Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

uclnAvatar border
TS
ucln 
Karma : Hurt No One


Quote:





I never meant to hurt no one
Nobody ever tore me down like you
I think you knew it all along
And now you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
And will I ever see the sun again?
I wonder where the guilt had gone
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine

Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore

I never meant to hurt no one
Sometimes you gotta look the other way
It never should've lasted so long
Ashamed you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
I know I'll never be the same again
Now taking back what I have done
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine

Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore

I never meant to hurt nobody
Nobody ever tore me down like you
I never meant to hurt no one
Now I'm taking what is mine..




<< Cerita sebelumya



Quote:


Diubah oleh ucln 30-09-2020 12:48
qthing12
sukhhoi
jalakhideung
jalakhideung dan 55 lainnya memberi reputasi
-12
84.4K
610
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
angchimoAvatar border
angchimo
#484
Epilog
Gue pernah membaca sebuah quote entah dimana; Kalo Lo bener-bener mencintai seseorang, maka lepaskanlah. Kalo kelak dia kembali, maka dia memang tercipta buat Lo. Tapi kalo dia ga pernah kembali, maka dia memang ga pernah menjadi milik Lo sejak awal Lo bertemu dengannya.

Percayalah, Quote itu pernah membuat Gue memohon pada Tuhan agar kelak Dia membawa kembali seseorang yang pernah Gue lepaskan. Karna begitu perihnya kehilangan yang gue rasakan setelah kepergiannya.

Perihnya kehilangan itu pernah membuat gue benar-benar ga mengenali diri Gue serta keberadaan Gue. Seolah segala hal yang biasa Gue lakukan dalam hari-hari Gue jadi terasa aneh saat gue melakukannya lagi setelah kehilangan.

Kemudian hari berlalu dalam hidup Gue. Dan seperti halnya semua cerita, ketika sampai pada bagian akhir, akan ada bagian baru yang dimulai. Begitu halnya dengan cerita ini yang kemudian berlanjut pada sebuah cerita disini

Namun, pada lanjutan cerita yang telah Gue tulis itu, ada sebuah janji yang sebenernya telah gue tepati tapi ga pernah gue ungkap dalam cerita itu. Sebuah janji bodoh antara gue dan Liana, yang ketika kami tengah berandai jika hidup pada akhirnya membawa kami pada sebuah perpisahan, Liana meminta gue berjanji agar kelak gue memintanya untuk kembali.

Iya, sejujurnya gue pernah memintanya. Namun entah karna alasan apa gue baru ingin menuliskannya pada bagian ini.

Saat itu, hubungan yang pernah gue jalani bersama seseorang setelah Liana pun akhirnya berakhir. Kehilangan yang gue rasakan saat itu memang ga seperih apa yang pernah gue rasakan sebelumnya. Namun kehilangan itu membuat gue menoleh jauh ke belakang. Ke seorang wanita yang pernah gue upayakan untuk melupakannya.

Di Sebuah sore, Gue bertemu dengan Liana yang belum genap dua bulan dalam keadaan duka karna kehilangan sosok Bokapnya. Janji temu itu kami sepakati tentu dengan diam-diam, karna saat itu Liana tengah menjalani sebuah hubungan bersama seseorang yang akhirnya bisa ia cintai setelah sekian lama terbiasa mencintai Gue. Dan sore itu, gue menyampaikan pada Liana bahwa gue memintanya untuk kembali.

Gue mempersilahkan Liana jika ia ingin tetap menjalani hubungan dengan cowoknya saat itu. Gue hanya meminta waktu padanya setidaknya satu tahun untuk mempersiapkan diri agar dapat langsung menikahinya. Gue ga memintanya untuk kembali menjadi pacar gue. Gue memintanya untuk menjadi seseorang yang akan menemani gue hingga salah satu dari kita mati. Dan permintaan gue itu tentu dengan sebuah syarat untuk Liana.

