Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

uclnAvatar border
TS
ucln 
Karma : Hurt No One


Quote:





I never meant to hurt no one
Nobody ever tore me down like you
I think you knew it all along
And now you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
And will I ever see the sun again?
I wonder where the guilt had gone
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine

Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore

I never meant to hurt no one
Sometimes you gotta look the other way
It never should've lasted so long
Ashamed you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
I know I'll never be the same again
Now taking back what I have done
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine

Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore

I never meant to hurt nobody
Nobody ever tore me down like you
I never meant to hurt no one
Now I'm taking what is mine..




<< Cerita sebelumya



Quote:


Diubah oleh ucln 30-09-2020 12:48
qthing12
sukhhoi
jalakhideung
jalakhideung dan 55 lainnya memberi reputasi
-12
84.4K
610
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
angchimoAvatar border
angchimo
#481
Part Terakhir
Suatu hari di awal tahun 2013, Adam akhirnya mengalah dan memilih menerima keputusan Bokap. Ia hadir disana, di hari dimana Bokap akhirnya benar-benar memutuskan untuk menikah lagi. Namun dengan sebuah kesepakatan; Adam akan kembali pulang ke rumah, dan Bokap bersama istrinya ga akan pernah tinggal dirumah kami untuk alasan apapun. Bokap dan Adam menyepakati itu, dan mereka berdamai demi alasan keutuhan sisa keluarga kecil kami.

Sementara Gue pada akhirnya mendengarkan perintah Adam untuk pulang kerumah. Ga ada sisa keluarga yang gue miliki selain Adam. Dengan keputusan Bokap untuk menikah lagi, bagi Gue hanya Adam lah yang tersisa. Gue memang ga bisa serta merta memutuskan hubungan darah Gue dengan Bokap. Tapi setidaknya, Gue bisa ga perlu lagi menganggapnya Bokap Gue. Maka Gue pulang kembali, tinggal bersama Adam, di sebuah rumah yang penuh dengan kenangan dan juga rasa kehilangan.

Keputusan Gue untuk pulang ke rumah tentu ga mudah untuk Kak Canda. Ia merasa, kepergian Gue dari basecamp artinya ia akan kehilangan kehadiran Gue. Kak Canda menangis, dan memohon agar setidaknya Gue bisa mengusahakan beberapa kali bertemu dengannya secara rutin. Permohonan yang tentu hanya bisa Gue iya-kan. Karna Gue ga pernah tau apa yang akan terjadi kelak di hari kemudian ketika Gue kembali ke rumah dan Kak Canda kembali tinggal di Bandung bersama Nia.

"Kamu kenapa sih Dek gamau jalanin lagi semuanya sama Nia?" Tanya Kak Canda dengan sisa isak tangisnya yang tengah ia usahakan untuk reda.
"Nia sayang sama kamu. Dia udah cerita semuanya ke Aku. Tentang perasaannya. Tentang kamu."

Gue hanya bisa terdiam dan menundukkan wajah ketika duduk bersama Kak Canda di sofa balkon lantai dua basecamp. Entah kenapa gue masih percaya bahwa hubungan Gue dan Liana masih layak untuk diperjuangkan. Gue percaya bahwa Liana menyayangi Gue. Pun gue begitu menyayanginya meski seringkali masih melukai perasaannya. Namun sungguh, gue telah berusaha untuk ga lagi mengulangi kesalahan yang sama. Ga pernah ada lagi wanita masuk begitu mudahnya ke dalam hati gue beberapa tahun terakhir ini. Gue yakin Liana bisa melihat sebuah perubahan dalam diri Gue yang menunjukkan kesungguhan Gue pada dirinya.

"Kamu buat apa sih Dek segitu yakinnya jalanin sama pacar kamu yang sekarang? Yang selalu ungkit kesalahan kamu kalo dia lagi marah. Yang selalu cemburu tanpa alasan cuma karna kamu tinggal disini dan ada Aku disini."

"Lo ga kenal dia, Kak. Tapi Lo kenal Nia. Makanya penilaian Lo ke dia dan ke Nia ga akan fair." Ucap gue.
"Nia memang orang baik. Tapi Liana juga bukan orang yang ga baik cuma karna dia merasa cemburu. Gue yakin seandainya posisinya di balik, Nia jadi Liana, Nia juga akan cemburu kalo Gue tinggal disini sama Lo. Nia jauh lebih parah kalo marah dan cemburu. Dia bisa dengan seenaknya mutusin buat akhirin semuanya."

