Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sandal.swallowAvatar border
TS
sandal.swallow
ADIK GHAIB 2
PROLOG
WARNING
Cerita ini adalah fiksi belaka.
Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian, itu hanyalah kebetulan belaka.


Seorang anak lelaki berumur 5 tahun sedang asik bermain sendiri.
Sendiri? Tampaknya memang sendiri... Tapi dia tampak seperti sedang ngobrol dengan seseorang...
Tampak asik sekali ngobrolnya...

Orang-orang yang lewat menatap aneh pada anak itu.
Juga pengunjung taman yang saat itu berada di taman kota itu.
Semua orang terheran melihat tingkah laku anak itu... Bercakap sendiri.

Waktu sudah menjelang maghrib... Seorang wanita muda yang cantik menghamplri anak lelaki itu.

'Sindhu, Cindy...ayo kita pulang!" katanya.

Hah...Shindu mungkin nama anak itu? Lalu Cindy? Siapa itu?

"Baik Ma....!" jawab anak itu. "Ayo Cindy, kita pulang...!"

Cindy lagi... Dimana Cindy itu berada?
Anak lelaki itu seperti meraih sesuatu dengan tangan kanannya.
Lalu dia berjalan mendahului wanita cantik itu sambil tangannya seolah menggandeng seseorang.

Mari kita ikuti kemana mereka pulang..!
Dengan berlari kecil, anak itu berjalan di trotoar jalan. Tangannya masih dalam mode yang sama seperti tadi.
Wanita cantik itu tersenyum melihat anaknya tampak senang.
Tampak lesung pipit di wajahnya, menambah kecantikannya.
Usianya baru di kisaran 30 tahunan. Badannya langsing namun sekal berisi...maksudnya tidak kurus.
Langkahnya gemulai mengikuti langkah anaknya.

"Shindu...hati-hati... Lihat jalannya." serunya.
"Iya Ma....!" teriak anak lelaki itu.

Anak itu terus saja berlari kecil dengan riangnya.
Wanita itu hanya tersenyum melihat tingkah anaknya itu.

Tiba-tiba sebuah mobil minibus berhenti di dekat anak itu.
Shindu terkejut dan berhenti untuk memperhatikan mobil itu.
Seorang lelaki gagah dengan pakaian berwarna biru muda dengan dasi yang senada, serta celana panjang hitam tampak keluar dari mobil dan menghampiri anak itu.

"Ayah.....!" teriak Shindu dan segera menghambur menuju lelaki itu.
Pria itu mengembangkan tangannya, dan Shindu menubruknya lalu memeluknya erat.
Pria itu tertawa dan mengangkat anaknya dengan wajah yang terlihat bahagia.

Pria itu lalu menurunkan Shindu, dan berpaling pada wanita cantik tadi. Ups...bukan...pandangannya tertuju pada ruang kosong di samping kiri si cantik.

"Cindy...ga mau meluk ayah juga?"

Cindy lagi dan lagi... Dimana dia sebenarnya?
Wanita itu melihat ruang kosong di sisi kirinya dan tersenyum lalu mengangguk.

Terlihat pria itu tersenyum lebar dan merentangkan tangannya.
Tak lama kemudian, dia seolah memeluk sesuatu...tapi tak tampak apa yang ia peluk.
Hmm...apakah dia mengalami gangguan jiwa?

Si cantik menghampiri pria itu dan bertanya..

"Mas Dewo, tumben pulang awal hari ini?'
" Iya Idha sayang... Kerjaan di.kantor sudah beres, jadi aku bisa pulang lebih awal!"

Dewo..?? Idha..?? Kayaknya nama itu ga asing deh...
Hmm...siapa ya?

"Ayo..semua naik ke mobil.. Kita pulang...!" ajak Dewo pada istri dan anaknya.

Setelah semua masuk mobil, mobilpun segera beranjak menjauhi tempat itu.

Tak sampai 5 menit, mobil itu swmpai di sebuah rumah yang asri. Rumah yang tidak terlalu besar, namun tertata apik.
Di depan rumah ditanami 2 pohon mangga yang sudah lumayan besar, sehingga memberi kesan sejuk.

Mobil berhenti, dan pintu terbuka.
Sindhu berlarian menuju seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu teras.

