Terlihat jelas menawan elok wajahnya
Terpasang senyuman manis mulai menyapa
Lekukkan tubuh terbalut indah kain terpasang menyelimuti
Memainkan gaya dari ujung kepala hingga kakinya

Sunyi menjadi teman sejati
Dikala malam mulai menjajal diri
Cahaya lampu menerangi jalan waktu malam
Setiap menemani lacur penikmat malam

Jarum jam terus berputar kian menanti
Kendaraan besi berdatangan menghampiri
Tawar menawar ujung Kesempatan
Tempat harga dua putusan

Segala tempat bukan permasalahan
Terpenting bisa saling menguntungkan
Desakan sentuhan bersama suara menjadi kenikmatan
Pemuas nafsu menjadi penguasa terdepan



Saat hati sedang sayu menepi
Berusaha kuat dalam suasana kerapuhan
Kehidupan malam begitu keras menghampiri
Kala jiwa raga tidak kuat bertahan

Lagi, lagi uang menjadi alasan
Mau tidak mau harus melakukan
Hati terus rapuh tanpa kata henti
Harus rela apa pun yang terjadi

Setiap hari berjalan mengukir sejarah dosa
Menjajal kemolekan dengan cara berbeda
Begitu beruntungkah kau pramuria muda
Atau tersiksa?

Harusnya belajar demi mengejar impian
Kehidupan memiliki dua jalan
Berapa banyak yang seperti kau
Dari pelosok desa hingga kota



Ada rasa sedang bersemayam dalam jiwa
Ada tangis terkubur jauh dalam tawa
Hati rapuh menahan duka
Kenapa bisa terjadi begitu saja?

Biarkan berbicara semaunya
Jangan anggap patung hidup pencari perhatian mata
Bebaskan sebentar menceritakan duka dalam dada
Pendosa Berbicara dalam hati bukan nyata

Banyak kata dirakit belum bertanya
Hanya bisa menumpuk penuh berubah air mata
Apakah salah jika ingin berbicara?
Hanya butuh telinga sebagai pendengar keluhnya