"Itu kan dulu Dek. Kamu ga pernah tau Nia mungkin sekarang udah berubah kan?"

"Emang gue gatau. Tapi yang Gue tau, Liana sejak dulu ga kaya Nia. Liana emang sering cemburu, tapi dia ga meninggalkan Gue. Jadi gue ga punya alasan buat ninggalin dia."

Kak Canda menghela napas dan memaksakan senyum menatap Gue.

"Kamu harus ditinggalin dulu baru bener-bener ngerti? Baru punya alasan buat ninggalin dia?" Tanya Kak Canda.

Gue menjawab dengan mengangkat kedua bahu gue. Gue pikir pertanyaan Kak Canda adalah tanggapan atas ucapan Gue soal Liana yang ga pernah ninggalin Gue dan Gue ga punya alasan untuk ninggalin Liana. Ternyata, hari itu adalah hari terakhir gue bertemu Nia.

Tepat saat sebelum gue pamit pulang, Nia datang dan sedikit ngobrol basa basi sama Gue. Bahkan kami sempat bercanda mengatakan akan mengusahakan tetep ketemu setidaknya sebulan sekali. Tapi setelah gue pulang hari itu, Gue ga pernah melihat wajahnya lagi. Gue memang masih beberapa kali bertemu Kak Canda setelah itu, namun Nia ga pernah ikut menemani. Kak Canda selalu menjelaskan berbagai alasan; mulai dari Nia lagi ada urusan, Nia perlu ketemu orang, Nia nanti akan dateng lagi kesini menemui kami, sampai alasan-alasan lain yang pada akhirnya Gue ga pernah lagi bertemu Nia.

Dan pertemuan Gue terakhir dengan Kak Canda adalah suatu hari di bulan Februari 2013, seusai jam pulang kerja. Gue dan Kak Canda janjian di sebuah tempat makan cepat saji daerah Blok M yang ga jauh dari kantor gue. Kak Canda lagi-lagi cuma datang sendiri. Awalnya, dia bilang Nia mengantarnya lalu pergi karna ada urusan.

"Kak, Kok gue ngerasa Nia ngehindarin Gue ya?" Tanya Gue saat kami berniat mengakhiri pertemuan seusai ngobrol dan bercanda selama hampir dua jam.

Kak Canda ga menjawab. Bahkan ia juga membuang pandangan dari Gue. Membuat Gue merasa seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.

"Ada yang Lo sembunyiin ya dari Gue?" Tanya Gue sambil mengarahkan wajah Kak Canda memaksa untuk menatap Gue.

Wajah Kak Canda memang kini mengarah ke Gue, Namun ia meletakkan tatapan matanya ke meja yang menengahi kami. Ia sama sekali gamau menatap Gue.

"Kak, please. Gue gamau…"

"Aku udah ga tinggal sama Nia, Dek." Ucap Kak Canda terisak dengan setetes air mata meluncur ke pipinya.

Demi apapun, Gue kaget karna ga menyangka akan hal itu. Gue pikir setelah hampir tiga bulan ini Gue pulang ke rumah, Kak Canda sudah kembali tinggal di Bandung sama Nia.

"Sejak kapan? Terus Lo tinggal dimana sekarang?" Tanya Gue setelah berhasil mengendalikan diri karna merasa kaget dan kesal dibohongi.

Kak Canda masih menundukkan pandangannya. Ia sepertinya semakin enggan menatap Gue.

"Sejak kapan Kak?!" Bentak Gue sambil memukul meja karna merasa kesal.

Kak Canda akhirnya kini menatap Gue. Tetesan air mata perlahan bergantian jatuh di kedua pipinya.

"Sejak kamu pulang ke rumah. Aku ke Bandung sama Nia, aku beresin barangku, dan pamit sama dia.." Ucap Kak Canda agak terbata.

"Kenapa Lo ga bilang sama Gue? Terus Lo tinggal dimana?"

"Aku kost di Bandung. Tapi ga tinggal sama Nia.." Jawab Kak Canda.
"Tapi sesekali aku masih ketemu Nia. Karna aku kerja sama temennya Nia. Di agen periklanan kecil. Nia kenalin Aku ke temennya."

Gue menghela napas lega. Ada rasa lega ketika gue mengetahui setidaknya Kak Canda ga sendirian mengadu nasib disebuah tempat yang asing baginya.

"Maaf, Dek. Aku ga bermaksud bohong sama kamu. Aku cuma gamau kamu jadi kepikiran dan terbebani sama Aku."

