidak bertemu, aku selalu bertanya-tanya bagaimana kabar Djohan selama ini. Di setiap pertemuan dengan teman yang lain, ia selalu tidak hadir….,” Solo mengelus kepala Jenny berusaha menenangkannya.
Gonzalo bergabung sambil membawa pesanan minuman yang barusan dipesan, lalu Solo memberikannya kepada Djohan dan juga Jenny.
“Hei, tadi itu apa?” tanya Djohan penasaran.
“Aku tidak bisa membayangkan bagaimana dirimu disiksa seperti itu, disuntikan cairan dan dijadikan bahan percobaan oleh orang-orang jahat,” Jenny mengira hilangnya kabar Djohan selama ini diakibatkan dirinya yang diculik dan dijadikan kelinci percobaan.
“Tidak, duh….,” Djohan bingung sendiri. Semuanya sudah terlalu jauh dan juga rumit. “bagaimana kalau kita membicarakan hal ini di luar? Maksudku aku tidak ingin rekan-rekanku tahu masalah ini.”
Ucapan Djohan dirasa sangat masuk akal bagi Jenny. Rekan-rekan Djohan yang bekerja di sini pasti tidak mengetahui bahwa ada seorang Beaters yang bekerja sebagai pelayan caffe. Jenny memberitahu bahwa ia menyewa apartemen harian di sekitar sini, Djohan bisa mendatanginya malam ini untuk membeberkan semuanya yang berkaitan dengan Beaters. Obrolan pun berlanjut dengan tema-tema sederhana.
Setelah Jenny pamit, Solo langsung menginterogasi Djohan. Beragam pertanyaan pun diajukan, salah satunya mengenai kartu nama yang diberikan begitu saja kepada orang asing. Tuan Stam memberikan kartu namanya kepada semua anggota Silver Clan untuk berjaga-jaga. Apabila terjadi dengan anggota di kota lain, kartu nama itu bisa menjadi sebuah alat komunikasi karena berisi kontak dan juga alamat.
Selain itu juga Djohan mengaku bahwa wanita yang tadi datang sudah mengetahui kalau dirinya adalah seorang Beaeters. Tetapi tuk yang lainnya rahasia masih terjamin dan tertutup dengan rapat. Solo tidak habis pikir bagaimana satu kecerobohan bisa berakibat panjang seperti ini.
“Soal wanita tadi yang mengaku teman satu sekelasmu, apakah itu benar?” tanya Solo.
“Ya, setelah kuingat-ingat,” jawab Djohan.
“Ku harap ia bisa menjaga rahasia ini, tetapi jika kuperhatikan dari ceritamu wanita tadi tidak meminta ganti rugi atas apartemennya yang kamu hancurkan. Aku jadi penasaran apa yang diceritakannya kepada pengelola maupun kepolisian,” Solo pun kembali kestasiunnya. Badannya berputar. “tetapi kalau sekali lagi kamu memberikan kartu namanya sembarangan….awas saja!”
Malam hari seperti yang dijanjikan, Djohan pergi untuk menemui Jenny. Pekerjaannya di caffe digantikan sementara oleh Lio. Alamat yang diberikan tidak terlalu jauh, Djohan pun hapal nama jalannya dan juga gedung apartemen yang dimaksud. Dengan menggunakan pakaian yang santai Djohan berjalan menuju apartemen.
Sudah sampai setengah jalan, seseorang berdiri didepannya. Memakai jubah lusuh yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Orang itu menatap Djohan dengan tatapan merendah ditambah senyumnya yang sinis. Djohan menoleh kebelakang, lalu melirik ke kanan dan kiri. Siapa tahu orang didepannya ini salah melihat, tetapi setelah diperhatikan tatapannya memang mengarah kepada Djohan.
“Kau---“
“Ikuti aku, di sini terlalu banyak pasang mata,” belum selesai Djohan berbicara, orang berjubah memotongnya.