"Nenekkk.......!" serunya sambil menubruk wanita itu!

"Aduh Shindu...kamu bikin kaget nenek saja...!" katanya sambil mengelus kepala Shindu dengan penuh rasa sayang.
"Hehehe....!" Shindu terkekeh geli.

"Ibu....!" Dewo menyapa wanita itu dan mencium tangannya.
Demikian juga dengan Idha.

Kemudian wanita paruh baya itu berjongkok di depan Shindu.

"Tadi main di mana sama mama?"
"Di taman Nek... Sama Cindy juga!" sahut anak itu.
"Oh...sekarang Cindy di mana?"
"Ini di samping kananku Nek...!"

Wanita itu menatap ruang kosong di samping Shindu.

"Cindy...maafin nenek ga bisa lihat kamu ya? Nenek pengin banget bisa lihat kamu. Kamu pasti cantik seperti mamamu!"
"Ah...nenek salah...!" sergah Shindu.
"Salah? Salah nenek di mana coba?"
"Cindy itu cantik, tapi bukan kayak mama. Cantiknya Cindy kayak bibi Dewi...!"

Sebentar.....sebentar...
Cindy ga bisa dilihat oleh neneknya?
Trus bibi Dewi itu siapa?

Dewo, Idha, Dewi...sepertinya familiar banget.

Tapi sudah cukup lama nama-nama itu ga terdengar lagi.

Dewo berbalik arah dan tersenyum...lalu berkata:

SELAMAT DATANG DI CERITA: ADIK GHAIB Season 2..



Indeks:

-Prolog
-Part 00: perkenalan singkat
-Part 01: She's back
-Part 02: Petualangan Bermula
-Part 3: Sekolah
-Part 4: Kunti Merah
-Part 05: Ujian Pertama
-Part 06: Menang.....!!!

Part 07: Erin
Diubah oleh sandal.swallow 02-07-2021 04:25
mr..dr
aripinastiko612
bukhorigan
bukhorigan dan 27 lainnya memberi reputasi
26
10K
122
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.9KAnggota
Tampilkan semua post
sandal.swallowAvatar border
TS
sandal.swallow
#31
Part 04: Kunti Merah
Kunti merah itu memandangku dan Cindy dengan pandangan yang mengintimidasi.
Aku sedikit takut sih... Katanya kunti merah itu kekuatannya dahsyat. Aku ragu apakah Cindy mampu menghadapinya?
Tapi aku percaya pada Cindy...
Dan Cindy tanpa basa basi melakukan serangan mematikan dengan pukulan-pukulan saktinya.
emoticon-Cape d...
Harusnya khan jangan nyerang dulu. Ditanya dulu kek, maunya apa.. Ini malah langsung main serang aja.
Kunti merah itu tertawa mengikik dengan suaranya yang menyeramkan, sambil menghindari pukulan-pukulan dari Cindy yang bertubi-tubi.
Tak ada satu pukulanpun yang mengenai kunti merah tersebut.
Saat serangan Cindy sedikit mengendor, dengan cepat kunti merah itu balas menyerang cindy.
Kecepatannya sungguh luar biasa. Ditambah serangannya yang bertubi-tubi, Cindy kerepotan menghindarinya. Satu-satunya cara adalah dengan menangkis serangn itu.
Terjadi beberapa kali benturan karena Cindy menangkis serangan si kunmer itu.
Si Kunmer tak berhenti menyerang Cindy. Melihat cindy kerepotan, aku jadi ga tega.
Mau bantu, tapi gimana caranya ya?
Ah...yang penting bantu dulu lah....

Aku ikut menyerang kunti merah itu menggunakan tenaga dalamku.
Sebuah pukulanku berhasil mengenainya, sehingga dia agak tersurut mundur.
Cindy menarik nafas lega... Tekanan dari Kunmer itu memang sangat kuat dan cepat.
Karena terkena pukulanku, kunmer itu mengalihkan serangannya padaku.
Jelas aku sangat lerepotan. Walaupun aku bisa ilmu silat, tapi gerakanku dibandingkan dengan gerakannya, jauh lebih lambat.
Untung Cindy segera terjun ke arena pertempuran.
Sehingga keadaan sedikit berimbang sekarang. Jual beli pukulan kami lakukan lagi.
Sekarang kubu kami bisa balas menyerang sesekali, walaupun lebih sering kami yang terkena pukulan Kunmer yang menyakitkan.
Perlahan tapi pasti, kami terdesak...