"Enggak Kak. Gue yang minta maaf.." Jawab Gue.
"Gue minta maaf karna udah bikin Lo ngerasa membebani Gue. Gue minta maaf karna udah bikin Lo jadi sungkan ke Gue dan ga enakan sama Gue. Gue juga minta maaf karna ga bisa bantu..."

"Enggak Dek, Ga gitu." Selah Kak Canda.
"Aku ngerti kok, kamu juga lagi berusaha buat hidup kamu. Aku ngerti kamu lagi berusaha bangun lagi setelah selama ini kamu ngerasa hancur. Aku yang minta maaf karna ga bisa ada buat kamu, padahal kamu selama ini udah selalu mengusahakan apapun buat aku."

Gue mengacak-acak rambut gue sambil tertawa kecil. Gue malu pada diri gue sendiri. Gue pernah berjanji akan selalu ada buat Kak Canda. Tapi kini gue justru sibuk dengan dunia gue yang gue pisahkan dari nya.

"Lo malem ini langsung pulang ke Bandung, Kak? Mau ke rumah Gue dulu ga? Gue mau.."

"Nanti aku dijemput Dek." Potong Kak Canda.
"Bukannya aku gamau. Tapi tiap Aku kesini, aku dianter dan nanti akan dijemput lagi."

"Sama Nia?"

"Enggak, sama temen kerjaku. Atasanku sih. Yang punya agen iklan tempat aku kerja itu." Jawab Kak Canda dengan wajah memerah.

Gue tersenyum melihat perubahan wajah Kak Canda karna memahami maksudnya.

"Dia orang baik? Dia bisa ngejaga Lo?"

Kak Canda tersenyum dan semakin memerah wajahnya.

"Dia lebih dari apapun karna dia bisa nerima aku apa adanya, Dek. Tapi dia ga lebih baik dari kamu dan Nia yang udah banyak banget bantu Aku, sampe aku sekarang ada disini." Jawab Kak Canda.

Lagi-lagi gue cuma bisa menghela napas lega. Gue percaya Kak Canda tengah menjalani garis takdirnya sendiri. Semoga kelak akan ada garis yang mempertemukan Gue dengannya kembali.

Pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir Gue dengan Kak Canda. Karna beberapa minggu setelah pertemuan itu, hubungan Gue dengan Liana yang telah semakin renggang karna sudah hampir empat bulan ini kami hanya bertemu sebanyak tiga kali dan kesemuanya masih selalu diisi dengan keributan dan ucapan-ucapan akan kata menyerah. Pada akhirnya, Liana benar-benar pergi.

Kehilangan Liana itu kemudian membuat Gue benar-benar mengubur semuanya. membuat gue selalu ingin terus menjauhi apapun yang pernah gue jalani di masa lalu. Salah satunya, membuat Gue mengganti nomor handphone Gue dan akhirnya kehilangan komunikasi dengan Kak Canda.

Karna yang Gue rasakan saat itu adalah, kehilangan Liana seolah kehilangan bagian dari diri gue. Kehilangan Liana seperti membuat Gue tersesat dan ga lagi mengenali dunia tempat gue berada.

Karna selama ini gue pikir, perasaan Gue dan Liana untuk ingin saling memiliki ga akan pernah berubah. Gue pikir, kami ga akan pernah benar-benar terpisah. Gue pikir, Liana ga akan pernah benar-benar pergi. Ternyata Gue salah.

Gue juga salah soal Nia.

Gue selalu berpikir bahwa sejauh apapun Nia pergi dan berusaha menghindari Gue, kelak ia akan selalu kembali. Ternyata Gue salah. Kepergian Nia terakhir kali itu membawanya begitu jauh dan memutuskan untuk ga pernah kembali lagi.

Pada akhirnya Kak Canda benar, kelak gue yang akan kehilangan.

Pada akhirnya Liana juga benar, bahwa sebuah kehilangan yang Gue jadikan alasan untuk keterpurukan yang terjadi dalam hidup gue, membawa gue pada kehilangan-kehilangan baru, yang kemudian memberikan alasan pada gue untuk menciptakan keterpurukan yang lain.

Kehilangan…
Selalu menjadi alasan bagi Gue untuk terjatuh
dan merasa ga ingin untuk kembali berdiri…


Alhamdulillah
Selesai

Diubah oleh angchimo 22-03-2021 12:13
mmuji1575
jenggalasunyi
medi.guevera
medi.guevera dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.