Di suatu tempat di sisi jalan kebetulan ada sebuah lapangan taman yang biasa dipakai oleh orang-orang untuk melakukan olahraga pagi. Situasinya cukup aman karena tidak banyak orang yang berdiam diri di taman saat malam tiba. Kini tiba saatnya untuk pengungkapan sosok berjubah yang menghadang Djohan.
“Bisakah kau persingkat? Aku sudah ada janji dengan seseorang,” ucap Djohan.
Orang berjubah itu mengangkat tangannya, lalu memamerkan telapak tangannya kepada Djohan.
“Apa yang dia---,” tiba-tiba sesuatu meluncur dari telapak tangannya. Reflek Djohan yang cepat mampu menghindari serangan yang tiba-tiba itu. “cih, apa itu tadi….”
Benda yang meluncur barusan kembali lagi dan ditangkap oleh orang berjubah yang melemparnya, yang ternyata adalah sebuah tombak yang panjang. “Sudah kuduga, orang dari Silver Clan tidak bisa diremehkan,” orang berjubah ini melempar jubahnya ke udara. Kuda-kudanya bersiap untuk bertarung.
“Ia tahu kalau aku seorang Beaters, siapa dia?” Djohan pun bersiap.
Quote:
Pagi hari di Wilson Bar & Caffe jauh terlihat lebih ramai dari biasanya, bukan karena banyaknya pelanggan yang sengaja datang pagi-pagi saat tempat ini baru saja buka. Melainkan ada seorang wanita yang akhirnya dapat bertemu dan berbincang empat mata dengan seorang Djohan. Yang statusnya adalah seorang pekerja di sana. Solo mengintip ke meja di mana Djohan dan wanita itu duduk sembari memberikan ‘morning coffee’ kepada pelanggannya itu.
“Hmm, wanita itu tangguh juga dan pantang menyerah,” ucap Solo sambil tersenyum.
Djohan sangat canggung duduk berhadapan dengan wanita yang tidak dikenalnya ini, seingatnya waktu itu merupakan murni kecelakaan karena dirinya menghancurkan unit apartemen milik wanita ini dan secara tidak sadar Djohan memberikan kartu nama yang tertuliskan alamat Wilson Bar & Caffe.
“Jadi….ada perlu apa?” Djohan membuka obrolan.
“Eh…kenapa bersikap seperti itu, ini aku. Masa lupa sama dengan teman SMA sendiri…,” ucap wanita itu dengan percaya diri. “ini aku Jenny! Jenniffer Goodlance!”
Djohan mencoba mengingat-ngingat nama itu, dan pikirannya tetap saja kosong. Memorinya tidak bisa menampilkan sesuatu yang berhubungan dengan nama itu.
Jenny yang mencoba mengingatnya, “Kita dulu satu kelas, aku tidak terlalu menonjol sih. Mungkin penampilanku yang dulu kurang menggoda,” tertawa kecil. “seingatku setelah lulus kamu pergi merantau ke Surban dan setelahnya tidak ada kontak apapun, sudah berapa tahun berlalu yah?”
“Satu kelas?” Djohan sekali lagi mencoba mengingatnya, tetapi tetap tidak terpikirkan. Lalu ia berpura-pura ingat agar tahu tujuan wanita ini datang kepadanya. “ah iya, aku mengingatnya,” raut wajah Jenny menjadi senang. “jadi ada perlu apa?” Djohan bertanya padanya.
Jenny mendekatkan wajahnya, sontak membuat Djohan kaget. Begitupun Solo dan Gonzalo yang sedang menyaksikan mereka berdua.
“Apakah kamu tahu sesuatu tentang Beaters?” tanyanya berbisik.
“Eh?” Djohan tersentak ketika ditanya seperti itu.
“Aku ingat betul ketika dirimu menghantam apartemenku, lalu terbang dengan cepat menuju suatu lokasi…,” Djohan menelan ludah. “lokasi pabrik Beaters….”