Ugh...seandainya bibi Dewi ada di sini, pasti dihabisin tuh Kunti Merah..pikirku, sambil mencoba menangkis sebuah pukulan.

Saat itulah sesosok bayangan putih melesat dan menabrak Kunmer itu, hingga terlontar ke belakang.

"Kalian berdua mundur!" suara merdu bibi Dewi menggelegar.

Tanpa diperintah 2 kali, kami yang udah loyo segera mundur dan agak menjauhi arena pertempuran.
Kami sampai di koridor depan kelas dan duduk ngedeprok di sana, sambil melihat pertempuran bibi Dewi dan Kunmer itu.

Tanpa banyak bicara, pertempuran itu berlanjut. Bibi Dewi dengan gagahnya melawan Kunti Merah itu dengan kombinasi pukulan dan tendangan.
Sekujur tubuh bibi Dewi berpijar warna putih terang kontras dengan warna kunti merah yang tampak menyala.
Aku hanya bisa nelihat warna putih dan merah yang seolah bercampur.
Kadang merah lebih kuat, kadang putih yang dominan.
Kecepatan mereka dalam bertempur sungguh di luar nalar. Aku sampai pusing sendiri melihatnya.
Sementara Cindy malah asik menonton. Mulutnya tak hentinya berteriak...

"Hajar bibi... Jangan kasih ampun...!'

Lain waktu....

" Awas bibi, di belakangmu...!"

Atau...

"Jambak rambutnya Bi....!"

emoticon-Cape d...
Emang emak-emak berkelahi, pake jambak-jambakan? Dasar Cindy...ada-ada saja deh.

Bibi Dewi terus saja menyerang dan tanpa ampun menghujani Kunmer dengan pukulan-pukulan saktinya.
Lama-lama kunti itu keteteran juga.
Apalagi, bibi Dewi seperti ga ada capek-capeknya.

Sebuah pukulan jarak jauh mengakhiri pertempuran itu. Kunti merah itu memuntahkan darah hitam kental berbau busuk... Sangat busuk.. Hampir aku muntah dibuatnya.
Saat bibi Dewi hendak menambahkan sebuah pukulan terakhir untuk memusnahkan kunti itu, si Kunmer mengangkat sebelah tangannya.

"Aku menyerah... Ampuni aku...!"
"Hmm..kenapa kau menyerang keponakanku?" tanya bibi Dewi.
"Dia telah membunuh seorang anak.buahku..!" kata kunmer itu sambil menunjuk Cindy.
"Kau masih ingin membalas dendam?"
"Sekarang tidak lagi... Aku sudah kalah...!"
"Baik... Kubiarkan kau hidup, tapi jangan mengganggu keponakanku lagi. Terlebih yang laki-laki itu."
"Baiklah... Aku berjanji. Bahkan kalau keponakanmu laki-laki itu ada masalah dengan hal ghaib, aku akan membantunya!"
"Bisa kupegang kata-katamu itu?"
"Bisa... Jika aku melanggar perkataanku ini, aku rela meski akan kau musnahkan!" kata kunti merah itu.
"Baik... Aku pegang kata-katamu. Sekarang kembalilah ke tempatmu!" kata bibi Dewi.

Kunti merah itu perlahan menjadi asap dan hilang bagai tertiup angin.
Bibi Dewi menghampiri kami berdua.

"Kalian tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja bibi. Tapi tampaknya Cindy terluka dalam!"
"Ah..hanya luka kecil kok. Bisa kuatasi." kata Cindy.
"Baiklah kalau begitu, bibi tinggal.dulu ya? Kalian berhati-hatilah. Nanti biar kukirim Simo.kemari!"
"Baik bibi... Terima kasih!" sahutku.

Bibi Dewi mendekati kami dan mencium kening kami bergantian. Kebiasaan sejak kami masih kecil.
Untung ga ada yang lihat... Khan malu tuh, sudah gedhe masih dicium keningnya.
disya1628
69banditos
dimaschevy62
dimaschevy62 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.