"Kamu silahkan tetep jalanin hubungan sama pacar kamu itu. Tapi tahun depan, aku akan dateng dan ngelamar kamu."

Liana diam dan ga menatap gue. Mungkin ia tengah diselimuti keraguan akan permintaan Gue.

"Tapi aku minta satu hal, Li." Ucap gue ke Liana. Kali ini Liana menatap tepat ke dalam mata Gue.
"Kalo emang kamu nerima aku dan mau kembali, aku minta kamu pake kerudung." Lanjut Gue.

Liana tersenyum kecil sambil membuang sejenak pandangannya.

"Kamu takut kalo aku tetep jalanin hubungan sama orang lain Aku ga bisa jaga diri, makanya kamu minta aku pake kerudung?" Tanya Liana dengan senyum meledek dan nada bercanda.

"Enggak lah, Li. I believe in you. I promise." Jawab Gue sambil menyelipkan beberapa helai rambut Liana ke balik telinganya.
"Permintaan itu bukan buat aku, permintaan itu buat Bapak kamu." Lanjut Gue.

Senyum di wajah Liana kembali memudar saat mendengar ucapan Gue barusan. Ia menatap gue dengan tatapan serius yang gue ga ngerti maknanya. Tapi Gue juga ga ingin dia salah mengerti apa yang telah gue sampaikan.

"Selama kamu belum nikah, tanggung jawab kamu masih di orang tua kamu, Li. Setelah kamu nikah, tanggung jawab itu dialihkan ke suami kamu." Ucap Gue langsung mencoba menjelaskan maksud gue.
"Seandainya kelak kita nikah, kamu boleh lepas lagi kerudung itu. Aku ga akan maksa kamu buat pake kerudung. Tanggung jawab itu akan aku terima. Tapi kalo sekarang, aku gamau kamu…"

"Gus, apaan sih?" Selah Liana tiba-tiba dengan nada naik. Membuat gue jadi bingung dengan sikapnya.

"Apanya yang apaan?" Gue bertanya balik.

Liana menghela napas dan membuang pandangan dari Gue.

"Ada yang salah Li dari omongan Aku?" Gue bertanya lagi ke Liana.

"Semuanya Gus. Semuanya salah." Jawab Liana sambil memandang gue dengan wajah kesal.
"Kamu pikir kamu bisa dateng lagi semau kamu dan minta aku kembali saat aku lagi jalanin hubungan sama orang lain?"

"Aku ga minta kamu ninggalin dia kok. Lagipula…"

"Kamu pikir itu hal yang wajar dan benar buat dilakuin?" Selah Liana.
"Dan.. Ah!" Liana menangguhkan ucapannya karna sepertinya ia jadi begitu kesal.

"Dan apa?" Tanya Gue dengan mencoba tetap tenang."

"Well i can only give you a piece of advice; Saat kamu menginginkan sesuatu, jangan pernah jadikan orang lain sebagai alasan untuk menguatkan keinginan kamu."

"Soal kerudung? Kan udah aku jelasin kalo…"

"Terutama Bapak Aku. Jangan jadiin Bapak Aku sebagai alasan buat memenangkan tujuan kamu!" Potong Liana lagi.

Gue ga mengerti pada bagian mana kesalahan Gue menjelaskan apa yang ingin Gue sampaikan pada Liana. Gue sungguh ga pernah bermaksud untuk mengangkat rasa duka yang tengah ia alami. Namun, entahlah..

Gue ga pernah bilang bahwa mengakui kesalahan, meninta maaf, dan meminta seseorang untuk kembali ke dalam hidup Lo adalah hal sulit. Tapi sebelum melakukan semua itu, percayalah, gue telah berdebat ribuan kali dengan diri gue sendiri untuk akhirnya menyampaikan permintaan itu pada Liana. Dan jika bagi Liana hal itu ga senilai sebuah usaha dari dirinya untuk memenuhi persyaratan gue dalam permintaan itu, maka apa lagi yang layak untuk gue perjuangkan?