“Ti…tidak mungkin, kamu salah orang,” Jenny menunjukan kembali kartu nama milik tuan Stam, Djohan tidak bisa berkelik lagi. “ah…itu,” menghela nafas panjang. “baiklah, akan kuberikan informasinya sesuai dengan pengetahuan yang kupunya…”
Andai saja Djohan tidak memberikan kartu nama tuan Stam, maka semua ini tidak akan terjadi. Tetapi waktu itu keadaan yang memaksanya. Jika unit apartemen itu tidak ada pemiliknya, maka ia dengan santai dapat meninggalkannya tanpa memikirkan tentang mengganti kerugian.
Jenny kembali duduk dengan posisi semulanya, wajahnya semakin riang. “Tentu saja!” seketika Djohan merasa begitu letih, kecerobohannya berakibat fatal.
Sebuah kartu nama diberikan oleh Jenny kepada Djohan, di kartu itu tertulis bahwa Jenny adalah jurnalis sebuah surat kabar online. Perbedaan yang paling mendasar adalah, surat kabar online tempat Jenny bekerja tidak mengambil berita-berita yang mainstream. Tetapi lebih kepada berita-berita yang aneh cenderung tabu. Seperti kasus Beaters sendiri, banyak media besar yang tidak menggalinya secara dalam. Karena secara luar biasa, minat masyarakat terutama orang yang tinggal di Surban City dan sekitarnya sangat kecil. Sehingga memberitakan tentang Beaters sama sekali tidak menguntungkan bagi media-media itu.
“Pertama-tama, apa kamu salah satu dari mereka? seo---,” Jenny berhenti ketika Solo mendatanginya.
“Ehhh..kenapa kalian berbincang tanpa satu dua minuman,” ucap Solo sambil menatap sinis Djohan. Ia tahu dari raut wajah Djohan ada sesuatu yang tidak beres. “ingin pesan sesuatu?” melirik ke arah Jenny.
“Oh iya, tenggorokanku sampai kering. Aku pesan satu Americano saja, kalian menyediakannya kan?” dijawab anggukan oleh Solo. “Djohan, kamu juga pesan. Aku yang meneraktir.”
“Ahhh…satu Americano juga,” Solo pergi dari meja mereka berdua.
Insting Jenny sebagai seorang jurnalis memang tajam. Djohan hanya bisa mengangguk saja mengakui bahwa dia salah satu Beaters yang beritanya sempat menggegerkan itu. tiba-tiba Jenny malah menangis. Membuat Gonzalo yang sedang membuat pesanan dan Solo yang masih memperhatikan pun terheran-heran.
“Hei! Apa yang terjadi?” tanya Djohan.
Solo mendatanginya kembali, “Ada apa? apa Djohan yang membuatmu menangis?” kembali menatap Djohan, kali ini dengan tatapan yang tajam. “OI!” Djohan menggerakan kedua tangannya ke kiri dan kanan, ia tidak tahu apa-apa.
“Tidak…aku sedih karena sudah lama kita tidak bertemu, aku selalu bertanya-tanya bagaimana kabar Djohan selama ini. Di setiap pertemuan dengan teman yang lain, ia selalu tidak hadir….,” Solo mengelus kepala Jenny berusaha menenangkannya.
Gonzalo bergabung sambil membawa pesanan minuman yang barusan dipesan, lalu Solo memberikannya kepada Djohan dan juga Jenny.
“Hei, tadi itu apa?” tanya Djohan penasaran.
“Aku tidak bisa membayangkan bagaimana dirimu disiksa seperti itu, disuntikan cairan dan dijadikan bahan percobaan oleh orang-orang jahat,” Jenny mengira hilangnya kabar Djohan selama ini diakibatkan dirinya yang diculik dan dijadikan kelinci percobaan.
“Tidak, duh….,” Djohan bingung sendiri. Semuanya sudah terlalu jauh dan juga rumit. “bagaimana kalau kita membicarakan hal ini di luar? Maksudku aku tidak ingin rekan-rekanku tahu masalah ini.”