Gue menganggap tanggapan dari Liana itu adalah sebuah penolakan. Hingga akhirnya Gue memutuskan untuk terus melangkah. Dan yang terjadi selanjutnya adalah seperti yang Gue tuliskan di dalam cerita. Liana yang kemudian kembali hadir dan hampir membuat Gue kehilangan seseorang yang telah memutuskan untuk menjalani sisa hidup bersama Gue.

Gue juga tentu sempat berpikir untuk menemui Kak Canda. Dan juga Nia. Namun sungguh, Gue merasa ga pantas untuk mengganggu hidup mereka lagi setelah Gue pernah memilih mengabaikannya. Gue memang sempat menghubungi nomor handphone Kak Canda, namun ternyata malah salah sambung. Mungkinkah Gue salah mengingat nomornya?

Entahlah. Yang pasti gue merasa harus tetap terus melangkah. Hingga kemudian hidup ini mempertemukan gue dengan seorang wanita yang ga pernah gue duga keberadaannya.

Seorang wanita yang dulu hanya gue kenal dari sebuah aplikasi chat. Seorang wanita yang pernah menjadi 'tempat sampah' bagi Liana yang menumpahkan cerita kekesalannya akan keburukan-keburukan gue. Seorang wanita yang ternyata menyimpan sebuah rasa dalam hatinya dengan doa yang ia panjatkan ke kaki langit untuk Gue. Bukan untuk memiliki gue. Namun untuk segala kebaikan Gue. Untuk sebuah kekuatan agar gue senantiasa berdiri dan terus berjalan.

Gue ga pernah tau kemana hidup menuntun langkah Gue karna gue bukanlah seorang perencana yang baik. Yang bisa gue lakukan hanyalah mengikuti takdir yang menuntun langkah Gue, serta berjuang untuk dapat terus melangkah. Dan gue ga pernah tau, bahwa ternyata wanita itu adalah tujuan dari seluruh langkah yang gue tempuh selama ini. Dan wanita itu adalah Putri.

Setelah semua yang terjadi, di pertengahan tahun 2017, Putri lah yang akhirnya membuat gue menerima segala yang telah terjadi dalam hidup ini sebagai sebuah pelajaran berharga. Putri yang akhirnya menjadi seorang wanita yang rela menemani sisa hidup gue. Putri lah akhirnya yang membuat gue melupakan perihnya kehilangan, dan membuat Gue semakin sangat bersyukur dengan kehadiran seorang perempuan kecil bernama Annissa di tahun 2018 dan disusul oleh adik lelakinya yang bernama Putra di tahun 2020. Sebuah rasa yang mampu membuat gue bersujud syukur akan kehadiran kedua hadiah terbaik dalam hidup gue, dari Putri.


Spoiler for immortals:


Hidup memang ga akan selalu indah. Kita mungkin bisa saja terjatuh ratusan kali. Yang perlu kita lakukan hanyalah bangkit satu kali lebih banyak. Karna pada akhirnya semua yang terjadi akan membuat kita mengerti bahwa segala sesuatu telah diciptakan berpasang-pasangan. Maka gue akhirnya memahami, bahwa gue ga selayaknya menjadikan kehilangan sebagai alasan untuk sebuah keterpurukan. Karna keterpurukan hanya akan membawa gue pada kehilangan-kehilangan baru. Bahwa di dunia ini, ga ada yang abadi. Begitu pun dengan perihnya luka akan kehilangan, yang kelak akan selalu digantikan dengan sebuah ucapan syukur.

Terima kasih untuk semua yang telah rela meluangkan waktu untuk membaca. Gue mohon maaf telah sempat lama menelantarkan cerita ini. Namun semoga tetap ada beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran dari cerita ini. Dan yang terpenting, semoga kita semua selalu tetap bersyukur.


Salam hangat dari pinggiran Jakarta,
Bagus Mahendra.


Diubah oleh angchimo 22-03-2021 11:58
mmuji1575
jenggalasunyi
medi.guevera
medi.guevera dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.