Ucapan Djohan dirasa sangat masuk akal bagi Jenny. Rekan-rekan Djohan yang bekerja di sini pasti tidak mengetahui bahwa ada seorang Beaters yang bekerja sebagai pelayan caffe. Jenny memberitahu bahwa ia menyewa apartemen harian di sekitar sini, Djohan bisa mendatanginya malam ini untuk membeberkan semuanya yang berkaitan dengan Beaters. Obrolan pun berlanjut dengan tema-tema sederhana.
Setelah Jenny pamit, Solo langsung menginterogasi Djohan. Beragam pertanyaan pun diajukan, salah satunya mengenai kartu nama yang diberikan begitu saja kepada orang asing. Tuan Stam memberikan kartu namanya kepada semua anggota Silver Clan untuk berjaga-jaga. Apabila terjadi dengan anggota di kota lain, kartu nama itu bisa menjadi sebuah alat komunikasi karena berisi kontak dan juga alamat.
Selain itu juga Djohan mengaku bahwa wanita yang tadi datang sudah mengetahui kalau dirinya adalah seorang Beaeters. Tetapi tuk yang lainnya rahasia masih terjamin dan tertutup dengan rapat. Solo tidak habis pikir bagaimana satu kecerobohan bisa berakibat panjang seperti ini.
“Soal wanita tadi yang mengaku teman satu sekelasmu, apakah itu benar?” tanya Solo.
“Ya, setelah kuingat-ingat,” jawab Djohan.
“Ku harap ia bisa menjaga rahasia ini, tetapi jika kuperhatikan dari ceritamu wanita tadi tidak meminta ganti rugi atas apartemennya yang kamu hancurkan. Aku jadi penasaran apa yang diceritakannya kepada pengelola maupun kepolisian,” Solo pun kembali kestasiunnya. Badannya berputar. “tetapi kalau sekali lagi kamu memberikan kartu namanya sembarangan….awas saja!”
Malam hari seperti yang dijanjikan, Djohan pergi untuk menemui Jenny. Pekerjaannya di caffe digantikan sementara oleh Lio. Alamat yang diberikan tidak terlalu jauh, Djohan pun hapal nama jalannya dan juga gedung apartemen yang dimaksud. Dengan menggunakan pakaian yang santai Djohan berjalan menuju apartemen.
Sudah sampai setengah jalan, seseorang berdiri didepannya. Memakai jubah lusuh yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Orang itu menatap Djohan dengan tatapan merendah ditambah senyumnya yang sinis. Djohan menoleh kebelakang, lalu melirik ke kanan dan kiri. Siapa tahu orang didepannya ini salah melihat, tetapi setelah diperhatikan tatapannya memang mengarah kepada Djohan.
“Kau---“
“Ikuti aku, di sini terlalu banyak pasang mata,” belum selesai Djohan berbicara, orang berjubah memotongnya.
Di suatu tempat di sisi jalan kebetulan ada sebuah lapangan taman yang biasa dipakai oleh orang-orang untuk melakukan olahraga pagi. Situasinya cukup aman karena tidak banyak orang yang berdiam diri di taman saat malam tiba. Kini tiba saatnya untuk pengungkapan sosok berjubah yang menghadang Djohan.
“Bisakah kau persingkat? Aku sudah ada janji dengan seseorang,” ucap Djohan.
Orang berjubah itu mengangkat tangannya, lalu memamerkan telapak tangannya kepada Djohan.
“Apa yang dia---,” tiba-tiba sesuatu meluncur dari telapak tangannya. Reflek Djohan yang cepat mampu menghindari serangan yang tiba-tiba itu. “cih, apa itu tadi….”
Benda yang meluncur barusan kembali lagi dan ditangkap oleh orang berjubah yang melemparnya, yang ternyata adalah sebuah tombak yang panjang. “Sudah kuduga, orang dari Silver Clan tidak bisa diremehkan,” orang berjubah ini melempar jubahnya ke udara. Kuda-kudanya bersiap untuk bertarung.
“Ia tahu kalau aku seorang Beaters, siapa dia?” Djohan pun bersiap.
Diubah oleh the.collega 06-06-2021 04:31
redrices dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas